HATI YANG TERLUKA.

Alicia melalui masa-masa kuliah semester pertamanya dengan gembira, setiap jum,at malam Gwen, Aaron dan Josh akan menjemputnya, mereka menghabiskan waktu bersama-sama, kebersamaan itu membuat Josh mulai memperhatikannya, di saat yang sama Alicia selalu berusaha menghindari Josh karena takut menyakiti perasaan Gwen sahabatnya, hingga suatu hari. 

"Josh, hei teman!" Aaron menghampiri Josh yang terlihat memasuki gerbang kampus, "Aku akan menembak Alicia nanti malam!" sahutnya ketika telah berada di hadapan Josh, Josh melirik sahabat karibnya itu. 

"Apakah sudah yakin akan perasaanmu sendiri?! Bukankah kamu ini sering kali jatuh cinta? Aku tidak ingin kamu menyakiti Alicia," 

"Aku yakin seratus persen! Ini pertama kalinya aku benar-benar menyukai seorang gadis, apalagi Alicia sangat cantik!" 

"Setiap kali menyukai seorang gadis kamu selalu mengatakan gadis itu sangat cantik," 

"Tetapi ini berbeda! Alicia memiliki wajah latin yang sexy, senyumnya itu! Apakah kamu pernah memperhatikan saat Alicia tersenyum? Wajahnya benar-benar seperti malaikat, terlihat polos sekali, saat ini berapa banyak gadis yang masih menyimpan kepolosan di dalam dirinya?" Josh menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan sahabatnya. 

"Berjanjilah satu hal padaku! Jika Alicia menerimamu, jangan pernah menyakitinya!" sahut Josh dingin, Aaron mengangguk. 

"Tenanglah! Aku akan menjaganya dengan baik," Aaron menepuk pundak sahabatnya itu, "Lalu menurutmu Gwen bagaimana?" Aaron mengejar Josh yang telah kembali melangkah. 

"Maaf, aku hanya menganggapnya sahabat!" jawab Josh sambil memasuki kelas, di saat yang sama Gwen yang ingin menghampiri Josh dari belakang mendengar ucapannya, Alicia yang telah duduk di kelas melihat Gwen yang memasuki kelas dengan wajah sedih, Alicia menghampiri sahabatnya itu. 

"Gwen ada apa?" tanyanya khawatir, Gwen menggeleng pelan sambil melangkah ke kursi, "Mengapa Gwen terlihat sangat sedih?" bisik hati Alicia bingung, "Gwen??" 

"Aku baik-baik saja," Gwen berusaha tersenyum pada sahabatnya, Alicia duduk di samping Gwen yang telah duduk di kursinya, sesekali melirik sahabatnya yang tampak lesu. 

"Apa yang terjadi padanya? Gwen selalu ceria setiap hari, melihatnya seperti ini benar-benar membuatku tidak tenang," 

"Alicia, maaf.. Nanti malam aku tidak bisa menjemputmu! Aku ingin di rumah saja hari ini!" 

"Tidak apa-apa, lagipula nanti malam aku ingin menghabiskan waktu untuk belajar," Alicia tersenyum pada sahabatnya, sementara itu di kursi belakang tampak Aaron sedang memperhatikan Alicia sambil tersenyum. 

"Wajahmu terlihat bodoh saat ini!" bisik Josh. 

"Aku tidak peduli padamu, ucapanmu tidak bisa menyakitiku," 

"Mengapa aku bisa memiliki sahabat yang bodoh sepertimu!" Aaron memalingkan wajahnya mendengar ucapan sahabatnya itu. 

"Apakah kamu sedang marah padaku? Atau sedang cemburu dengan kebahagiaanku?" tanya Aaron kesal. 

"Ekspresi wajahmu saat melihatnya membuatku sangat ingin menendangmu ke luar kelas," 

"Hei teman, ayolah.. Apa yang terjadi padamu? Mengapa tiba-tiba melampiaskan kemarahanmu padaku?! Apa yang telah kulakukan hingga membuatmu seperti ini?!" 

"Aaron, menurutmu berapa lama kita telah bersahabat?" Josh menatap sahabatnya. 

"Beberapa tahun, ada apa?" 

"Beberapa tahun ini, kamu telah memaksaku melihat wajah bodohmu ini setiap kali kamu menyukai seorang gadis," protes Josh. 

"Hei teman, aku ini sangat tampan! Bagian mana dari wajahku yang terlihat seperti orang bodoh?" Aaron tertawa kecil, "Setelah aku mengatakan perasaanku padanya, maka wajah ini tidak akan terlihat seperti ini lagi!" 

"Semoga saja begitu, sifat genitmu itu membuatku malu sebagai sahabatmu!" sahut Josh dingin, "Mengapa dia sangat mudah untuk jatuh cinta? Sementara aku hanya menyukai seorang gadis sejak kelas satu sekolah dasar?" Josh melirik Aaron yang masih memperhatikan Alicia dengan wajah bahagia.

