Tak lama setelah itu, Rere pun lalu menghampiri Sultan dengan berjalan perlahan sembari menggenggam ke dua tangannya tersebut dengan sangat manis, serta di iringi dengan muka polosnya itu sehingga seketika, Sultan meliriknya karena dia merasa terpanah oleh sikapnya tersebut.
"Ada apa Re! elu mau bantuin gue bukan? yaudah sini," tanya Sultan kepada Rere sembari meliriknya dengan sesaat.
"Apasih Tan! jangan kayak gituh dong! aku kan, jadi malu ihh, dasar rese!" ucap Rere kembali mencubit Sultan dengan manis.
"Gue heran sama elu Re! hobby mu itu mencintai gue, atau nyubit gue sih, Re?".
"Hmm, engga dua-duanya."
"Yaudah lah, biar aku aja yang sayang sama kamu ya," ucap Sultan melirik Rere sembari memiringkan kepalanya itu dengan tatapan yang sungguh misterius.
Di sana Rere berpikir bahwa masih ada yang harus dia ketahui tentang sikap dan prilaku Sultan tersebut seperti apalagi.
Dini pun datang dan lalu memotong pembicaraan mereka berdua dengan seketika. Setelah itu juga Sultan pun lalu pergi ke depan teras rumah dan bersandar kembali, sembari menikmati angin yang berhembus dengan tenang.
Sultan berbicara kepada Rizal yang tengah tertidur itu, dia seperti orang gila yang berbicara sendiri. Rizal pun tak menjawabnya karena memang dia sedang tertidur pulas sambil mendengkur.
"Jhon, gue seneng beut dah, kali ini bisa ngajakin dia main," ucap Sultan yang tengah berbicara sendiri.
"Jhon!".
"Jhon, woy!" ucap Sultan sembari melempar tas slempang yang tengah ia pakai tersebut ke arah Rizal.
Rizal yang terkejut itu lalu terbangun, "Hah! ada apa Tan?" tanya Rizal yang masih setengah sadar.
"Elu denger apa yang gue ucapin tadi kagak!".
"Hah! engga Tan, gue ketiduran tadi maaf," ucap Rizal yang terheran-heran.
"Yaudah lanjutin lagi tidurnya, tapi elu jangan sambil ngedengkur tidurnya! berisik Jhon!".
"Kalau elu mau bangunin gue, entar aja kalau masakannya udah jadi oke."
"Makanan mulu yang di bahas elu mah, Jhon, Jhon," ucap Sultan sembari tertawa tipis.
"Kalau soal perut, beda lagi urusannya Tan, hehe."
Sementara itu, Dini yang tengah memasak berbicara kepada Rere dan menceritakan apa yang Sultan lalukan di belakangnya tadi.
"Re, kamu tahu engga?" tanya Dini setengah-setengah.
"Hahh, apaan Din?".
"Tadi Sultan lagi nulis, tapi ... aku engga tahu dia nulis apaan," ucap Dini yang membuat Rere semakin penasaran.
"Engga salah lah Din, dia kan, hobbynya nulis, mungkin dia lagi ngerjain Jobnya kali," ucap Rere yang padahal dia juga ingin tahu pria itu menulis apa dan untuk siapa tulisannya itu diberikan.
"Ciee, makin perhatian aja nih."
"Ihh, apaan sih, Din! kamu ya," ucap Rere terlihat malu bahwa dia sudah menyimpan perhatian kepada Sultan.
"Udah lah Re, jujur aja sama gue, elu engga akan bisa bohong kalau urusan hati, soalnya elu bukan ahlinya dalam hal berbohong."
"Udah jadi nih Din, masakannya, tolong panggil mereka dulu sana! biar mereka makan."
"Buat mereka, atau buat Sultan?".
"Tahu ah, elu mah rese! udah sama kayak Sultan aja!".
"Yaudah sih, kamu aja yang panggilnya sana!".
Setelah itu, Rere pun lalu pergi ke luar untuk memanggil Sultan dan Rizal makan. Namun, sebelum itu Rere melihat Sultan yang tengah asik dengan buku puisinya tersebut. Dan lantas Rere pun merasa sangat penasaran dengan apa yang sedang Sultan buat itu.
"Serius amat sih Tan! lagi ngapain kamu di situ?".
"Pengen tahu aja urusan orang," ucap Sultan sembari menutupi bukunya kembali.
"Aku mau lihat juga," ucap Rere sembari duduk di samping Sultan.
Dini pun datang menghampiri mereka, "Woy, pantesan lama! disuruh manggil mereka makan, kalian malah berdua-duaan!" ucap Dini yang mengacaukan perbincangan mereka.
"Bertiga Din, tuh, sama Rizal," ucap Sultan kepada Dini.
"Yaudah ayo, makan dulu sana."
Sultan pun lalu membangunkan Rizal untuk pergi makan dahulu, dan Sultan pun merasa tak tega meninggalkannya seorang diri di sana sendiri.
Di dalam sana Sultan terlihat sangat menikmati masakan yang dibuat oleh Rere. Sultan hanya melihat Rere saja yang masak, padahal Dini pun ada di sana yang sama-sama memasak bersamanya juga.
"Kapan-kapan masakin aku kayak gini lagi ya, Re," ucap Sultan sembari menatap Rere langsung.
"Heii, seakan aku engga ada di sini!" ucap Dini cemburu kepada mereka berdua.
....
Tak lama setelah mereka usai menyantap makanan yang Rere dan Dini itu buat, mereka berdua pun lalu pergi keluar ruangan dan duduk di depan teras rumah kembali.
Sultan pun lalu mengeluarkan satu bungkus rokok penuh untuk diberikan kepada Rizal, dan sementara itu Sultan hanya berdiam diri dengan ditemani sebuah buku puisi.
"Engga ngerokok elu Tan?" tanya Rizal merasa heran.
"Engga Jhon, gue sengaja beli tadi cuma buat elu, itung-itung kado hadiah dari gue lah karena kan elu lagi ulang tahun sekarang, dan terlebih gue engga bisa ngerokok di hadapan Rere, entar yang ada gue malah digebukin sama dia."
Sultan engga akan pernah berani merokok langsung ketika saat berada bersama dengan wanita cantik jelita itu karena wanita tersebut tidak suka melihat Sultan merokok kalau saat dia sedang bersamanya.
Rere pun pergi keluar untuk mengambil tas slempang yang tengah Sultan kenakan tadi karena di dalam tas itu ada sebuah buku misterius yang ingin Rere ketahui, namun Sultan tidak lah bodoh! dia terus memakai tas tersebut karena dia takut kalau Rere akan melihatnya.
"Ehh, ada Rere. Aku boleh minta tolong engga?" tanya Sultan kepada Rere dengan lembut.
Rere pun terkejut dan lalu menjawab pertanyaan Sultan tadi, "Minta tolong apaan Be?" tanya Rere yang terlihat kesal karena dia telah gagal mengambil bukunya itu.
"Mau engga kamu ngambilin gue air minum."
"Air putih atau kopi Tan?".
"Air putih aja Re."
"Biasanya minuman cowok itu kopi, tapi kok, kamu mintanya air putih, kenapa?".
"Aku udah lama engga minum kopi dan akhirnya keterusan deh, jadi engga minum kopi."
Rere pun lalu kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambilkan air minum buat Sultan. Tak kunjung lama Rere pun kembali dan duduk di samping Sultan sembari menaruh air minumnya itu dengan perlahan.
"Penuh amat airnya Re! kayak yang mau ngasih minum sapi aja hmm."
"Biar engga bolak-balik Tan," ucap Rere sembari tersenyum.
"Katanya kamu mau main ke sungai, kok, malah duduk di sini! udah itu jauhan lagi duduknya elu mah! sini lah deketan dikit kenapa sih Re."
"Apaan sih, Tan, rese mulu dari tadi!" ucap Rere yang tengah malu-malu sendiri.
"Aku mau istirahat dulu sebentar ya, takutnya nanti ngantuk selagi bawa motor."
"Iya tapi, itu tasnya mau dititip ke aku dulu engga? biar nanti aku jagain tasnya deh?".
"Itu mah mau kamu Re," ucap Sultan sembari mencubit pipi Rere.
"Di tolongin malah engga mau kamu mah dasar bolot!" ucap Rere nampak kesal.
"Biar kamu aja yang selalu minta tolong ke aku Re, aku kan cowok, berarti aku yang harus jagain kamu."
"Gombal mulu, yaudah sana tidur," ucap Rere sembari mencubit Sultan kembali.
Rere pun lalu masuk kedalam rumah kembali dan dia lalu mengajak Dini untuk pergi mencari udara segar di luar ruangan.
Sepanjang jalan Rere bercerita tentang sikap Sultan kepada sahabatnya itu, dan Dini pun di sana hanya mendengarkannya dengan tulus, tanpa sedikit pun ia berbicara sebelum Rere yang berhenti berbicara.
"Gimana kamu sama Sultan?" tanya Dini penasaran dengan kedekatan mereka.
"Engga tahu lah Din, aku cuma nunggu kepastian dia aja, kalau gue yang ngungkapin perasaan duluan ke dia, takutnya gue dikira cewe apaan lagi sama dia."
"Engga salah kok, Re, kalau emang suka, ungkapin aja, lagian kan kamu udah deket sama dia dan Sultan pun pasti udah sayang sama kamu."
"Insyaallah Din, aku cuma takut bukan hanya aku aja cewenya."
"Lagian ya, kan kamu udah lama sendiri dan sedangkan Sultan bukan tipe cowok seperti apa yang kamu pikirin itu, percaya deh sama aku Re."
"Coba kamu pikirin deh Re, dia bela-belain nganter kamu ke daerah ini hanya demi membuat kamu itu senang, apalagi daerah ini kan terpencil, dan jalannya rusak parah ya, yang pastinya cowok males lah, tapi kalau dia engga," ucap Dini terus-menerus sembari membuat Rere percaya penuh kepada Sultan.
Rere hanya memikirkan ucapan Dini tadi dan dia berpikir bahwa apa yang Dini katakan itu benar. Dari awal Rere pergi ke sungai dan hingga pulang dari sungai Rere melamun sendiri, Dini pun menjadi takut melihatnya, Dini hanya berharap Sultan tidak berbohong dengan perasaannya sendiri.
Rere pun lalu masuk ke dalam rumah setelah pulang dari sungai. Dia tidak langsung menghampiri Sultan karena pria itu sedang tertidur di depan teras rumah.
Rere pun lalu duduk kembali sembari melentangkan kakinya dan bersandar melamuni hubungannya tersebut bersama pria rese itu akan seperti apa ke depannya.
Dia tahu kalau Sultan adalah pria yang sangat ceria, dia pria yang selalu bisa membuat Rere merasa damai, dan pria yang bisa membuat dia selalu tersenyum, serta tertawa bahagia.
Hari belum berganti, namun langit semakin memudar di atas sana. Sultan terbangun dan lalu melihat ke dalam ruangan bahwa Rere di sana tengah duduk dengan lemas.
"Oyy, kamu kenapa? kamu ke sambet setan yang ada di sungai tadi bukan?" tanya Sultan singkat.
"Apaan sih Tan! aku engga apa-apa kok," gumam Rere sembari tersenyum tipis.
"Bentar lagi kita pulang kok, aku anterin sampai rumah janji!" ucap Sultan yang berusaha menghibur Rere.
"Iya Tan, makasih," jawab Rere lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments