Hari-hari yang kini Sultan lalui memang lah cukup indah, dan terlebih ia yang selalu berbohong untuk pergi ke toilet itu, ternayata hanyalah alasan yang dia buat-buat, supaya ia bisa menatap Rere setiap harinya sebelum pembelajaran dimulai.
Sudah satu minggu lebih Sultan melakukan cara seperti itu tanpa ada yang mengetahui alasannya. Ia cukup tenang dalam meminta izin kepada guru mata pelajaran, dan terlebih Rere juga tak mengetahui kelakuan prianya tersebut.
Setelah memastikan Rere baik-baik saja di sana, Sultan pun lalu pergi ke kelasnya kembali. Semua orang menatapnya tanpa sedikit pun ada yang merasa curiga padanya. Sultan tak pernah menceritakan kelakuannya itu kepada Rere karena ia takut! bila nanti Rere mengetahuinya ia akan memarahinya.
Senin yang akan datang, sekolah Sultan akan mengadakan Pembaretan, yang di mana siswa baru akan di lantik menjadi siswa yang bermoral.
Mereka akan di didik oleh pasukan TNI selama satu minggu penuh. Itu adalah tahap akhir, bilamana mereka gagal! mereka tidak akan lulus dan masuk ke dalam sekolah favorit tersebut.
Sultan pun dulu pernah mengalami hal itu, yang di mana selama satu bulan dia menempuh pendidikan dengan waktu yang cukup lama. Setelah satu bulan itu terlewati, mereka akan di uji secara mental dan fisik oleh abdi negara.
Waktu akan di atur semua oleh anggota TNI, dan mereka harus mematuhi waktu itu, yang di mana calon siswa baru harus datang tepat pada waktunya. Mereka akan dikumpulkan di sebuah tempat yang jaraknya agak jauh dari sekolah.
Syarat untuk masuk ke dalam sekolah, mereka harus berjalan kaki berkilo-kilo meter bilamana mereka ingin pergi masuk ke dalam sekolah tersebut.
Setelah itu mereka akan diperintahkan oleh anggota TNI untuk berjalan jongkok dari gerbang pintu masuk sekolah, hingga mereka masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
Bukan hal yang sangat mudah bilamana mereka ingin masuk ke dalam sekolah itu. Terlalu banyak syarat yang harus dilakukan, tetapi semua itu akan berakhir bilamana kita berusaha dengan sekuat tenaga.
Kring, kring, kring ... suara telepon menyala.
"Asalamu'alaikum, Haii, bolot," ucap Rere sangat lembut kepada Sultan, dan sehingga Sultan memahami isi dalam pikiran Rere itu seperti apa.
"Wa'alaikum'Salam, ada apa Be? kangen bukan elu sama gue?" ucap Sultan basa-basi, padahal yang sebenarnya Sultan sudah paham apa maksud dari Rere itu.
"Main yu? soalnya satu minggu ini aku pasti bakalan sering pulang malam?" tanya Rere penuh harapan.
"Elu engga usah bilang gitu ke gue karena gue juga tahu, dan entar gue juga akan ada di sekolah buat nemenin elu kok, walaupun anak Pramuka di suruh bantuin anak OSIS, tetapi gue di sana cuma mau jagain sama bantuin elu aja."
Rere pun lalu tersenyum, dan kini dia merasa sangat bahagia ketika pikirannya itu menjadi kenyataan. Dan di sana Rere berharap! bahwa Sultan lah yang akan menjadi pendampingnya nanti di sekolah.
"Gue siap-siap dulu ya, Re, entar gue jemput elu ke sana," ucap Sultan yang tak mau banyak berbicara.
Telepon pun dimatikan oleh Rere. Ia pun lalu segera bersiap-siap menunggu kedatangan Sultan di rumahnya itu. Dari awal Rere sudah mengira! bahwa hari ini Sultan akan membawanya pergi keluar untuk melampiaskan rasa kebosanannya tersebut.
Sementara itu, Sultan yang tengah membawa motor tuanya tersebut, dia melihat ada 2 anak remaja yang sedang menghadangnya, Sultan pun lalu berhenti dan menanyakan alasan mereka menghentikan motornya itu kenapa.
"Ada apa Bro?" tanya Sultan yang tengah bersiap-siap dengan sikapnya itu.
"Minta duit, buat beli bensin!" ucap kedua pemuda tersebut sembari sempoyongan.
"Kerja lah Bro!".
"Songong banget lu! mau cari gara-gara sama kita!".
Sultan pun lalu memberikan pelajaran kepada orang-orang tersebut untuk menyadarkan mereka bahwa tindakan yang mereka lakukan itu salah.
Tanpa basa-basi Sultan lalu meninggalkan kedua pemuda itu karena dia takut akan dirinya terluka. Di suatu sisi Sultan bisa mengalahkan mereka berdua, tetapi di suatu sisi Sultan tidak mau membuat wanitanya itu menunggu lama.
Seketika, Rere pun menelepon prianya tersebut karena dia merasa sangat khawatir! kenapa dia belum juga sampai menjemputnya. Sultan lalu berhenti ketika dia telah sampai di rumah wanitanya tersebut.
"Ada apa sih Re? kok, elu kagak sabaran banget ya."
"Kamu dimana Tan?".
"Ini aku udah di depan rumah kamu, tungguin sebentar ya, entar aku masuk ke dalam," ucap Sultan dengan tergesa-gesa.
"Elu mau ke mana lagi sih Tan?".
"Di depan ada nenek kamu, biarin lah gue salam dulu ke dia terlebih dahulu."
Sultan pun lalu memberikan salam kepada nenek Rere yang tengah duduk di kursi depan teras rumahnya itu sembari mengecup tangan nenek Rere dengan lembut.
Setelah itu, Sultan lalu masuk ke dalam rumah Rere sembari memberikan salamnya dengan manis. Ibu Rere sontak mendengar suara Sultan di depan rumah dan lantas bidadari itu pun lalu membuka kan pintunya untuk Sultan.
"Eh, ada Sultan, sini masuk?" tanya ibu Rere dengan lembut.
"Iya Mah, makasih ya," ucap Sultan dengan lembut sembari mengecup tangan ibu Rere.
Sultan pun lalu masuk dan duduk di kursi sofa yang terlihat begitu nyaman ketika dirinya singgahi. Ia merasa bahwa rumah itu terlihat seperti rumah ke dua bagi dirinya.
Rere pun lalu menyuguhkan air putih kepada Sultan karena Sultan hanya meminta itu kepada Rere. Ia pun menatap tajam Rere ketika Sultan melihat Rere begitu manis disaat ia sedang membawakan secangkir gelas air minum untuknya.
"Sama-sama?" ucap Rere yang berharap prianya itu akan memberikan kata terimakasih ke padanya.
"Emang yang buatin aku minum siapa?".
"Aku lah!" ucap Rere singkat, sembari menjauhkan pandangannya tersebut dari Sultan.
"Aku kira yang buatin minum itu mamah kamu. Yaudah kalau gitu makasih ya, pacar gue," ucap Sultan sambil mencubit pipi Rere dengan begitu pelannya.
"Mau main kemana kita Tan?."
"Di sini ajalah, aku engga mau kemana-mana."
"Ini anak emang rese ya! kalau tahu gitu gue engga akan siap-siap kayak gini," ucap Rere dalam hati.
Sultan merasa ada yang membisiki dia dengan kencang, yang seolah-olah hati Sultan tengah berbicara dengan hati Rere. Sultan pun lalu menatap wajah Rere yang terlihat sangat kesal karena ulahnya tersebut.
Sultan pun lalu berbicara kepadanya bahwa hari ini Rere ingin ditemani olehnya kemana. Sultan pun lalu berdiri sembari menatap wajah Rere yang masih menunduk.
"Kok, masih duduk! ayo kita keluar, sebelum itu aku mau minta izin dulu ke mamah."
"Kamu serius kan Tan?".
"Telinga gue panas Re, kayaknya ada yang lagi ngomongin gue nih sekarang, apa itu kamu Re, orangnya?."
"Ihh, sumpah ya, ini anak emang bisa baca isi hati gue kayaknya," ucap Rere kembali dalam hati.
Sultan pun menghampiri mamah Rere yang tengah memasak itu untuk meminta izin mengajak anaknya keluar main sebentar.
"Mah, Sultan mau minta izin buat ngajak Rere pergi keluar sebentar, boleh?" tanya Sultan dengan nada rendah.
"Kemarin aja janjinya keluar sebentar! tapi pulangnya malah larut sore," ucap ibu Rere yang sedang membercandai kedua anaknya itu.
"Iya Mah, maaf, semuanya salah Sultan."
"Yaudah sana, tapi janji ya, jagain anak mamah," ucap ibu Rere sembari tersenyum.
"Ternyata emang benar ya, Re, kata kamu? mamah kamu itu lebih rese dari pada aku hehe," ucap Sultan yang membuat kedua wanita itu tersenyum dan tertawa.
Mereka pun lalu pergi setelah berpamitan kepada ibunya itu. Sultan lalu menyalakan motor tuanya tersebut dan lalu meninggalkan rumah keduanya itu dengan damai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments