Wanita Berkerudung Merah

Hari ke-2 Adi dan Ali mencari karena dihari sebelumnya tidak mendapatkan hasil apa apa, mereka melanjukan menelusuri pesisir pantai, melewati tebing, menerjang ombak ditepi pantai, melewati jalan berbatuan, melewati pepohonan yang sudah rubuh.

Bekal yang mereka bawa sudah menipis, tinggal tersisa 4 bungkus mie instan dan saru botol air minum.

Saat perjalanan menelusuri pantai, Adi merasakan hal yang aneh, kaki kanannya sakit bagian lutut, tepat seperti saat mimpi buruk bertemu dengan wanita itu.

Sempat berhenti sejenak dan bercerita kepada Ali.

"Stop dulu Li, kakiku sakit banget sumpah" ungkapnya dengan wajah yang benar benar kesakitan.

"Sini duduk dulu, mungkin itu tergilir, aku bantu pijitin kakinya"

Sambil memijatkan kaki Adi, Ali mengatakan "Sudahlah Di, itu hanya mimpi, kita pulang saja, toh kamu kesakitan begini"

Tetap keras kepala dan kokoh dengan pendiriannya itu, Adi membantah dengan jawaban keras "Engga! Jika kamu mau pulang silahkan pulang, biar aku sendiri yang mencari"

Tak pernah semarah itu, apalagi dengan Ali, mereka sudah berteman sejak kecil, baru pertama kali Adi mengucapkan dengan nada sekeras itu.

Ali hanya terdiam sambil memijat kaki Adi yang kesakitan, serta meminta maaf kepadanya karena sudah berkata yang salah.

"Maaf Di, aku tidak bermaksud seperti itu"

"Tak apa Li, aku tahu kamu pasti kesal denganku, tapi jika kamu mau pulang silahkan"

"Aku tetap menepati janjiku untuk menemanimu mencari wanita itu"

"Terimakasih banyak ya Li, kamu memang teman terbaikku"

...**************************...

Tak selang lama akhirnya kaki Adi mulai membaik, secara tiba tiba ia juga merasa bersemangat untuk mencari wanita itu, aneh bukan.

"Aku mau bercerita denganmu Li" Adi memandang Ali dengan serius.

"Silahkan cerita Di"

"Saat aku bermimpi dengan perempuan itu, aku mengejarnya terbang ke langit, namun tak sanggup kugapai malahan terjatuh, dan patah tulang pada bagian lututku yang sakit ini"

Adi menceritakan sedikit kejadian yang dialaminya saat bermimpi waktu itu. Tak semua ia ceritakan, hanya sebagian saja, Adi harus menunggu waktu yang repat untuk menceritakan semuanya.

Ali menjawabnya dengan kaget "Masak seperti itu, bagaimana caramu terbang?"

"Tak tahu, tiba tiba saja aku bisa terbang"

"Mungkin saat kamu bermimpi, lututmu terbentur dinding kamar atau kamu terjatuh dari tempat tidur" jawaban Ali begitu tidak percaya dengan apa yang dialami Adi.

"Mungkin saja, tapi saat aku terbangun, posisi tubuhku sama persis saat aku terditur" tuturnya.

"Sudah ayo kita lanjut perjalanan, pelan saja jalannya, kakimu masih sakit kan"

"Ayo kita lanjut"

Mereka melanjutkan menelusuri pantai dan sampai ujung pantai ditemukannya sosok wanita berkerudung merah, dikira itu adalah wanita misterius yang ada dimimpinya.

Senang rasanya hati Adi saat melihat wanita itu, begitupun dengan Ali, merasa senang akhirnya bertemu disini, tak membutuhkan waktu lama untuk mencarinya.

Setelah didekati ternyata bukan wanita yang mereka cari, wanita itu bernama Nur, ia adalah gadis di desa sana, wajahnya bening, cantik, seksi, cara berbicaranya lemah lembut.

Adi merasakan jatuh cinta kepada Nur, mereka berkenalan.

"Namu siapa?" ucap adi dengan gemeteran.

"Namaku Nur" jawabnya dengan lemah lembut.

"Kamu tinggal dimana?"

"Dekat sini ada desa, aku tinggal disana"

"Bolehkah aku mampir kedesamu untuk makan siang?"

"Boleh, mari saya antar, kebetulan ibuku punya warung makan didesa"

Saat itu memang sudah menunjukkan waktu makan siang, tepat pukul 12.30 siang hari, dengan cuaca yang sangat panas, berjalan sambari melirik wanita itu, Adi merasakan bahagia hingga lupa tujuan utamanya.

Sesampainya di desa itu, mereka tanpa basa basi langsung menuju ke warung ibunya Nur, memesan makanan untuk makan siang.

Seusai makan, mereka bercanda, ngobrol dengan Nur dan juga ibunya. Nur menanyakan kepada Adi.

"Kemana sebenarnya tujuan kalian"

Adi menjawabnya tidak jujur, ia hanya mengatakan "kami memang suka menelusuri pantai dan gunung, mencari suasana lain saja"

"Nanti malam menginap disini saja, rumahku ada kamar kosong" ucap Nur kepadanya.

Ibu Nur juga menawarkan tempat tinggal kepada mereka "Jika mau, boleh saja tinggal disini"

Senang rasanya bisa tinggal seatap dengan wanita spesial, meskipun belum bisa satu kamar. Adi mengangguk dan mengajak Ali untuk ikut tinggal dirumah Nur semalam.

...***************************...

Harapan besar dari Ali supaya Adi bisa melupakan sosok wanita misterius yang ia temuai dalam mimpinya. Ali sangat prihatin keadaan Adi seka\=ng ini, sungguh berat rasanya jika harus berhadapan dengan orang yang belum tahu siapa dan dimana, apalagi ini hanya sebatas mimpi.

Adi juga berharap jika wanita berkerudung merah itu adalah jodohnya, meskipun tidak dengan wanita misterius tak masalah, yang terpenting digantikan oleh wanita berkerudung merah ini.

Sambil bercanda ketawa ketiwi dengan Nur, ibunya menyiapkan kamar untuk mereka, nampaknya Nur dan Adi saling jatuh cinta, tapi belum tentu mereka bisa bersama, karena jarak, tempat, dan baru pertama kali bertemu ini belum memungkinkan untuk saling mencintai dan mengerti.

Adi bertanya kepada Nur "Kamu sudah punya pacar?"

"Belum" dengan malu Nur menjawabnya.

"Sama berarti denganku"

"Oh iya, sepertinya tidak mungkin jika orang setampan dan mandiri kamu tidak memiliki pacar"

Ali menyahut sebelum Adi menjawab "memang belum punya oacar, bahkan sama sekali belum pernah oacaran, aku tahu benar Adi orangnya bagaimana, kita berteman sudah dari kecil".

Nur tersenyum, seperti mendengarkan lelucon, padahal Ali berkata sesuai kenyataan yang dialami oleh Adi.

"Senyumannya manis" gombalan keluar dari bibir Adi.

"Emang aku manis dari dulu" balasan dari Nur.

"Pantas saja aku diabetes tadi saat bertemu denganmu"

Gombalan dari Adi nampaknya di respon dengan baik oleh Nur, Ali ikut senang melihatnya, tak seperti sebelumnya yang mana Adi hanya bersedih, merenung, memikirkan yang tak pasti.

Lama sudah bincang bincang mereka di ruang tamu, ibunya Nur keluar dan menyuruh Adi serta Ali untuk ke kamar membereskan barang bawaan mereka.

"Nak ayo ikut ke kamar, tasnya diberein dulu taruh dikamar" ucap ibu.

"Baik bu"

Setelah sampai kamar, mereka langsung ganti pakaian tanpa mandi yangpenting pakai parfum biar wangi. Usai keluar kamar kembali ke ruang tamu untuk ngobrol dengan Nur dan ibunya, mereka asik bercerita tentang kehidupan di kota, begitu pula dengan Nur yang bercerita kehidupan di desa terpencil.

Waktu solat isya telah tiba, adzan berkumandang dari mushola dekat rumah Nur, Adi dan Ali bergegas untuk pergi ke mushola.

...***********************...

Usai solat mereka tak melanjutkan obrolannya, karena kelelahan sudah berjalan cukup jauh Adi dan Ali langsung menuju ke kamar untuk beristirahat.

mereka tidur ber alas karpet dan berselimut sarung, karena memang tempat disana sangat sederhana. dengan nyamannya mereka tertidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!