Masih dalam respon yang cepat, mereka berdua bertatap muka kembali di waktu yang singkat itu. Melampiaskan semua rasa letihnya tersebut bersama-sama dengan rasa yang sama. Rasa sayang yang takan pernah berubah sampai kapan pun, mungkin itu akan terasa aneh, sehingga membuat mereka tak yakin! bahwa hubungannya tersebut akan berjalan dengan baik-baik saja.
Rere yang tak mau lepas semakin menyulitkan Sultan untuk meninggalkannya dikala dia sedang rindu berat, padahal di suatu sisi yang sangat merindu itu adalah Sultan.
Di situ Sultan hanya menutupi rindunya itu, supaya ia bisa menghibur Rere dan menyemangati Rere, sang bidadari ciptaan Tuhan yang begitu indah untuk di pandang.
Di dalam kelas itu, masih ada Intan yang menunggu mereka berdua. Mereka bukannya tak berani untuk berdua-duaan di dalam kelas, namun mereka hanya takut kedekatannya itu akan menjadikan bahan perbincangan yang sangat panas oleh orang-orang yang ada di sekitar mereka.
"Mau apa ke sini Re!" ucap Sultan bingung! kenapa tiba-tiba dia sangat ingin bertemu Sultan, padahal dia baru saja bertemu dengannya.
"Emang rindu bisa di ucapin ya, Tan!" ucap Rere sembari menatap tajam wajah Sultan.
"Akutuh heran sama kamu Re!" ucap Sultan.
"Heran kenapa Tan?" tanya Rere yang merasa bingung dengan apa yang dia ucapkan itu.
"Kamu punya darah tinggi bukan? perasaan dari tadi aku ketemu kamu marah-marah melulu?".
"Ohh, jadi tadi itu Sultan izin ke toilet cuma mau ketemu kamu ya Re?" tanya Intan kepada Rere.
"Emang iya Tan?" jawab Rere sembari menoleh ke arah Intan dengan tersenyum.
"Ohh, jadi kamu bohongin guru kamu sendiri ya?" tanya Rere kembali sambil mencubit Sultan.
Sultan terus tersenyum kepada Rere, namun Rere terus mencubit Sultan dengan penuh tenaga, tanpa melepaskannya dan malah semakin menambah tegangan cubitannya tersebut. Sultan yang selalu pasrah terhadap sikap Rere itu, lebih baik dia membiarkannya dan mengalah, dari pada harus melihat penyakit darah tinggi Rere itu semakin bertambah.
Sementara itu Intan yang terus-terusan tertawa melihat tingkah laku mereka merasa sirik dan cemburu. Intan lalu pergi keluar sebentar untuk mencari teman wanitanya tersebut. Sontak Rere bertanya kepada Intan? kalau dia mau kemana.
"Mau kemana Tan?" tanya Rere kepada Intan.
"Ada Sultan ini kan yang nemenin kamu, yaudahlah lanjutin aja, engga bakal ada apa-apa kok," ucap Intan kepada Rere.
"Engga akan ada yang berani masuk kok, Re," ucap Sultan yang tengah meyakinkan Rere.
Seketika Farid dan Bambang masuk ke dalam kelas untuk menawarkan makanan yang mereka jual. Farid adalah siswa yang sangat rajin sehingga dia belajar di sekolah sambil berjualan mencari sedikit uang untuknya. Farid yang melihat ke asikan mereka merasa heran! sejak kapan Sultan sedekat ini dengan Rere.
Dan begitupun dengan Bambang, ia juga adalah teman dekat Sultan sekaligus teman satu kelas dengan Farid. Ia adalah sosok teman paling gokil, ceria, dan baik.
"Assalamu'alaikum," ucap Farid memberi salam.
"Wa'alaikum Salam," jawab Rere dan Sultan seirama.
"Buat kalian pasangan baru, ayodong jajan," ucap Farid yang sedang merayu mereka.
"Katanya engga akan ada yang berani masuk ke kelas preman!" ucap Rere meledek Sultan.
"Maaf kalau aku mengganggu kalian berdua," ucap Farid yang berlagak sok manis di depan mereka.
"Yaudah tuh, Farid jualan, kamu mau apa?" tanya Sultan yang menyuruh Rere untuk membeli makanan yang Farid jual.
"Kamu bayarin oke," ucap Rere.
"Yaudah ambil aja yang banyak, biar elu gemuk."
Farid pun lalu keluar dari kelas tersebut setelah dagangannya itu dibeli oleh Sultan. Rere yang nampak lahap itu membuat Sultan semakin tak mampu berpaling dari hadapannya tersebut. Sultan berpikir, bahwa wajah Rere nampak lebih manis ketika mana ia sedang makan begitu lahapnya.
"Bisa engga sih, kalau aku makan kamu engga usah ngeliatin aku sefokus itu?" tanya Rere yang berpura-pura terusik.
"Abisnya muka kamu tambah lucu bila lagi makan," ucap Sultan sembari menatap Rere tanpa henti.
"Yaudah ah, aku mau ke kelas lagi," ucap Rere meninggalkan Sultan.
"Emang rindunya udah beresan ya, Re?" tanya Sultan yang membuat langkah Rere terhenti.
Rere lalu menghampiri Sultan kembali dan lalu mencubit pipi Sultan karena dari kemarin Rere merasa gemas dengan sikapnya tersebut.
"Ohh, iya, aku lupa!" ucap Rere patah-patah.
"Lupa apaan?".
"Aku lupa nyubit pipi kamu," ucap Rere sembari mencubit pipi Sultan dengan manis.
Rere lalu pergi meninggalkan Sultan sembari tersenyum. Sultan pun ikut tersenyum dengan tingkah laku yang Rere berikan kepada dia. Semakin ke sini Rere begitu sering memperhatikan Sultan, dan Rere pun tanpa henti terus mengubah sifat pemalas prianya itu, menjadi sifat pencemas bagi wanitanya tersebut.
Tak lama setelah kepergian Rere, bell masuk kelas pun berbunyi. Sultan pun dengan sengaja ingin menjahili teman-temannya tersebut dengan cara tidak mengabari mereka bahwa kelas telah berjalan. Ibu Widia pun nampak heran dengan permandangan kelas yang nampak kosong tersebut.
Sultan tertawa lepas melihat setengah dari kawannya itu di hukum depan kelas. Berdiri hingga akhir pelajaran itu sangatlah melelahkan, dan terlebih waktu pelajaran Matematika itu tersisa dua jam lagi.
"Mampus!" ucap Sultan yang hanya menggerakan bibirnya saja tanpa suara.
Iman menoleh ke arah Sultan sembari tertawa, dan Sultan pun belum cukup puas untuk membuat mereka lebih sengsara lagi. Sultan memanggil Ibu Widia dan membisikinya agar mereka yang berada di depan kelas semuanya di botakin.
Ibu Widia pun menerima saran dari Sultan dan lalu Ibu Widia menyuruh Sultan untuk memanggilkan Pak Maki untuk mengeksekusi mereka di ruang ke siswaan.
Kelas terasa tentram karena setengah dari mereka sedang di hukum di luar kelas.
"Darimana kalian! bau rokok lagi! cepat nunduk calon bocah-bocah pengangguran!" ucap Pak Maki yang sedang memarahi mereka.
Ibu Widia pun memberikan bonus waktu bersantai bagi mereka yang berada di dalam kelas. Itu adalah suatu keuntungan bagi Sultan untuk tertidur sejenak, menghilangkan rasa letihnya tersebut.
Seketika Maulana datang menghampiri Sultan dan tertawa bersama karena misinya itu telah tercapai. Semua itu adalah rencana mereka berdua agar kawannya itu tidak menganggap remeh ke jahilan mereka berdua.
Maulana pun lalu pergi ke ruang ke siswaan untuk memvideo mereka yang tengah di hukum dan di cukur rambut model tuyul tersebut.
"Botak kin aja sekalian mereka Pak!" ucap Maulana kepada Pak Maki sembari tertawa meledek mereka.
"Pak, Maulana juga bolos tadi!" ucap Iman yang seketika membuat kawan lain berteriak bahwa Maulana pun ikut bolos pelajaran Matematika.
Sorak tawa diberikan untuk Maulana dari mereka. Iman terlihat begitu senang ketika melihat Maulana pun ikut di cukur sampai habis oleh Pak Maki, walaupun Maulana tidak ikut-ikutan bersama bolos bersama mereka, dan nyatanya dia juga kena dampaknya. Sultan yang tengah duduk di kursi kelas pun merasa heran! kenapa Maulana belum datang kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments