Ch.4 - Kesepakatan.

Pemilik toko tersebut terkejut tanpa kata-kata, Bukan hanya melihat, dia langsung mengambil pil nya untuk di periksa lihat lebih dekat.

“Seratus persen!” Pemilik toko tersebut tidak menyangka ada yang bisa membuat pil seperti ini.

“Cepat katakan siapa yang membuat ini.” Kata Pemilik toko dengan kencang. “Pembuatnya berada di meja pembeli.”

Setelah mendengar tersebut, pemilik toko langsung berjalan dengan cepat ke meja yang di sebutkan pria pembuat pil.

Aura melihat seseorang pria tua datang bersama Pria pembuat pil.

“Kakek!” Ucap perempuan yang membawa Aura ke Toko.

“Ketua.... Pil ini dari anak ini.” Sambil menunjuk ke arah Aura.

“Apa kamu becanda!” Pemilik toko tersebut terkejut mendengar bahwa pil tersebut dari seorang bocah ingusan. “Aku tidak berani ketua!” Pria pembuat pil menjawab dengan cepat.

“Bocah... Apa pil ini kamu curi.” Kata pemilik toko dengan serius. “Apa alasan anda menuduhku, bahwa aku mencuri pil ini.” Aura membalas dengan tatapan dingin.

Pemilik toko tersebut sangat bingung tentang kejadian saat ini.

“Apakah ini pil adalah pil yang dibuat oleh masternya?” Banyak pertanyaan yang ingin di tanya pemilik toko kepada Aura, pemilik toko juga penasaran siapa indentitas Aura.

“Mungkin saja dia murid dari seorang master hebat, Bocah ayo berbicara berdua saja.” Aura hanya menganggukkan kepala saja.

Melihat Pemilik toko dan Aura menuju ke sebuah ruangan, Cucu pemilik toko juga ingin berniat ikut namun di halangi Pria pembuat pil.

Aura masuk ke sebuah ruangan luas, sembari jalan ke sebuah tempat duduk di ikuti pemilik toko tersebut.

“Bocah kamu tau ini pil apa?” Tanya Pria tua. “Pil ini di sebut pembekuan darah.” Aura membalasnya dengan cepat.

“Aku tau ini pil pembekuan darah, tapi bukan itu yang ku maksud, Apa kau tau bocah bahwa dalam membuat sebuah pil efeknya hanya delapan puluh persen, namun pil ini..”

“Pil dengan efek seratus persen kan.” Aura memotong ketika pemilik toko lagi menjelaskan.

Mendengar hal tersebut pria tua itu yakin bahwa Aura memiliki seorang master pembuat pil yang hebat.

“Bocah kalau boleh tau, bisa sebutkan nama master mu.” Pemilik toko tersebut menanyakan tanpa basa basi.

“Alasan apa anda berfikir bahwa, saya memiliki seorang master.” Jawab Aura dengan tenang.

Mendengar hal tersebut pemilik toko menjadi kesal karena perkataan Aura tersebut.

“Bocah!! Tidak mungkin pil ini dibuat oleh mu apa lagi kamu masih empat tahun seumuran dengan cucuku.” Pemilik toko tersebut menjawab dengan kesal.

“Haha.. Aku Cuma becanda pak tua, Memang ini pil buatan masterku.” Aura tidak bisa membeberkan bahwa dia yang membuat pil tersebut, Apalagi dia masih sangat lemah.

“Pak tua?” Mendengar bocah tersebut memanggilnya pak tua, Pemilik toko ingin memarahi Aura.

“Bukan hanya itu saja tujuanku datang kesini.” Aura sambil mengeluarkan kertas di balik bajunya.

Yang awalnya pria tua tersebut ingin memarahi Aura, Namun Pria tersebut langsung menghormati Aura setelah melihat kertas tersebut.

"Tuan muda Ini...” Menatap Aura dengan tidak percayanya.

“Pak tua, Kamu seharusnya tau, itu kertas berisi sebuah teknik, bagaimana cara mengolah pil dengan efek seratus persen.” Aura menjelaskan.

“Aku tau itu, Tapi apa maksudnya ini?” Pemilik toko tersebut menjadi penasaran.

“Bukannya sudah jelas, Masterku mempercayai untuk menanamkan saham di assosiasi mu.” Aura berbicara dengan serius.

“Masterku meminta saham Empat puluh persen.” Mendengar hal tersebut pria tersebut langsung menolaknya.

“Memang Teknik yang tertulis di kertas merupakan sebuah teknik untuk membuat pil dengan efek seratus persen, tapi teknik ini berlaku untuk pil bintang satu sampai tiga.”

“Pak tua, tidak ku sangka kamu mengetahuinya.” Aura terkejut, karena hanya seorang pembuat pil bintang delapan dan sembilan yang bisa melihat teknik tersebut.

“Pak tua karena kamu sudah tau, Jadi Bagaimana Menurutmu.” Aura menatap pria tersebut, Pria tua tersebut memikirkan apa yang harus dia lakukan.

“Tuan muda, bagaimana dengan saham sepuluh persen?” Sekarang gantian Aura yang sedang berfikir.

“Pak tua, sepuluh persen terlalu kecil.” Aura membalas dengan singkat.

“Hmm.. bagaimana dengan lima belas persen di tambah ketika tuan muda membutuhkan bahan membuat obat, tuan muda bisa mengambil secara gratis.

Aura puas dengan itu penawarannya, Aura yang dari tadi memakai sebuah topeng akhir nya membukanya, karena sudah membuat kesepakatan.

“Pak tua sekarang kita adalah rekan bisnis, Kamu bisa juga memanggilku Aura.”Aura menjulurkan tangannya.

“Tuan muda tidak ku sangka wajah mu imut....” Ucap Pemilik toko sambil tertawa kencang.

Aura sangat kesal dengan perkataan pak tua tersebut. Pemilik toko senang membalas Aura.

“Tuan muda, perkenalkan saya Agam, kamu bisa memanggil ku kakek Agam.”Aura dan pemilik toko bersalaman menandakan sudah terjadi kesepakatan.

“Pak tua, bisa siapkan sesuatu untukku.” Aura mengeluarkan sebuah kertas.

“Tolong siapkan bahan yang ada di kertas.” setelah menyerahkan kertas tersebut Aura berjalan meninggalkan ruangan itu.

Ketika Aura membuka pintu ruangan, Aura berpapasan dengan cucu pemilik toko yang ingin masuk keruangan tersebut.

Aura tidak memperdulikan nya dan terus berjalan dan meninggalkan ruangan tersebut.

“Kakek!” ucap perempuan tersebut dengan lembut. “Oh! Kemari cucuku. “ Sambil melambaikan tangan kepada cucunya.

“Kakek dia siapa.” Cucu pemilik toko tersebut penasaran, karena dia tidak pernah melihat pemuda tersebut.

“Ahh dia... Laki-laki yang kamu bawa masuk kedalam toko.” Ucap Pemilik toko itu dengan lembut.

Cucu pemilik toko itu sebelumnya tidak peduli dengan Aura, namun setelah melihat Aura tidak memakai topeng, cucu pemilik toko tersebut menjadi penasaran.

sepuluh menit kemudian pemilik toko tersebut bersama cucunya membawa bahan-bahan tersebut.

Namun pria tua tersebut heran karena bahan-bahan ini bukan untuk membuat obat melainkan kan seperti meracik racun, pak tua tersebut ingin menanyakannya kepada Aura namun langsung membuang pikiran tersebut mengingat Aura mempunyai master yang hebat.

“Tuan muda, Ini bahan-bahan yang anda minta.” Pria tersebut memberikan sebuah cincin.

cincin itu bernama cincin penyimpanan, di dalam cincin tersebut memiliki sebuah ruangan di dalamnya yang sebesar empat kali empat.

“Tuan muda, di dalamnya sudah saya masukkan tungku tingkat lima.” Aura mengangguk dan menerima cincin tersebut.

Namun tiba-tiba seseorang menjulurkan tangannya.

“Bisakah kita berkenalan.” Tidak lain suara tersebut adalah cucu pemilik toko.

Aura terkejut atas tindakan itu, bagaimana tidak Aura tidak bisa bersikap seperti anak seumurannya. Walaupun tubuh Aura adalah anak kecil tapi jiwanya adalah pria tua yang berumur seratus tujuh tahun.

“Ah! Tentu.” Aura menjawab dengan terbata-bata.

“Aku Naiya, Perempuan cantik dan imut.” Ucap cucu pemilik toko dengan senyum lebarnya.

“Aura.” Jawab Aura dengan senyuman yang dibuat-buat.

“Haha, Apa-apaan wajah mu itu.” Naiya tertawa keras sekali karena senyuman yang di lakukan Aura.

Melihat kejadian tersebut pemilik toko tersebut bahagia melihat sekarang cucunya mempunyai seorang teman.

“Langit sudah mulai gelap, aku harus pulang.” Ucap Aura ke pada Naiya. Mendengar hal tersebut Naiya langsung menggembungkan pipinya.

“Bisa tidak tinggal lebih lama.” Naiya sangat senang akhirnya dia mempunya teman.

Aura meletakkan tangan di kepala Naiya dan mengelusnya sambil berkata. “Tidak bisa, nanti aku kena hukuman dari ibuku.”

“Baiklah...”Ucap Naiya dengan kesal.

“Hmm.... Tiga hari selanjutnya ada keperluan disini, kita akan bertemu lagi.” Jawab Aura dengan lembut.

“Janji?” Ucap Naiya. “Iya aku janji.” Aura pun melangkah keluar toko dan melanjutkan berjalan ke rumah.

BERSAMBUNG>>>