Akhirnya hari ini berakhir juga. Badanku terasa sangat pegal. Mungkin karena aku masih butuh beradaptasi dengan semuanya.
Kerja di dunia perhotelan sudah sewajarnya seperti ini. Semua harus sesuai ketentuan hospitality industry demi kenyamanan Guests agar rating perusahaan kami tidak jatuh.
Kubuka ponselku dan mencoba membuka medsos. Semua tampak normal tidak ada notif apapun. Berulang kali aku mencoba mencari akun medsos Mas Ikau tetapi tidak pernah kutemukan.
"An, udah tidur?" Tanya Kak Anggi yang sedang mencuci tangan di wastafel.
"Belum kak." Ucapku singkat.
"Aku tau sebenernya kamu emang belum tidur kan soalnya sinar ponsel kamu tembus ke korden tuh," ucapnya memancingku.
"Oh iya Kak . Aku emang lagi ngecek medsos sih." Jawabku berusaha tenang padahal aku sedang tertangkap basah olehnya.
"An, cerita kamu belom selesai loh tadi." Dia bertanya lagi masalah obrolan kami tadi siang.
"Lanjutin dong An, aku penasaran nih!" Kata kak anggi.
"Ih Kakak kenapa jadi kepo sih. Orang gak ada yang sepesial kok." Akupun terbangun dari tidurku dan kubuka korden bed ku untuk meyakinkannya bahwa memang tak ada yang spesial dari kisahku.
"Tapi Aku pengen tau An, kok bisa-bisanya kamu nolak Pria kaya itu malah milih kerja di sini. Capek loh kerja di kapal tuh." Ucapnya lagi dengan wajah yang menuntut penjelasanku.
"Aduh kak. Kapan-kapan aja deh aku ceritain yah." Ucapku dengan pura-pura mengantuk.
"Ayolah An pleasee," rengeknya manja. Astaga ternyata teman sekabinku ini cukup pemaksa orangnya.
"Iya iya kak." Jawabku lesu, akhirnya aku mengalah.
Kak Anggi tersenyum penuh kemenangan
"Jadi, kakak mau Aku cerita darimana dulu nih? " Tanyaku pasrah menuruti keinginannya.
"Yang mana ya An, gimana kalo soal calon jodohmu itu aja?" Tanyanya dengan wajah sumringah. Ah sejak kapan orang begitu tertarik dengan kehidupan orang lain, batinku.
"Oke jadi gini kak. Dia itu pengusaha, mungkin sekitar 2 tahun di atasku usianya. Tapi dia terlihat lebih tua dari umurnya. Sebenernya aku baru ketemu beberapa kali aja sih sama dia. Orangnya kaku, dingin, introvert nggak banget deh pokoknya." Jawabku mencoba menjelaskan sedetail mungkin.
"Tapi Dia ganteng kan?" Tanyanya lagi sudah kuduga pasti ini pertanyaan selanjutnya yang akan dia ajukan.
"Iya gantenglah orang kaya kan bebas Kak. Mau berpenampilan kayak apa juga bisa kan." Jawabku asal.
"Jadi ketampanannya cuma ditunjang sama penampilannya aja gitu?" Tanyanya lagi menuntut lebih.
"Ya gak gitu juga. Maksudku dia memang ganteng kok. Tinggi putih pokonya standard kegantengan orang Asia gitulah Kak." Jawabku mulai malas menjelaskan.
"Ya harusnya kamu mau dong. Nggak malah kerja capek-capek gini." Jawabnya dengan wajah heran membuatku sedikit pusing menanggapi pertanyaannya.
"Aku nggak suka sama Dia kak. Ah Kakak nih kok ngga ngerti-ngerti juga." Jawabku agak menaikkan intonasi membuat Kak Anggi jadi terdiam.
"Iya tapi kenapa An?" Tanyanya lagi masih berusaha mengejar jawaban yang diinginkannya.
"Aku sukanya sama orang lain Kak." Jawabku singkat. Setelah ini pasti dia akan menanyakan siapa orang tersebut.
"Siapa An?" Tanyanya lagi dan itu sesuai dengan dugaanku.
"Ada deh kakak nggak akan kenal." Jawabku asal.
"Ya maksudnya orangnya tuh kayak apa gitu loh. Sampek kamu nolak Si Pengusaha itu." Tanyanya lagi dengan lebih penasaran yang membuatku semakin merasa digali.
Haruskah aku menceritakan semua pada kak Anggi. Aku ragu dan malu sebenarnya tetapi di sisi lain aku memang membutuhkan teman untuk berbagi. Sebaiknya kucoba saja siapa tau perasaanku jadi lega dan lagi sepertinya Kak Anggi ini orang yang baik dan bisa dipercaya terlihat dari raut wajah dan matanya.
"Jadi Dia itu sebenernya kakak kelasku waktu SMA dulu kak." Jelasku mengawali perbincangan.
"Ya ampun An, jadi Rival Si Pengusaha tajir itu cinta monyet kamu ternyata?" Jawabnya sambil tertawa.
"Tuh kan Kakak malah ngeledekin kan!" Kataku kesal dia begitu meremehkan Pangeran misterius di masa laluku itu. Aku benar-benar tidak terima.
"Eh sorry-sorry An, terbawa suasana sih," ucapnya membela diri.
"Terus gimana lagi? Lanjut dong." Sambungnya lagi.
"Aku tuh juga nggak tau kak. Kenapa perasaanku bisa sedalam ini sama dia padahal nama aslinya aja aku ngga tau. Wajahnya pun aku udah lupa." Jawabku jujur, sejujur-jujurnya.
"Apa? Jangan becanda deh An, aku tuh serius loh nanya ke kamu tuh." Jawabnya seakan menuntut kejujuranku.
"Ya ampun kak. Aku juga serius ini nggak main main." Dengusku kesal.
"Iya-iya yaudah-yaudah.. Terusin dong." Ucapnya lagi dengan wajah memelas seakan meminta maaf.
"Orang kakak kayak nggak percaya gitu sama aku, kan sebel jadinya." Katakku lagi dengan ketus sengaja untuk menggodanya.
"Kok aku jadi ngerasa ini ceritanya nggak mulai mulai ya An? " Ucapnya sambil menggaruk tengkuknya.
"Iya Kak makanya dengerin yang bener dong. Jangan nyela-nyela terus." Kataku sengaja ingin mengulur waktu.
"Ayolah An," rengeknya lagi, begitu memggemaskan.
Akhirnya aku mengawali ceritaku lagi yang sedari tadi sengaja ku ulur-ulur seperti karet gelang yang tersangkut tetapi kita tetap berusaha menariknya.
"Jadi aku tuh pertama ketemu dia di sekolah kak. Pas pertama masuk kelas sepuluh dulu."
Jelasku setenang mungkin.
"Gimana, gimana awalnya?" Katanya antusias.
"Aku kan dulu pas kelas sepuluh itu duduknya di deket jendela gitu kan, jadi aku sering lihat kakak kelas lewat gitu.
Nah salah satunya tuh Dia. cuma sebatas itu sebenernya Kak." Jwabku karena bingung harus mulai darimana.
Sepertinya Kak Anggi mulai mengantuk. Ingin kuakhiri saja cerita ini.
"Kak udah yuk tidur Aku mulai ngantuk nih. " ajakku.
"Eh belom cerita kok malah mo tidur. Gimana sih kamu! " Jawabnya sedikit marah.
"Hehe iya-iya. Anyway aku jadi sedih loh kak kalo inget-inget masa SMA soalnya itu masa tersulitku." Kataku memelas.
"Eh sorry ya An, Aku nggak bermaksud bikin kamu sedih sebenernya." Katanya lagi.
"Nggak apa Kak. Jadi emang sosoknya itu sulit Aku hapus sampai sekarang." Jawabku berusaha membuatnya tidak merasa bersalah.
"Jaman SMA kamu memang gimana sih An sebenernya ?" Tanyanya dengan nada pelan seolah takut menyakiti perasaanku.
"Dulu aku sekolah sambil kerja sih Kak. Soalnya sejak bapakku sakit dan Ibuku lah yang jadi tulang punggung keluarga." Jelasku.
"Oh gitu. Tapi emangnya kamu bisa sekolah ambil kerja An?" Tanyanya heran.
"Ya harus bisa kak. Buktinya aku bisa kan?" Jawabku singkat tapi padat.
"Apa itu nggak repot An? maksudku anak usia remaja biasanya lagi labil-labilnya loh, emosional, mana mau kerja?" Tanyanya heran.
Dari yang aku tangkap sepertinya kak Anggi ini berasal dari keluarga mampu terlihat dari gayanya dan penampilannya pun bukan seperti orang biasa. Tak heran bila ia cukup penasaran dengan kisahku yang menyedihkan ini ingin kumenangisiku jadinya.
"Kak, emang kakak ini anak orang kaya ya?" Akhirnya kuberanikan diri bertanya padanya.
"Kok kamu nanya nya gitu An? " Jawabnya heran.
"Abisnya Kakak kayak nggak percaya gitu kalo aku bisa sekolah sambil kerja dulu." Jawabku mulai lesu.
"Nggak gitu An, soalnya kamu masih SMA lho waktu itu. Kalo usia kuliah sih aku percaya kuliah sambil kerja bisa kan waktunya lebih fleksibel. " Terangnya berusaha untuk logis.
"Dulu aku juga pulang sekolah kok kerjanya. nggak mungkinlah Jam pelajaran aku tinggal kerja. Haha." Jawabku tertawa. Ah Kak Anggi ini ada-ada saja pikirku.
"Memang kamu kerja apa dulu An?" tanyanya lagi
"Wah banyak kak, kadang jaga warnet, kadang bantu bantu di warung orang," jelasku cepat
"Wah kamu keren An, aku nggak nyangka kamu bisa sekuat itu." Katanya mengungkapan kekaguman yang sebenarnya tidak diperlukan.
"Ah kakak biasa aja kali. Banyak kok yang kayak aku." Ucapku sambil memasang muka malu.
Karena terlalu antusias bercerita membuatku jadi terbayang bayang masa SMA dulu segala sesuatu yang berkaitan dengan masa sekolah selalu mengingatkanku pada Mas Ikau. Pria misterius idamanku.
Sebenarnya sosoknya tidak misterius hanya saja aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri saat itu sehingga tidak ada waktu untuk mencari tau tentangnya lebih lanjut.
Mari kita kembali ke masa lalu untuk mengenalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Hanna Devi
ada yg jatuh cinta nih 🤭
2022-02-11
1
April
Penasaran dengan cinta monyetnya ana
2022-02-02
0
April
Kok, bisa?? Ah, ana kamu lucu deh.
2022-02-02
0