 ***

Malam hari saat Alicia tengah belajar, terdengar ketukan di pintu kamarnya, Alicia bangun dari kursinya dan membuka pintunya, tampak ibunya berdiri di sana. 

"Ada apa ibu?" tanyanya sopan. 

"Alicia, Aaron sedang menunggumu saat ini di ruang tamu," sahut Checille pada putrinya. 

"Aaron? Apakah dia datang bersama Josh?" 

"Tidak, dia hanya sendiri saat ini, Aaron telah meminta ijin pada ibu untuk mengajakmu jalan-jalan, melihat wajahnya saat ini sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu," bisik Checille pada putrinya sambil tersenyum, "Pergilah! Temui dia, jangan membuatnya menunggu lama!" 

"Iya ibu," Alicia melangkah meninggalkan kamarnya, di ruang tamu Aaron tampak sesekali merapikan kemeja yang tengah dipakainya, "Aaron, ada apa?" tanya Alicia ketika telah sampai di ruang tamu, Aaron berdiri dengan cepat saat melihat Alicia telah berada di hadapannya. 

"Aku.. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar saja, ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu," sahut Aaron canggung. 

"Tetapi aku sedang belajar saat ini," 

"Sebentar saja," bujuk Aaron, Alicia pun mengangguk pada akhirnya.

"Bagaimana jika jalan-jalan di sekitar rumahku saja?" 

"Ide bagus," Aaron tersenyum, Alicia mengajak Aaron meninggalkan rumahnya, berjalan kaki di sepanjang komplek rumahnya yang terlihat sepi malam itu, "Rumahmu terletak di tempat yang tenang," sahut Aaron membuka pembicaraan, Alicia tersenyum. 

"Terima kasih, oh ya, ada apa hari ini mengajakku keluar? Di mana Josh? Bukankah biasanya kamu dan Josh selalu bersama-sama setiap saat?" 

"Aku bukan istrinya, bagaimana mungkin aku mengetahui keberadaannya setiap saat?" canda Aaron, Alicia tertawa kecil mendengar hal itu. 

"Tetapi bukankah persahabatanmu dan Josh telah cukup lama? Maksudku menyenangkan sekali melihat persahabatan antara kamu dengannya," 

"Aku juga berpikir seperti itu, karena terlalu lama dan tidak pernah melihatnya memiliki pacar, aku sempat berpikir jika Josh akan menikahiku suatu hari nanti," bisik Aaron, Alicia tertawa geli. 

"Lalu mengapa saat ini tidak bersamanya?" Alicia melirik Aaron yang berada di sampingnya. 

"Itu karena aku ingin mengatakan sesuatu yang pribadi padamu!" Aaron menghentikan langkahnya, "Alicia, aku.. Aku suka padamu!" sahutnya tiba-tiba, Alicia tampak terkejut saat Aaron mengungkapkan perasaannya. 

"Aaron, aku.. Aku.." Alicia terlihat canggung untuk menjawab hal itu, Aaron meraih tangan Alicia dan menggenggamnya. 

"Jika tidak bisa menjawabnya sekarang aku mengerti, aku bisa menunggumu hingga kamu siap untuk menjawabnya, tenanglah! Aku ini orang yang sabar," bisik Aaron. 

"Bukan begitu," Alicia menarik tangannya perlahan, "Aku tahu apa yang kurasakan, dan aku bisa menjawabnya saat ini, maaf Aaron aku hanya menganggapmu sebagai sahabat," 

"Hei, tidak bisakah memberiku sedikit harapan dengan mengatakan akan memikirkannya terlebih dahulu?" 

"Aku tahu, kamu mungkin akan kecewa dengan jawabanku, tetapi ini lebih baik daripada kamu harus mengenalku lebih dalam, ada sesuatu yang membuatku menghindari memiliki sebuah hubungan saat ini," 

"Bagaimana jika mengatakannya padaku? Mungkin aku bisa memberimu keberanian untuk memulai sebuah hubungan," usul Aaron, Alicia menggeleng perlahan. 

"Sebuah hubungan? Bagaimana aku bisa memilikinya? Bahkan hal ini telah membuatku dijauhi oleh teman-temanku saat aku kecil dulu, bahkan selama 11 tahun aku hidup tanpa memiliki seorang teman, hanya bisa masuk sekolah minoritas," Alicia menunduk sedih, "Aku tidak ingin hal itu terulang kembali! Memilikimu, Gwen dan Josh sebagai teman-temanku aku bahagia sekali," 

"Alicia?" Aaron menatap wajah gadis itu yang terlihat sangat sedih di hadapannya, "Hei, Alicia.. Jika saat ini kamu belum bisa melakukannya tenang saja, aku akan menunggumu, lagipula aku juga sangat senang menjadi temanmu," bisik Aaron, Alicia mengangkat wajahnya, menatap wajah yang berada di hadapannya yang tersenyum tulus padanya. 

"Aaron, terima kasih," sahutnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***