"Ahh, sial! rasanya rindu ini mulai datang lagi, semakin ditahan malah semakin menjadi-jadi, rasanya sangat sulit untuk fokus terhadap pembelajaran sekarang. Ngomong-ngomong dia di sana sedang apa ya, mungkin ... melihatnya sesaat akan menghilangkan rasa gelisah ini," ucap Sultan dalam hati sembari merencankan cara supaya ia bisa keluar kelas pada saat pembelajaran masih berlangsung.
Sultan pun lalu meminta izin kepada gurunya itu untuk pergi ke sebuah toilet, namun itu hanyalah alasan yang dia buat-buat sendiri agar dia bisa pergi menatap Rere sementara.
"Ibu, Sultan minta izin ke toilet sebentar," ucap Sultan beralasan.
"Oke, silahkan Tan," jawab guru Sultan terlihat tidak curiga dengan alasan yang dia buat.
"Maaf Bu, ini hanya masalah rindu, cuma sebentar kok, entar Sultan balik lagi ya, ibu cantik," ucap Sultan dalam hati.
Dia pun lalu keluar dari kelasnya sambil tersenyum manis di belakang gurunya tersebut. Kelas Sultan dengan kelas Rere tak begitu jauh, hanya beberapa langkah menuruni tangga, kelas Rere sudah terlihat dari atas kelas Sultan.
Sultan pun lalu mengintip dari luar jendela kelas Rere, dan terlihat dia begitu senang ketika melihat wanitanya itu sedang fokus terhadap pelajarannya tersebut.
Pak Guntur sempat menoleh ke arah jendela, yang di mana Sultan tengah mengintip Rere yang sedang belajar itu sembari bersandar manis di tembok kelasnya Rere. Sebelum itu, Pak Guntur memanggil dan membisiki Rere bahwa dia ingin memberitahukan kelakuan Sultan yang suka bolos-bolosan itu.
"Re," bisik Pak Guntur dengan nada rendah.
"Ada apa Pak? tanya Rere terkejut! ketika mendengar namanya dipanggil oleh guru tersebut.
"Bapak suka dengan sikap Sultan yang selalu memperhatikan kamu Re, perasaan masa muda bapak kalah sama masa muda kalian berdua kayaknya," ucap Pak Guntur sembari tersenyum ke arah Sultan yang sedang mengintip itu.
"Maksudnya apa Pak?" tanya Rere kebingungan.
"Lihat coba ke arah jendela!".
Sontak Rere pun menoleh ke arah jendela, yang di mana ia melihat Sultan tengah mengintip dirinya sembari melamun dengan tatapan yang sangat kosong. Tak lama setelah itu, Rere pun meminta izin untuk menemuinya, namun disaat itu juga, Pak Guntur berbicara kepada Rere supaya dia tak selalu memarahi sikap perhatian Sultan itu.
Lantas Sultan pun di buat bingung ketika ia melihat ke arah kursi yang di mana Rere duduki di sana. Sultan terheran-heran! kenapa wanita itu menghilang begitu saja ketika saat ia sedang menatapi dirinya.
"Haii, lagi apa Be?" tanya Rere tersenyum tipis sembari mencubit Sultan dengan keras.
"Aduh, duh, duh, duh, sakitlah Re!" ucap Sultan terkejut dengan adanya Rere di hadapannya itu.
"Ada apa ngintip-ngintip hah! engga jelas banget emang ya, kamu mah Tan!".
"Udah kayak jalangkung aja! datang tak di undang, pulang pun tak di antar!".
"Ohh, jadi kamu engga mau nganterin aku pulang gitu hah!" ucap Rere kembali mencubit Sultan.
"Sana masuk! bolos aja kerjaannya!" ucap Rere kembali.
"Senyum kenapa sih Re. Gue ke sini cuma mau ngeliat kamu aja kok, engga lebih, soalnya rindu ini udah membuat gue bimbang, dan terlebih tadi pagi elu engga sempat senyum dulu ke gue."
"Engga ada senyum-senyum! cepet masuk kamu Tan!" ucap Rere sembari mendorong Sultan hingga ke atas tangga.
Tak lama setelah Rere mendorong Sultan, Rere pun lalu masuk kembali ke dalam kelasnya untuk melanjutkan pembelajarannya yang terpotong karena ulah prianya tersebut.
Dan sementara itu, Ibu Widia keluar dari kelas Sultan untuk mengambil spidol di ruang guru. Sontak Ibu Widia menoleh dan menghapiri Sultan yang tengah berdiri itu sambil melamun tak jelas.
"Sultan, kamu lagi ngapain berdiri di sini sendirian? udah itu senyum-senyum sendiri kayak orang gila aja!" sahut Ibu Widia.
"Ehh, ada ibu, engga lagi ngapa-ngapain Bu, Sultan baru pulang dari toilet bawah tadi," ucap Sultan penuh alasan.
"Padahal di samping kamu itu toilet! kenapa kamu harus pilih toilet yang jauh?".
"Di bawah ada bidadari Bu, eh maksudnya toilet itu bau Bu, maka dari itu Sultan pilih toilet yang ada di bawah."
"Alasan aja kamu Tan! yaudah sekarang kamu tolong ibu buat ambilin spidol yang ada di atas meja kerja ibu ya."
Ibu Widia, dia adalah guru berkecamata yang sangat cantik, sekaligus guru yang sangat baik hati, dan juga penyabar.
Ibu Widia adalah seorang guru Matematika yang mengajari Sultan belajar selama 2 tahun kurang.
Setelah itu, Sultan pun lalu kembali masuk ke dalam kelasnya tersebut dan lalu memberikan spidol yang dia ambil dari atas meja kerja ibu Widia. Seketika, bell istirahat pun berbunyi ketika mana Sultan baru saja duduk di kursi kelasnya kembali.
"Aduh, mau juga duduk, udah bunyi aja itu bell!" ucap Sultan yang tengah merasa dipermainkan oleh bell sekolah.
"Haha, sabar Bro," ucap Akbar sembari menepuk-nepuk pundak Sultan.
"Ayo, kita ke kosan Tan?" ajak Akbar kepada Sultan.
"Siap, elu duluan aja ke sana Bai, entar gue nyusul."
Akbar, Iman, Taufik, Yogi, Rizal dan setengah kawannya yang lain pun ikut pergi ke kosan untuk beristirahat sembari merokok santai di sana. Kosan itu seperti rumah bagi mereka karena tempat itu adalah tempat ternyaman untuk mereka singgahi, dikala mereka sedang merasa letih setelah usai melaksanakan pembelajaran di sekolah.
Sementara itu, Rere lalu menelepon Sultan ketika ia sedang bersantai di dalam kelasnya tersebut. Mereka pun saling melampiaskan rasa letihnya itu bersama-sama. Sultan pun lalu menoleh ke arah samping yang di mana Intan pun tak keluar kelas di sana.
Sultan pun lalu menghampiri Intan dan menemaninya makan sembari berteleponan dengan Rere. Sultan sengaja mengeraskan volume suara teleponnya itu karena Intan yang menyuruhnya.
"Tan, kamu lagi di mana?" tanya Rere begitu keras sehingga Intan pun mendengarkan suaranya.
"Berisik! jangan keras-keras ngomongnya kenapa sih Re! telinga gue masih normal kok."
"Lagi dimana?" tanya Rere kembali.
"Kenapa? kangen bukan elu Re? gue lagi ada di kelas, dan engga akan kemana-mana demi nyenengin elu."
"Dih, apaan sih! engga jelas banget elu mah ya."
"Udah lah, kalau elu mau senyum ya, senyum aja, nanti biar Intan di sini yang jadi saksi, bahwa elu lagi bahagia di sana."
"Serius! aku ke sana ya, Tan, tungguin oke."
"Yaudah aku tunggu kalau elu berani ke sini sendirian," ucap Sultan tak begitu percaya padanya.
Rere pun menyuruh Sultan supaya ia tak mematikan teleponnya itu ketika mana Rere sedang berjalan menuju kelas Sultan di sana.
Dan tak disangka-sangka, ternyata Rere benar-benar serius dan berani mendatangi Sultan sendirian. Sultan pun merasa heran dan terkejut atas sikap Rere yang sekarang. Sultan lalu duduk kembali di kursinya supaya Rere pun duduk di dekatnya.
"Tan, lagi ngapain?" tanya Rere kepada Intan.
"Lagi nunggu kamu," ucap Sultan mendahului Intan.
"Maaf, kamu siapa ya, kok, tiba-tiba nyolot sih ngomongnya! aku lagi ngomong sama Intan, temen aku, jadi kamu jangan ganggu dulu ya," ucap Rere sangat menyebalkan.
"Kalau lagi rindu, manjanya minta ampun, eh sekarang udah ketemu malah acuh! nanti kalau elu udah nyesel! gue diemin sampe 1 minggu baru tahu rasa," ucap Sultan sembari menyandarkan pipinya kepada kepalan tangannya itu.
Intan hanya tertawa ketika melihat tingkah laku mereka berdua. Intan yang tak mau mengganggu itu pun lalu pergi keluar kelas, namun di sana Sultan memerintahkannya untuk tetap berada di dalam kelas karena mereka berdua takut akan menimbulkan fitnah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments