Rere masih terdiam lemas di dalam ruangan rumah dengan cukup lama. Dia kini terlihat tak begitu bergairah, dan lantas Sultan masuk ke dalam ruangan tersebut sembari tersenyum ke arahnya.
Kemudian Sultan lalu mengulurkan tangannya untuk membawa Rere pergi keluar bersamanya sembari menikmati dan merasakan angin sejuk di luar rumah.
"Re, ayo ikut gue ke depan," ucap Sultan sembari mengulurkan tangannya itu.
Rere lalu menatap Sultan terlebih dahulu sebelum dia mengikuti permintaan prianya tersebut. Sultan menggenggam erat tangan wanitanya itu tanpa sedikit pun ia melepaskannya.
"Heii, bolot! kamu kenapa?".
"Kamu ke sambet setan bukan?".
"Siapa setan yang udah berani gangguin cewe gue! bilang sama gue, siapa setan itu! entar biar gue hajar setannya di depan kamu langsung, percaya deh pokonya," ucap Sultan yang terus-menerus menghibur Rere.
Dia tersenyum begitu lebar, pria itu kini telah kembali sehingga membuat kesedihan wanitanya itu tak berlangsung lama.
"Ihh, apaan sih! hehe," ucap Rere kembali tertawa.
"Udahlah kan di sini masih ada gue, buat apa kamu sedih-sedih, emangnya lagi mikirin apa?".
"Aku engga apa-apa kok, Tan, cuma agak sedikit pusing aja, mungkin gara-gara tadi main ke sungai sama Dini," ucap Rere berbongong.
"Engga usah bohong sama aku! aku tahu kok, apa yang lagi kamu pikirin itu!" ucap Sultan yang tak bisa di bohongi begitu mudah oleh wanitanya itu.
"Jangan pernah membuat aku bingung Re, karena aku engga suka dibikin bingung sama seseorang, dan apalagi aku dibikin bingung soal urusan hati, aku engga mau itu terjadi padamu."
"Cukup tersenyum padaku Re, maka aku akan bahagia ketika aku melihatnya."
Rere tersipu malu sehingga dia mencubit pipi Sultan dengan sangat manis sembari menatap langsung ke arahnya. Dia merasa sangat bahagia ketika mendengar Sultan berbicara jujur kepadanya.
Wanita itu tak bisa berkata-kata lagi selain mendengarkan ocehan yang pria itu berikan kepadanya dengan sangat lembut.
"Bawel banget sih, cowok gue!".
"Nah kan kalau gini enak di lihatnya Re," ucap Sultan sembari mencolek pipi Rere.
"Maaf kalau aku udah salah menilai kamu ya, Tan," ucap Rere sembari menundukan kepalanya tersebut.
"Aku bingung kalau kamu kayak tadi, soalnya aku harus curhat sama siapa lagi selain sama kamu, masa aku harus curhat sama Rizal! dari tadi aku curhat juga engga di dengerin sama dia."
"Lagian kamunya aja yang bolot! masa orang tidur kamu ajak ngomong!" ucap Rere tertawa dengan manis kepada pria tersebut.
"Yaudah kita pulang yu, aku takut pulangnya ke sorean."
Sultan tak banyak berkata-kata lagi, ia pun lalu berpamitan pulang kepada kakek dan nenek Dini. Sultan lalu menyalakan motor tuanya itu dan kemudian dia segera bergegas pergi bersama Rere karena hari sudah semakin menjelang sore.
Sultan yang tengah berbicara itu membuat Rere pun teringat! bahwa dia harus melihat isi buku misterius yang berada di dalam tas Sultan tersebut. Rere pun membuka dan lalu mengambil buku tersebut yang berada di dalam tas prianya itu.
"Ohh, iya aku mau lihat bukumu itu ya, Be," ucap Rere sembari memegang buku tersebut.
Dengan fokusnya Rere membaca sehingga membuat dia tersenyum lebar tanpa henti. Wanita itu sekarang mengetahui semua isi tulisan yang ada di dalam buku tersebut. Dan ternyata semua itu adalah puisi tentang Rere, wanita yang Sultan cintai.
"Kenapa sih, elu kepo banget sama isi buku gue itu Re?" tanya Sultan sembari menatap wajah Rere lewat spion motor.
"Diam! jangan berisik!" ucap Rere sembari menepuk pelan helm yang tengah digunakan oleh Sultan.
Sultan terdiam sembari menatap wajah Rere yang sedang tersenyum-senyum sendiri itu. Dia hanya pasrah dan membiarkan Rere membacanya agar dia bisa kembali ceria lagi.
Sultan yang kehilangan pandangan itu membuatnya semakin ingin memberhentikan motornya tersebut sekejap, ia hanya ingin memastikan bahwa dia tersenyum dengan jelas.
Rere memasukan kembali buku itu ke dalam tas slempang Sultan karena dia telah membaca habis hingga akhir kalimat, namun di dalam buku itu ada sebuah puisi yang belum lengkap, sehingga membuat Rere semakin penasaran! apakah kelanjutan puisinya tersebut.
Perjalanan masih panjang, dan Rere pun menanyakan langsung kepada Sultan tentang isi dalam puisi yang belum selesai di buatnya itu. Sultan pun lalu mengucapkannya langsung di hadapan Rere tanpa melihat tulisannya tersebut.
"Puisi yang kamu buat banyak banget? itu semua adalah Job, kamu bukan?" tanya Rere penasaran.
"Job, aku untuk membuatmu tersenyum Re."
"Aku nanya serius!" ucap Rere sembari menepuk pundak Sultan.
"Aku kan udah bilang! puisi yang aku buat itu untuk kamu, untuk membuat kamu tersenyum."
Rere pun tersenyum mendengarkan ucapan Sultan tersebut. Sultan pun ikut merasakan senyumannya itu karena spion motornya tersebut langsung di sorotkan ke arah wajah Rere.
"Aku berucap janji padamu Tuhan, aku berizin untuk menjaganya Tuhan, biarkan aku menjaga ciptaanmu ini, biarkan aku menemaninya saat ini, dan biarkan aku memilikinya Tuhan.
Aku di sini mencintainya Tuhan, engkaulah segala saksi atas kedekatan ini jadi, biarkan kita bersama-sama mencintaimu atas apa yang engkau berikan kepadaku saat ini," Ucap Sultan menambahkan puisi yang belum terselesaikan olehnya tersebut.
Rere pun mengelurakan kembali buku yang telah ia masukan tadi untuk menambahkan kata-kata yang pria itu ucapkan, supaya puisinya tersebut tetap utuh tanpa sedikit pun ada kata-kata yang rumpang.
"Pengen nyubit pipimu aku Tan."
"Aku berharap kamu bakalan nyubit aku Re, tetapi simpan saja dulu cubitanmu itu ketika kita sudah sampai di rumahmu," ucap Sultan yang tidak ingin membuatnya celaka gara-gara kebahagiaan yang akan membuatnya terjatuh dari motor.
"Emang kenapa Tan?".
"Aku takut kita berdua jatuh gara-gara rasa bahagia ini Re."
"Sultanku engga pernah selebay ini ah."
"Karena aku takut kehilanganmu Re."
Sultan pun semakin tak tahan memendam rasa sayangnya itu kepada Rere, namun Sultan juga tak sanggup melihat reaksi terkejut Rere ketika dia tahu bahwa Sultan bersungguh-sungguh mencintai dirinya.
"Re," ucap Sultan yang ingin berusaha jujur tentang perasaan dia kepadanya.
"Ada apa Tan?".
"Hubungan kamu sama kaka kelasmu gimana?" ucap Sultan yang sedang memastikan bahwa dia hanya benar-benar mencintai dirinya.
"Cuma komitmen kok, Tan, aku engga ada status hubungan kok, sama dia."
"Kenapa kamu engga pacaran sama dia?".
"Aku hanya sayang sama laki-laki pilihan aku sendiri Tan, dan aku engga mau di paksa sayang oleh seseorang," ucap Rere yang membuat Sultan cukup paham dengan perkataannya itu.
"Kalau aku ngungkapin perasaan aku yang sebenernya gimana Re? kamu mau terima, atau engga?".
"Mungkin aku mau Tan, tapi ... bukannya kamu baru aja putus sama mantan kamu ya?".
"Aku sama dia udah lama putus, hanya saja kabarnya baru terdengar sekarang," ucap Sultan menjelaskan cerita yang sebenarnya itu seperti apa.
Di suatu sisi Rere sangat berhati-hati dengan apa yang dia ucapkan itu, dia tidak ingin melihat Sultan merasa gagal, bahwa sebenarnya dia juga sayang dan merasa malu bila Sultan mengungkapkan perasaannya itu langsung di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments