Motor tuanya kini dijalankan perlahan untuk menjemput Rere, wanita yang memiliki wajah anggun dan rupawan. Dengan santainya ia menjalankan motor tua itu sembari menatap langit biru yang menjulang tinggi di atas sana.
Sementara itu terlihat bahwa Rere tengah menunggu kedatangan Sultan sembari duduk di sofa ruang tamunya dengan manis dan sabar.
"Ihh, ini anak bolot kemana sih! lama bener jemputnya," ucap Rere berbicara sendiri sembari menatap tajam kontak Whatsapp Sultan tanpa sedikit pun ia melirik ke lain arah.
Tak kunjung lama, Sultan pun lalu menelepon Rere karena dia tahu bahwa wanitanya itu kini tengah menunggu kehadirannya di sana.
"Haii, pasti elu nungguin gue ya? jujur aja hayo!" ucap Sultan kepada Rere sangat menjengkel kan.
"Udah tahu nungguin! kenapa masih nanya!".
"Aku engga bisa jemput kamu Re," ucapnya yang sedang membercandai Rere.
"Hmm, kenapa kamu engga ngabarin aku dulu Tan? dan kenapa juga kamu ngilang mulu? atau jangan-jangan kamu lagi jemput cewe lain ya?."
Nada suara wanita itu kini berubah dengan seketika, dia terlihat tampak kecewa dengan apa yang Sultan ucapkan tadi kepadanya.
Sultan pun lalu tertawa puas ketika melihat wanitanya itu kesal padanya, dan setelah itu Sultan semakin yakin! bahwa Rere kini mencintai dirinya.
"Ciee, udah mulai perhatian nih! jangan terlalu dianggap serius Re, kamu kan tahu kalau aku ini rese orangnya. Udah keselnya ya, ini gue udah di depan gang rumah kamu."
"Dasar bolot! tahu ah, gue marah nih!."
"Yaudah lah, kan ini gue udah di depan rumahmu, jadi engga usah marah-marah lagi."
Sultan mungkin tidak tahu, seberapa cantik wanita itu ketika ia sedang marah padanya, namun Sultan sangat tahu, bahwa wanitanya itu kini tengah menyimpan rasa sayang padanya sekarang.
Tak lama setelah itu, ibu Rere sontak ke luar dari rumahnya dan Sultan pun lalu mengecup tangan ibunya tersebut dengan manis.
"Asalamu'alaikum Mah," salam Sultan dengan manis sembari mengecup tangan ibunya tersebut.
"Wa'alaikum Salam," jawab ibu Rere dengan manis sembari tersenyum ke arah Rere.
"Sultan mau minta izin buat ngajakin Rere pergi keluar sebentar, boleh Mah?" tanya Sultan dengan sopan terhadap ibu Rere tersebut.
"Iya Sultan, silahkan."
Setelah mendapatkan restu dari orang tuanya, mereka berdua pun lalu segera bergegas pergi menuju titik kumpul yang sudah ditentukan.
Betapa asiknya duduk berdua, walaupun hanya duduk dimotor tua sehingga tawa canda pun tersalurkan tanpa harus menunggu aba-aba untuk diperintahkan.
Kota kecil ciptaan Tuhan ini sangatlah indah dan berikut pun ciptaannya yang lain, semua tampak indah untuk dilihat dan dikenang kenangannya.
Rere tersenyum lepas ketika ia melihat wajahnya itu dibalik kaca spion motor tua yang kini tengah Sultan kendarai itu. Sultan nampak sangat senang ketika melihat Rere memeluk tubuh Sultan dengan erat.
Di sana Sultan tak ingin membuat perjalanannya tersebut merasa sepi tanpa adanya kata-kata yang diucapkan. Pria itu membuat Rere ikut serta dalam membicarakan hal yang tidak jelas, namun itu sangatlah mengasik kan.
"Udah senyumnya Re."
"Diam aja kenapa sih, Tan!".
"Bagi-bagi lah, senyumnya Re."
"Diam engga!" ucap Rere sembari mencubit Sultan.
"Kenapa engga main sama pacarmu?" tanya Sultan yang hanya ingin memastikan bahwa Rere memang belum memiliki pasangan.
"Hmm ... ," gumam Rere sembari menghela nafas panjang.
Sultan terdiam tanpa Suara, dia takut kalau suasana yang begitu indah ini akan berubah dengan seketika. Sultan mencari pembahasan yang lain agar ia tak merusak suasana langka tersebut.
Dan sementara itu, Sultan melihat kembali spion motornya yang di mana ia melihat bahwa Rere sedang menatapi wajahnya sembari tersenyum-senyum sendiri.
"Jangan di lihat Re! entar kamu suka lagi."
Rere tersenyum dan lalu mengalihkan pandangannya tersebut. Dia merasa malu hingga kini dia mencubit pria rese tersebut kembali. Rere tak henti-henti mencubit Sultan, namun di sana Sultan hanya mendiamkannya tanpa melawan sedikit pun.
"Tan," ucap Rere setengah-setengah.
"Oyy, ada apa?".
"Kok, kamu tahu daerah ini?".
"Aku tipe cowo yang suka berkelana Re."
"Kirain kamu pernah main sama pacar kamu ke daerah sini dulu, ataupun sekarang," ucap Rere tersenyum tipis di belakang Sultan.
"iya kan ini lagi Re, sama kamu."
"Motor tuaku baru pertama kali ngeboncengin cewe kayak kamu Re, serius sumpah."
"Siapa aja cewe yang udah kamu boncengin Tan?".
"Kan udah aku bilangin! ini adalah hari pertama aku duduk berdua sama cewe."
Rere pun merasa lega mendengar Sultan berbicara seperti itu. Jadi dia tidak harus takut untuk selalu bermain bersamanya. Dan lagi-lagi Rere mencubit Sultan, namun kali ini cubitannya terasa lebih sakit.
"Nyubit mulu perasaan! kapan meluknya nih!".
Lamanya perjalanan takan pernah membuat mereka merasa lelah, dan malahan perjalanan itu semakin jauh, namun mereka sama sekali tak terlihat kelelahan sedikit pun.
....
"Tan, kok, aku engga ngeliat Dini ya!".
"Engga tahu! mungkin dia udah sampai duluan kali Re."
"Jangan bercanda Tan! aku nanya serius!".
"Biarin ajalah Re, mereka engga akan ninggalin kita di sini kok, malahan yang ada mereka sekarang pasti lagi berhenti buat nungguin kita."
Sementara itu Hp Sultan berdering, dia lalu meminggirkan motornya ke pinggir jalan untuk melihat siapa yang menelpon dia di hari bahagianya ini.
Dan ternyata setelah di lihat Rizal yang menelpon dirinya, sehingga Sultan menepi terlebih dahulu.
"Tan, dimana lu?" tanya Rizal kepada Sultan.
"Kan lagi di Purabaya sama elu bego!".
"Hehe, serius Tan!" ucap Rizal sembari tertawa tipis kepada Sultan.
"Engga tahu! mungkin kita nyasar!".
Rere pun memukul helm yang Sultan kenakan hingga menutupi pandangan dan seisi wajah Sultan. Sultan pun lalu memfoto lokasinya tersebut, dan Dini menyuruh untuk tetap jalan lurus.
Sultan pun lalu menjalankan motornya perlahan dan membiarkan Rere berjalan mengejar motor Sultan dari belakang.
"Tan, tungguin! aku belum naik ih!" ucap Rere sembari meneriaki Sultan.
"Ihh, rese ya! kalau ada yang nyulik aku gimana coba! dasar bolot!" ucap Rere kembali sambil mencubit Sultan tanpa ampun.
"Iya kan, aku yang nyuliknya Re, hehe."
Sultan menjalankan motornya perlahan-lahan ketika Rere mau menaiki motornya tersebut. Rere pun akhirnya jalan kaki karena dia merasa jengkel dengan sikap rese Sultan.
"Ciee, kalau kamu marah cantiknya nambah," ucap Sultan tersenyum dan tertawa lepas di hadapan Rere.
"Tahu ah! cape aku Tan, hmm," ucap Rere sembari duduk kembali.
"Dih, masa cuma satu langkah aja udah cape!".
Rere tersenyum dan berpikir bahwa apa yang Sultan lakukan itu sudah membuat dirinya bahagia, walaupun kali ini Sultan bersikap lebih rese daripada sebelumnya.
Dini dan Rizal terlihat tengah menunggu mereka di sebuah warung gubuk yang berada di pinggir jalan. Dan lalu Dini menyuruh Sultan untuk turun dari motornya tersebut karena kali ini Dini yang akan membawa motornya.
"Kenapa pake acara gini dah, elu mah Din!".
"Aku engga bisa bawa motor di jalan rusak Tan, entar juga kalau udah masuk ke kampung, kamu lagi kok, yang bawa motornya," ucap Dini.
"Hati-hati ya, Din, bawa motornya."
"Oke, jangan khawatir Tan, Rere aman kok."
Seketika Dini menjalankan motor dengan begitu cepat sehingga membuat Sultan semakin khawatir di buatnya. Rizal pun mengejarnya untuk memastikan kedua wanita itu baik-baik saja.
"Kejar sih, kejar! tapi jangan kayak orang gila elu, Jhon bawa motornya!" ucap Sultan sembari menepuk pundak Rizal dengan keras.
"Engga sengaja bro, hehe."
Seketika motor yang di kendarai Rizal hilang kendali dan lalu mereka terhempas ke pinggir jalan sehingga membuat semua orang berhenti untuk memastikan nyawa mereka berdua selamat.
"Kang, engga apa-apa?" tanya pengendara motor yang berhenti itu.
"Engga apa-apa kang, cuma slip aja," ucap Sultan kepada pengendara motor tersebut.
Seketika Dini pun datang bersama Rere, Dini pun berkata kalau jalan yang mereka ambil itu terlalu kejauhan sehingga mereka melewatkan tempat tujuannya tersebut.
"Mau kemana bego!" ucap Dini kepada Rizal.
"Maaf, gue kan kagak tahu Din," ucap Rizal.
"Udah gue bilangin kelewatan, makanya jangan ngebut-ngebut bolot!" ucap Sultan sembari menoyor kepala Rizal dengan pelan.
"Engga apa-apa kan Tan?" tanya Rere tersenyum.
"Cuma slip aja kok, engga apa-apa Re," jawab Sultan tersenyum kembali ke arah Rere.
Mereka pun lalu melanjutkan perjalanannya kembali dengan perlahan karena jalan menuju tempat tujuan itu rusak dan terlagi daerah itu berada di dataran tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments