Pagi datang lalu pergi seketika, siang pun hadir memberi kehangatan tanpa batas kepada pria yang tengah duduk terdiam di depan teras rumahnya tersebut. Bukan rokok, ataupun segelas susu putih yang menemaninya saat itu, melainkan foto Rere lah yang menemani hari-harinya tersebut.
Setiap hari, setiap saat pria itu menatap tajam wajah Rere tanpa sedikit pun ia merasa bosan, melainkan rindu lah yang kini kian datang tanpa henti.
Raungan suara kenalpot kendaraan di hari libur itu cukup menggelegar ketika ia dengar secara langsung, dan itu pun membuat Sultan semakin tak sabar menahan rasa ingin bertemu kembali dengannya.
Rasanya kurang lengkap kalau hanya menatap fotonya saja tanpa mendengar suara lembut wanita yang kini sedang ia cintai itu. Tak lama setelah itu, Sultan pun menelepon wanita tersebut tanpa berlama-lama lagi.
Kring, kring, kring ... suara telepon berbunyi.
"Asalamu'alaikum Re, rindu kagak sama suara gue?" ucap Sultan kepada Rere dengan lembut.
"Wa'alaikum Salam, kemana aja nih anak rese! kok, dia baru ngabarin sekarang! padahal dari tadi aku nungguin dia nelepon aku duluan. Apa jangan-jangan dia lagi chatingan sama cewe lain selain aku ya," ucap Rere yang lebih memilih berbicara dalam hati.
"Gue engga chatingan sama cewe lain kok, Re, malahan gue nunggu elu yang nelepon duluan karena gue engga mau gangguin kesibukan elu di rumah, entar yang ada elu di marahin sama mamah nanti."
"Dih, ini anak punya ilmu apa sih! gue ngomong ini dan itu dia pasti tahu, gue heran dah sama anak rese ini jadinya!" ucap Rere kembali berbicara dalam hati, namun kali ini ia sungguh merasa heran dengan Sultan! kenapa dia bisa tahu apa yang sedang dirinya itu pikirkan.
"Lah, kok, elu masih diem aja! kenapa? marah sama gue ya! yaudah maafin gue ya, gue salah."
"Jujur sama gue ya, Tan!".
"Gue selalu jujur sama elu, ada apa nih?".
"Elu bisa baca isi hati gue bukan?".
"Dih, emang menurut kamu gue itu pramal, yang bisa baca isi hati seseorang gitu! hehe, aneh-aneh aja elu mah."
Sultan pun menertawakan apa yang Rere bicarakan tadi kepadanya, ia sungguh heran dan penasaran! kenapa ia berbicara seperti itu kepadanya.
Sultan pun mengalihkan pembicaraan dan ia tak mau banyak tahu dengan apa yang sedang Rere pikirkan itu.
"Udah lah, jangan aneh-aneh, besok gue jemput elu ke rumah ya, kita main oke, itu kan yang elu mau?" ucap Sultan yang lagi-lagi membuat wanita itu merasa sangat senang.
"Ahh, basi! elu cuma mau bikin gue senyum aja kan?" ucap Rere yang tak mau banyak berharap kepanya.
"Gue bingung sama sikap cewe! maunya apa sih hmm, makin sini elu makin rese dah, yaudah sih apa susahnya elu bilang iya!".
"Ihh, dasar bolot! kok, elu malah ngegas sih hmm."
"Udah lah, ayo, besok kita main."
"Aku tunggu ya, hehe."
Tutt, tutt, tutt ... suara telepon di matikan oleh Rere dengan seketika.
Sultan pun bingung! apakah wanita itu merasa sangat senang! dan hingga pada akhirnya ia mematikan teleponnya begitu saja, tanpa berpamitan terlebih dahulu ke padanya.
Waktu ini sangat cepat dan apakah hari esok akan sama dengan hari ini? mungkin hari itu akan terlihat sama, ataupun bahkan lebih cepat karena kebersamaan akan melupakan waktu.
"Senengnya jelek ini anak! tiba-tiba matiin telepon gitu aja tanpa pamitan dulu. Awas aja elu ya, Re! gue kerjain elu sampe nangis darah entar," ucap Sultan dalam hati.
Sultan takan pernah mudah membiarkan Rere bertemu bersamanya kembali karena ia hanya ingin melihat, bahwa wanita keras kepala itu juga memiliki sisi hati yang sangat lembut, dan juga ia ingin menguji seberapa sabar wanita itu menghadapi pria rese seperti Sultan.
Perkataan Sultan tadi, sungguh membuat Rere merasa sangat bahagia, saking bahagianya wanita itu mematikan teleponnya tanpa sebab.
Dan kebetulan, Rere off secara tiba-tiba. Ini adalah kesempatan terbaik bagi dirinya untuk mengerjai wanita tersebut. Sultan mungkin sudah tahu, bahwa dia off untuk membantu ibunya memasak, mengurus rumah, ataupun menjaga adiknya.
....
Waktu yang ditunggu-tunggu oleh Sultan pun telah tiba, ia mulai membuat alasan supaya wanitanya itu khawatir padanya. Wanita itu belum tahu! seberapa menyebalkan sikap pria yang dia sayangi itu seperti apa?.
"Sibuk ya, Re!" ucap Sultan tersenyum jahat padanya.
"Ihh, engga kok, kamu kenapa Tan?".
"Engga apa-apa kok, Re."
Sultan pun semakin tak tega melihatnya, dia pun lalu off tiba-tiba untuk membalas perbuatan yang Rere lakukan kepadanya tadi.
Sultan berniat mendiamkannya sampai pagi tiba, namun apa daya Sultan yang tak kuasa melihat wanitanya itu memohon hingga membuat story di Whatsappnya dengan kata-kata, "Yah, kalau gini mah engga akan jadi mainnya dong".
Entah apa yang harus pria itu rasakan, namun pria itu hanya ingin menguji tingkat kesabaran wanitanya tersebut sudah sampai mana. Pria itu lalu tersenyum di balik rasa takutnya Rere akan hari bertemunya esok tidak jadi.
Hari ini memang sungguh cepat! sehingga malam datang tak terduga. Sultan yang tengah terdiam melamun itu lupa! bahwa dia sedang mengerjai wanita cantik jelita itu. Dan setelah dia sadar, dengan cepatnya dia melontarkan kata-kata yang membuat semua orang merasa jengkel.
"Oyy, elu udah lelah spam chat gue ya?" ucap Sultan yang belum puas membuatnya khawatir.
"Kok, kamu gitu sih Tan! jangan gini dong sama aku hmm"
"Bisa khawatir juga rupanya ini anak sama gue."
"Ihh, tahu ah! dasar nyebelin elu mah," jawab Rere campur aduk antara senang, ataupun tidak.
"Emang enak! suruh siapa elu matiin telepon gue tiba-tiba tadi! kamu kan udah tahu! kalau gue itu anaknya rese."
"Untung bercanda bukan beneran hmm."
"Besok aku jemput kamu kerumah jam 08.00 oke."
"Jangan lupa minta izin ke mamahku oke," ucap Rere yang berniat memperkenalkan Sultan dengan ibunya.
"Aku kira kamu marah sama aku Tan?" ucap Rere kembali.
Sultan hanya tersenyum lepas melihat wanita itu begitu mengkhawatirannya, "Aku engga akan mungkin marah sama kamu kalau engga ada sebabnya Re," sahut Sultan yang membuat Rere merasa tenang.
"Niat banget sih Tan!".
"Maafin ya, Re."
"Kamu harus tanggung jawab pokonya!".
"Teleponan sampe pagi, itu kan mau kamu?" ucap Sultan, yang lagi-lagi mengetahui isi dalam pikiran Rere itu seperti apa.
"Udah ketebak! pasti elu bakalan tahu apa yang gue inginin."
Malam itu sungguh damai ketika mendengar dia tertawa, rasanya kebahagiaan ini akan membawakan suatu perjalanan hidup yang menyulitkan.
Perbincangan yang tak pernah berhenti ini membuat mereka semakin enggan untuk mematikan telepon. Mereka terlelap seperti dibawa ke alam mimpi yang menjadikan dunia ini adalah tempat bagi mereka tersenyum dan tertawa.
Semakin lama, semakin terlelap, dan tanpa mereka sadari hari semakin malam saja, seakan mereka lupa bahwa ini adalah waktunya untuk beristirahat.
"Pasti elu ngerasain hal yang sama ya, sama gue Re?".
"Sama apanya?".
"Elu pasti susah tidur kan malam?".
"Kalau gue bohong! pasti elu juga bakalan tahu hmm."
Seperti biasa ibu Rere masuk ke dalam kamarnya hanya untuk memastikan dia sudah tertidur, ataupun belum, dan jelas ibu Rere menyuruh dia untuk tidur.
Sultan pun menyuruhnya untuk tertidur tanpa harus mematikan telponnya tersebut.
"Awas aja elu ya, gue cincang kamu besok kalau ketemu!".
"Serem amat nih cewe! mendingan elu tidur sana."
"Terserah kamu aja hmm!".
"Ciee, anak kadal marah sama gue nih hehe."
"Tahu ah, dasar bolot!".
"Engga apa-apa bolot juga, asalkan aku di sini selalu menjagamu dan mencintaimu setiap saat."
"Engga-engga Re, jangan senyum sama gombalan manusia purba ini pliss," ucap Rere sembari tersenyum kembali.
"Yaudah tidur sana cicak!".
"Malem ya, orang utan," sahut Rere dengan manis.
Wanitanya itu tertidur dalam hitungan menit, Sultan mengira dia sudah membuatnya lelah menunggu hingga pada akhirnya wanita tersebut tertidur dengan cepat.
Dan Sultan menyebut nama dia berkali-kali meskipun tak mendapat balasan. Dia hanya ingin memastikan bahwa Rere sudah terlelap dalam tidurnya.
Sementara itu Sultan lalu mengingatkan Rizal agar dia tidak lupa dengan janji yang waktu itu Sultan buat untuknya.
"Jhon," kata Sultan.
"Oyy, jadi engga besok bro?" tanya Rizal.
"Besok gua kerumah elu, dan awas kalau elu masih molor!" ucap Sultan kepada Rizal.
"Siap Bro."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments