"Bapak pulang!" suara lelaki paruh baya dengan menenteng tas di tangannya memasuki rumah kami.
"Bapak!! kenapa selalu gitu kalo pergi gak bilang bilang," keluhku kepadanya sambil berhambur memeluknya.
Dan dibalas dengan pelukan erat lengan kekarnya.
"Jadi Ana marah sama bapak nih ceritanya?" ucapnya menggodaku sambil mencubit hidungku.
"Bapaakkkk!!! bawa oleh-oleh apa buat Luna?" yang ini suara Luna yang baru saja keluar kamar padahal sejak tadi dia sama sekali tidak keluar kamar,suara bapak lah yang membuatnya keluar dari goa persembunyiannya.
Sejurus kemudian bapak membuka reseleting tasnya terlihat dua kotak pink mengintip dari dalam.
"Tentu saja bapak membawakan hadiah untuk putri putri kesayangan bapak ini,"sambil mengambil kedua kotak Pink tersebut .
"Wah apa ini Pak?" tanyaku sangat antusias menatap kotak indah itu
"Dibuka dong biar tau." Jawab bapak sambil memberikan kedua kotak itu kepada kami berdua.
Sementara Luna yang sudah mendapat apa yang diinginkannya langsung kembali masuk ke goa persembunyiaannya kembali.
"Makasihh yaa Bapak sayang," teriaknya dari dalam kamar.
Aku pun membuka kotak tersebut. Kulihat sebuah tali rambut unik dengan permata *a*rtificial di sekelilingnya, sangat cantik.
"Pak, ini untuk Ana? Bukankah ini terlalu mahal Bapak?" tanyaku sambil memperhatikan manik cantik yang menghiasi tali rambut tersebut yang sekilas mirip berlian asli.
"Ini pemberian teman bapak di Kota An, dia orang kaya. Makanya Bapak terima saja hadiah darinya sebab dia tau Bapak punya anak gadis di rumah" jawab bapakku yang sebenarnya terlihat tegang menjelaskannya.
"Wah teman Bapak baik banget," jawabku sambil menatap botol bertuliskan lotions dan satu botol lain bertuliskan vitamin A
"Nah itu juga ada lotions sama vitamin buat mata kamu An, biar makin cantik anak bapak ini." Jelasnya tetapi sepertinya bapakku ini sedang berbohong jika benda-benda ini bukanlah dari temannya melainkan dirinya sendiri yang telah membelikannya untukku.
"Pak ini kok ada vitamin mata juga, memangnya teman bapak tau kalo Ana pakai kacamata? " tanyaku menuntut penjelasan yang lebih logis.
"Tentu saja An, Bapak kan banyak cerita tentang keluarga kita dengannya." Jawab bapakku dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Oh begitu ya pak. Ya udah bilangin makasih ya buat teman bapak. Hadiahnya sangat sesuai dengan kebutuhan Ana." Jawabku sedikit menyindirnya.
Aku tau sebenarnya bapak yang telah membelikan ini. Dari mana bapak mempunyai uang untuk membeli barang sebanyak ini. mengingat harga barang-barang ini tidaklah murah. Bahkan ini termasuk barang branded. Aku semakin curiga dengan tingkah bapak.
Namun aku tidak ingin terlalu memusingkannya. Kubawa kotak pink itu ke kamar. Dan membukannya kembali lalu mengeluarkan Isi di dalamnya.
Tali rambut ini bisa kugunakan untuk menguncir rambutku yang mulai memanjang, sementara lotions ini untuk mencerahkan kulitku yang kusam ini.
Dan yang terakhir vitamin A untuk kesehatan mataku agar terbebas dari kacamata, betapa bapakku sangat mengerti kebutuhanku.
Terlepas dari kecurigaanku terhadapnya, aku sangat bersyukur memiliki seorang ayah sepertinya. Perhatiannya bahkan melebihi perhatian ibuku terhadapku.
Orang bilang anak perempuan akan cenderung lebih dekat dengan ayahnya . Dan itu benar adanya.
Selesai mengoleskan lotion di kulitku. Aku bersiap-siap untuk pergi ke warung. Sesuai kesepakatan setiap hari minggu pagi aku akan menjaga warung kami dari pagi hingga siang. sementara siang hingga sore Luna lah yang bertugas.
Bukankan kami tim yang solid. Membagi pekerjaan rumah dengan adil tanpa paksaan apapun. Meskipun harus kuakui terkadang Luna merengek tak mau bertugas dengan alasan tidak bisa menonton drakor favoritnya.
***
Di dapur.
Bapak Dan Ibu sedang berbincang namun dengan intonasi yang sangat pelan. Hingga aku tak dapat mendengarkan apa yang mereka berdua bicarakan.
"Pak, apa tidak sebaiknya kita ceritakan saja yang sebenarnya pada Ana dan Luna?" Kata ibuku sambil membuatk kopi untuk Bapakku
"Jangan dulu Bu , mereka masih sangat dini untuk mengetahui semuanya." Jawab bapakku dengan suara yang sangat pelan.
"Tapi Pak, Ana sudah mulai curiga dengan semuanya." Kata ibuku seperti kebingungan.
"Sudahlah Bu. Kita tunggu waktu yang tepat saja." Jawab bapakku sambil berjalan keluar dapur mengakhiri percakapan mereka.
Terdengar suara langkah kakinya berjalan ke arahku , sebelum bapakku mengetahui bahwa aku menguping pembicaraannya dengan ibu, segera kuambil langkah seribu meninggalkan rumah menuju Toko kelontong kami.
***
Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan percakapan orang tuaku tadi. Sebenarnya apa yang sedang mereka sembunyikan dariku dan Luna.
Hingga tanpa sadar aku sudah berada di depan toko kami. Segera kubuka pintu besi penutup bagian depan Toko.
Toko kami ini ukurannya terbilang kecil. Tetapi soal dagangan cukup lengkap. Kami menjual sembako, snacks, minuman ringan dan obat obatan generik dengan izin depkes.
Merasa sangat gerah berada di dalam toko. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di teras toko.
Sembari menatap lalu lalang jalanan, mataku menatap sosok yang tak asing , sosok yang beberapa hari ini menghiasi hari hariku. Ya, dia Pangeran tak berkudaku, kakak kelas favoritku yang hingga saat ini belum kuketahui siapa namanya.
Si tampan itu sedang berjalan sendirian tanpa pengawal kerajaan yang biasa bersamanya. Ya Tuhan, dia menatap ke arahku. Inginku berlari belum dia menyadari keberadaanku.
Ternyata kakiku lebih cepat mengambil keputusan dibandingkan dengan otakku. Aku berlari ke arah trotoar.
Tetapi mengapa aku harus berlari darinya, bukankah ini tidak diperlukan. Lagi pula apa masalahnya kalau dia memandangku bahkan menemuiku, mungkin saja dia sedang ingin membeli sesuatu di tokoku.
Ada apa denganku sebenarnya. Bukankah bagus bila kita bertemu. Pikiranku terlalu merepotkanku. Hingga tanpa kusadari
"Bruukkk!" Aku menabrak tiang listrik di depanku. Sebenarnya aku tak berlari kencang tetapi mataku ini tidak mau melihat kedepan hingga menabrakkan tubuhku ke tiang listrik raksasa berbahan beton di seberang tokoku.
Benturan yang cukup keras mengenai pelipisku, teramat sakit rasanya ngilu bercampur pening di kepala.
Hingga semua terlihat gelap. Aku pingsan.
Sayup sayup kulihat seorang wanita membantuku. Tetapi aku tak tau siapa dia , kepalaku sangat pusing, tubuhku melemas.
***
"Nak, bangun Nak." Terdengar suara ayahku membangunkanku.
Aku masih belum mampu membuka mata.
"Ana, bangun An, " ayahku kembali mencoba membangunkan ku lagi sambil menepuk nepuk kedua pipiku.
"Ba.. Bapak.. " Ucapku lirih menahan sakit di pelipisku.
"Nak, gimana, mana yang sakit?" tanya bapakku sangat mengkhawatirkan keadaanku.
"Pusing pak, pelipis Ana sakit." Ucapku sambil memegang pelipisku yang sepertinya terpasangkan plester.
"Kamu ini gimana sih kok bisa begini, sudah sana istirahat dulu." Bapakku menenangkanku dan menyuruhku untuk kembali berbaring.
"Pak, tadi siapa yang menolong dan membawa Ana kesini?" tanyaku sambil mengingat-ingat apa yang terjadi. Seingatku aku tadi sedang melihat lelaki favoritku itu dan kemudian aku berlari hingga menabrak tiang listrik.
Sungguh memalukan bukan. Betapa diri ini tidak terkendali. Lalu bagaimana aku bisa kembali ke toko ini.
"Tadi ada Ibu-Ibu kesini sambil menggendongmu dan bilang kalo kamu pingsan di trotoar. Memangnya bagaimana ceritanya sih An?" Bapakku menjelaskan apa yang terjadi dan menanyakan detailnya.
Tak mungkin aku menceritakan apa sebenarnya terjadi. Bisa-Bisa bapakku tertawa terbahak hingga seluruh ruko di sekitar sini dapat mendengar gelak tawanya.
"Emm Ana tadi jatuh kesandung Pak " jawabku serampangan.
Aku melihat ada plaster di dahiku. Bergambar Spiderman sangat lucu darimana Bapak mendapatkannya pikirku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Maliqa Effendy
Segitunya sih....
2022-12-12
0
Follow ig : tinatina3627
mampir lagi kak
2022-03-07
0
Nur Hidayah
Toko kelontong itu apa ya kak Author??
2022-02-18
1