Di ujung jalan yang sedikit sunyi tanpa kehidupan itu membuat hati semakin bingung saja! entah siapa lagi yang akan mengakhiri pertemuan ini selain Tuhan lah yang mengakhirinya.
Ini adalah hari pertamanya Rere bermain berdua bersama Sultan disaat pembelajaran sekolah masih berjalan. Walaupun jam ini adalah jam istirahat, tetapi ia merasa bahwa dirinya sedang menjadi siswa nakal bersama dengan Sultan, pria rese yang dia cintai tersebut.
Rere dibuat bingung oleh suatu keadaan, disuatu sisi ia merasa sangat bahagia ketika bersandingan dengan Sultan, namun akan tetapi, ia juga merasa takut bahwa rindunya itu akan membawanya kesuatu titik permasalahan hidupnya yang baru.
Dia tidak menyalahkan Sultan, namun dia hanya menyalahkan hatinya, kenapa dia sangat lugu dengan semua ini dan kenapa dia sangat polos terhadapnya.
Dengan sikap Rere yang begitu polos, tentunya Sultan menyimpan sesuatu hal yang di mana ia akan menjelaskan kepada Rere, apa itu arti hidup yang sesungguhnya.
"Sepi amat ini jalan Tan! elu mau bawa gue kemana?" ucap Rere kebingungan! sebenarnya Sultan akan membawa dia kemana.
"Di depan ada kuburan Re, gue mau ke sana buat ngubur elu hidup-hidup, jangan bilang siapa-siapa ya," ucap Sultan tersenyum jahat di depan Rere.
"Gue tampar nih! jangan macem-macem! atau elu bakalan habis sama gue nanti Tan!".
"Galak bener punya pacar! diem aja kenapa Re, entar juga elu bakalan tahu kalau gue mau bawa elu kemana."
"Tapi ... ," gumam Rere menahan kata-katanya tersebut.
"Engga ada kata tapi Re, melainkan kata sayang dan kata percayalah yang harus kamu ucap kan padaku," ucap Sultan memotong pembicaraan.
Bumi Perkemahan, suatu tempat yang letaknya tak begitu jauh dari sekolah mereka berada. Tempat itu sering digunakan oleh anggota Pramuka dari berbagai cabang kota, dan tentunya Sultan sangat mengenal tempat itu karena nuansa alam yang berada di sana sungguh menyejukan hati bilamana ia pandang kembali tanpa henti.
"Tempat ini adalah tempat pertama kalinya aku melihatmu Re, dan di tempat ini juga gue melihat sosok bidadari yang tengah duduk asik di sana dengan damai," ucap Sultan sembari menatap indah permandangan alam ciptaan Tuhan.
"Hmm, siapa Tan?" ucap Rere penasaran, siapakah wanita yang dia sebut-sebut itu.
"Kamu," ucap Sultan sambil menatap tajam wajah Rere.
Rere tersenyum disaat ia mendengar apa yang Sultan ucapan tadi kepadanya. Ia berusaha menjauhkan pandangannya, namun itu cukup sulit! karena ia merasa bahwa apa yang telah Sultan katakan itu sangat lah menyentuh hatinya.
"Mungkin kamu bukan cinta pertamaku Re, tetapi di sini aku selalu menganggap kamu itu adalah cinta pertamaku."
"Satu tahun aku menunggu kamu Re, dan satu tahun itu aku habiskan waktuku hanya untuk memandangi fotomu Re. Senyummu yang membuat aku bangkit Re, wajahmu yang selalu membuatku terusik oleh kata-kata mencintai kamu."
Rere merasa bahwa tatapannya itu sangat tulus adanya dan bahkan di sana Rere sempat meneteskan air matanya itu langsung di hadapan Sultan. Disaat itulah Sultan mengusap air mata Rere dengan begitu lembut.
Ia adalah sosok pria misterius, kenapa? karena Sultan memiliki hati yang begitu sulit untuk dipahami oleh Rere, dan sehingga Rere berpikir bahwa kenapa bukan dia yang dari dulu menemaninya.
"Kok, gue sedih dengernya ya, Tan? makasih Be, aku bahagia saat bersamamu, dan makasih juga karena kamu telah hadir sehingga sekarang kamu telah menjadi miliku," ucap Rere sembari menyandarkan kepalanya itu dibahu Sultan.
"Pacar gue kok, sekarang jadi lebih bijak ya? gue heran Re! sejak kapan elu pandai dalam berkata-kata seperti ini?".
"Kan aku udah bilang! semuanya karena aku liat isi bukumu waktu itu Tan, makanya aku jadi kayak gini sekarang."
"Ya, kamu mah emang begitu orangnya Re. Yaudah, kita masuk lagi ke sekolah, dan jangan lupa pegangan yang kenceng ya! soalnya gue takut kalau elu nanti jatoh."
"Aku takut kesiangan masuk kelas Tan, dan aku takut dimarin sama guru mata pelajaran juga."
"Selagi masih ada gue, elu engga akan kena marah oleh guru, percaya dah sama gue Re."
"Kok, elu bisa sesantai ini Tan? emang kamu engga takut apa dimarahin sama guru kamu juga?".
"Aku ini siswa gila Re, mau seberapa marahnya guru ke gue, gue engga akan takut! dan malahan gue selalu ketawa disaat melihat guru gue marah ya, karena percuma gitu! kok, dia marahin orang gila! kan engga akan mempan lah."
Plakk, plakk, plakk ... tiga tamparan keras diberikan oleh Rere kepada Sultan, dan lagi-lagi ia menampar keras helm Sultan hingga memiring kembali dan menutupi seluruh isi wajah Sultan.
Setelah itu, Sultan pun lalu menyalakan motor tuanya itu dan mereka berdua pun lalu pergi meninggalkan tempat tersebut untuk kembali masuk ke dalam sekolah tercintanya itu.
Sesampainya mereka di sekolah, Sultan lalu memperhatikan langkah Rere dengan begitu tajamnya karena ia takut kejadian tadi akan menimpa Rere kembali. Setelah Rere masuk ke dalam kelas, Sultan pun lalu pergi ke kosan kembali untuk menyimpan motornya di sana.
"Dari mana elu Tan?" ucap Iman.
"Bai, elu sekarang ngebuka bisnis peternakan tuyul bukan?" ucap Sultan tersenyum tipis ketika ia melihat setengah dari kawannya itu berambut botak.
"Parah elu Tan, kenapa elu engga ngabarin kita kalau ibu Widia udah masuk ke dalam kelas!" ucap Akbar tertawa ke arah Sultan.
"Males kalau ngobrol sama tuyul! yang dibahas maksiat mulu! mendingan gue salat, biar elu pada tobat dah haha," ucap Sultan yang tak mau berhenti meledek kawannya tersebut.
Sultan pun lalu pergi meninggalkan mereka untuk melaksanakan ibadahnya itu. Sontak Iman di sana melihat bahwa Hp Sultan tertinggal dan masih dalam keadaan menyala. Iman pun lalu menelepon Rere dan sekaligus ingin menjahili balik kelakuan Sultan terhadap mereka.
"Re, Re, Sultan lagi pacaran sama orang lain di sini," ucap Iman kepada Rere.
"Bener Re, bener," ucap semua teman Sultan dengan serentak.
"Bilangin ke dia kalau mau ngeduain gue jangan tanggung-tanggung! langsung 10 cewe aja sekaligus dia pacarin, gue bakalan selalu dukung dia kok, tenang aja," ucap Rere bermain drama dengan mereka karena ia sudah tahu, bahwa teman Sultan hanya sedang menjahilinya saja.
Tentunya Rere bukanlah wanita bodoh, ia adalah wanita pandai dan juga begitu cerdik, terlebih Rere takan pernah mudah percaya dengan apa yang sedang teman prianya itu bicarakan kepadanya.
"Cewe gue bukanlah anak kecil yang mudah kalian tipu dengan hanya memberikan satu permen. Kalau kalian ingin denger suaranya seperti apa? nih gue kasih! ayo Re, ngomong! apakah elu percaya sama kawan gue?" ucap Sultan sembari mengeraskan volume suara teleponnya itu.
"Kagak percaya gue mah sama temen elu Tan," ucap Rere singkat kepada semua kawan Sultan.
Sultan pun menutup telponnya dan lalu ia juga memahami mereka semua, sehingga teman-temannya itu merasa sangat malu dengan apa yang mereka lakukan kepada Sultan tadi.
"Liat tuh pacar gue tadi! dia engga akan mudah percaya sama omongan-omongan kalian, dan secara kalian semua itu adalah orang-orang gila di mata Rere," ucap Sultan sembari meninggalkan teman-temannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments