"Ana.. Bangun!"
"An.. Ana!!"
"Astaga Anak ini benar-benar ya," suara Ibuku menggema memenuhi seisi rumah kami yang mungil ini. Seperti biasa bukan Ibu namanya jika tidak suka berteriak.
Aku pun membuka mata pelan, masih merasakan sakit di pelipisku.
Ibu yang sudah hilang kesabarannya akhirnya masuk ke kamarku.
"Ana.. Kamu ini mau masuk sekolah apa tidak? kalo gak masuk ya bilang dong. Ibu kan jadi tidak perlu berteriak terus," kata Ibuku padahal walau apapun yang terjadi Ibuku pasti akan tetap berteriak.
"Ibuk ini gak lihat apa bagaimana, Ana kan masih sakit." Jawabku sambil memegang pelipisku yang masih berplaster Spiderman itu.
"Jadi apa mau absen aja sekolahnya hari ini ha?" tanya ibuku memastikan aku akan masuk sekolah atau tidak.
"Ya masuk lah Buk, ini kan cuma luka ringan aja masa Ana gak masuk sekolah cuma gara-gara ini," ucapku sambil bangkit dari tempat tidur
"Ya sudah, sekarang kamu siap-siap, jangan bikin Ibu pusing, tadi katanya masih sakit gak mau sekolah sekarang bilang mau sekolah, yang benar yang mana?" Kata ibu sambil berjalan keluar kamar dan tetap mengomel padahal kapan aku bilang begitu.
Kulihat diriku di cermin, ingin kulepaskan saja plaster ini, sepertinya aku sudah tidak membutuhkannya. Meskipun masih sedikit sakit.
***
Setelah mandi dan bersiap aku pun keluar kamar. Kulihat sepeda Luna sudah tidak ada di tempat, sepertinya dia berangkat sekolah lebih awal hari ini.
Sementara Ibu sedang menyiapkan sarapan untukku.
"Buk, Luna udah berangkat ya kok sepedanya gak ada?" Tanyaku sambil mengambil piring.
"Iya udah berangkat dari tadi." Ibuku menjawab sambil menaruh telor ceplok di atas nasiku.
"Apa gak kepagian Luna berangkatnya Bu?" tanyaku memastikan tidak biasanya Luna berangkat sepagi ini.
"Aduh Tuan Putri ini, bukan Adikmu yang kepagian tapi Kamu yang kesiangan, daritadi susah banget dibangunin. Dasar Kebo !" Kata Ibu sambil mengambilkaku segelas air.
Seketika kulihat jam dinding menunjukkan pukul 07.15, bukankah seharusnya sekolah masuk Jam 07.00.
"Ah Ibuk kenapa gak bangunin Ana dari tadi sih? " Seketika aku meletakkan sarapanku dan berlari menuju kamar mengambil tas sekolahku.
"A-pa kamu bilang, coba dengarkan Ibu bahkan jika ada lomba teriak membangunkan kebo pasti ibu lah yang jadi juara satu dari belakang karena betapa susahnya kebo itu untuk
dibangunkan." Kata Ibuku masih mencoba membela diri. Mengatakan aku yang susah di bangunkan
"Ya udahlah buk Ana berangkat dulu ya," kataku sambil meraih tas ranselku dan memakainya.
"Ya sudah, berangkat sana, hati hati ya," ucap Ibu sambil menyodorkan punggung tangannya untuk kucium.
Setelah beberapa meter berjalan, sebuah angkot menghampiriku dan secepat kilat aku memasukinya, bukankah ini bagus aku tak perlu repot repot menunggu lama mengingat ini sudah sangat telat.
***
Sepuluh menit berlalu aku pun sampai di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup. sementara Pak Satpam sedang duduk di pos nya.
"Pak,maaf ya saya telat, masih boleh masuk apa tidak Pak?" tanyaku dari balik gerbang.
"Kamu Lanthana ya?" jawabnya malah menanyakan siapa namaku lalu dia membukakan pintu gerbangnya untukku.
"Benar pak, saya Lanthana," jawabku membenarkan tebakannya
"Yasudah masuklah, tadi Ayahmu datang kemari untuk meminta izin bahwa kamu akan datang terlambat hari ini," katanya menjelaskan bahwa bapak yang telah menyelamatkanku.
Oh bapak betapa kaulah pahlawanku.
***
Aku berjalan menuju kelasku. Aku sudah sangat ketakutan. Bagaimana jika nanti pelajaran sedang berlangsung, apa yang akan kukatakan pada guru mengingat ini sudah waktunya jam pelajaran pertama.
Aku berjalan mengendap-ngendap, sambil mengintip suasana kelasku dari ujung jendela.
Kulihat tidak ada guru di sana.
Mataku masih terus memantau keadaan, kulihat sisi depan, sisi belakang ruang kelas sepertinya aman tidak ada guru bahkan teman temanku sedang asik dengan aktifitasnya masing masing hingga tidak sadar akan kehadiranku.
Aku berjalan memasuki kelas menuju bangkuku kulihat Devi sedang bermain ponsel.
"Dev, geser dikit dong aku mau lewat," kataku pada Devi agar aku bisa masuk ke bangkuku yang berada di dekat jendela.
"Eh telat lu ya An, dari tadi gue cariin juga," kata Devi.
"Iya udah, cepetan geser aku mau duduk situ," kataku sambil menunjuk bangku kesayanganku itu.
"Iya iya, suka banget sih lu duduk situ. Heran gue," jawab Devi sambil berdiri dari kursinya agar aku bisa masuk.
"Eh, ini guru kemana sih, kok jam kosong gini?" tanyaku tanpa menanggapi ucapan Devi tentang bangku ini.
"Para guru lagi rapat keless, makanya kita bebas sekarang,hahaha " ucap Devi menjelaskan sambil tertawa jahat
Pantas saja, dari tadi terlihat murid-murid lain lalu lalang melewati kelas kami.
Aku pun menatap ke arah luar jendela. Astaga pangeranku sedang ada di kelas seberang tengah duduk di depan kelas itu bersama temannya.
Aku tak tau apa yang sedang dia lakukan disana bukankah itu kelas X, untuk apa dia di sana bukankah dia sudah kelas XI.
Namun aku tak ingin terlalu memusingkan hal itu yang penting sekarang adalah pemandangan di depan mata ini sungguh amat disayangkan bila dilewatkan.
Aku terus memandanginya namun tidak sedikitpun dia melihat ke arahku , tentu saja tidak, memangnya aku ini siapa ingin agar dia melihatku. Sungguh Pungguk merindukan Bulan. Aku yang receh ini menginginkan dia yang begitu bersinar seperti itu.
Tanpa terasa bibir ini ikut tersenyum saat melihatnya sedang tertawa bersama temannya. entah apa yang mereka tertawakan sebenarnya.
Aku sama sekali tidak sadar ternyata Devi yang duduk di sebelahku sedang memperhatikan aksi terkagum kagumku itu sejak tadi.
"Hayoo lo lagi ngliatin Mas Ikau ya? " tanya Devi dengan keras rasanya aku ingin sekali menyumpal mulutnya dengan kertas
"Huusstt jangan keras-keras dong Dev," kataku sambil menutup mulutnya dengan jari telunjukku.
"Ngaku deh Lo An, lu lagi ngliatin Mas Ricko kan?" Katanya lagi tapi dengan nada yang masih tinggi.
Aku takut seisi kelas akan mendengar bahkan pangeranku yang sedang di luar kelas itu pun bisa mendengarnya jika suara Devi terus sekencang ini.
"Iya-iya aku ngaku iya.. " Jawabku terpaksa mengaku agar Devi tidak terus-terusan bertanya dengan suara speaker B*se nya itu.
Tapi tunggu, tadi Devi bilang kalau nama kakak kelas itu Ricko atau Ikau kalau aku tidak salah dengar.
"Ciee Ana naksir Mas Ikau nih ye," katanya mengejeku, lalu aku menanyakan siapa nama kakak kelas itu yang benar yang mana.
"Dev, siapa namanya Ricko atau Ikau?" Tanyaku dengan ekspresi serius.
"Ya ampun, lu gak tau dia siapa An? Dia itu Ricko anak konglomerat di daerah ini tau gak." Jelasnya kepadaku.
"Aku beneran gak tau Dev, lalu siapa namanya ,yang betul Ikau atau Ricko?" tanyaku lagi.
Astaga Aku benar benar bingung ini telingaku yang bermasalah atau Devi yang bicaranya bermasalah.
"Dia itu namanya Ricko panggilannya Ikau. Jadi sejak kapan lu suka sama dia. Ayolah jujur padaku An haha." kata Devi sambil mencubit pinggangku membuatku geli.
Sejak saat itu Devi selalu saja menggodaku yang membuatku semakin malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Aumy Re
mampir lanjut baca lagi ka
semangat berkarya
2022-04-03
0
Hanna Devi
Namaku kau sebut² Mak 🤭
2022-03-16
0
Hanna Devi
Mestinya sambil bawa air Buk, pasti langsung bangun tuh kebo nya kenak siram 🤭🤭🤭
2022-03-16
0