Melanjutkan hari kemarin, waktu telah mengubah malam yang kelam, menjadi pagi yang bersinar terang. Burung bersiul di atas genting rumahnya sembari di iringi suara gemuruh air sungai yang mengalir dengan tenang.
Salam hangat kembali di berikan oleh pria itu kepada wanita mungil tersebut, "Asalamu'alaikum Re, selamat pagi," ucap Sultan yang bersikap lebih manis kali ini.
"Wa'alaikum Salam."
"Urusan kamu sama Allah udah kelar?" tanya Sultan masih bersikap manis.
"Alhamdulillah, semua udah selesai."
"Jangan lupa senyum."
Rere, wanita cantik itu tak banyak berbicara, namun wanita itu terlihat tengah membiarkan sikap manis yang sedang Sultan berikan padanya karena sejujurnya ia merasa sangat senang atas apa yang Sultan berikan kepadanya.
"Sampai ketemu di sekolah tercinta ya, Re," ucap Sultan yang kali ini membuat Rere merasa terheran-heran! sikap bagaimana lagi yang akan Sultan berikan selanjutnya.
Setelah itu, Sultan lalu memasukan Hpnya tersebut ke dalam saku celananya. Motor tua yang berbicara dengan khas itu, ternyata kali ini akan membuat cerita bersama-sama dengannya di hari yang akan datang, tak begitu lama lagi.
Dengan perlahan Sultan mengendarai motor tuanya tersebut, dan hingga pada akhirnya ia tak menyadari bahwa pagi itu adalah hari yang di mana ia merasa sedang menjadi siswa teladan di sekolah.
Salam dan sapa kembali di berikan oleh pria itu kepada wanita pujaannya tersebut, "Oyy, Re, udah di sekolah belum?" tanya Sultan sembari duduk di kursi kelas yang masih kosong.
"Udah kok, Tan, kalau kamu gimana? udah di sekolah belum?" tanya Rere dalam telepon.
"Sekolah libur kayaknya ya, Re!".
"Lahh, engga kok, Tan! emang kenapa?" tanya Rere terlihat kebingungan.
"Ini kelas kok, sepi amat sumpah dah!".
"Hmm, sombong! mentang-mentang datang paling pagi ya, dasar!" ucap Rere sembari tertawa dan merasa lega bila dia telah sampai di sekolah.
"Engga apa-apalah, sekali-kali ini hehe."
"Ohh, gitu ya! jadi besok kamu mau bolos!" ucap Rere kembali memarahi Sultan.
"Kenapa sih elu Re! belakangan ini elu sering marah-marah engga jelas sama gue?".
"Samperin aku ke keputrian kalau kamu punya nyali!" ucap Rere yang sedang merencanakan sesuatu agar ia bisa membuat alasan untuk memarahi Sultan tanpa ampun.
Telepon pun di matikan oleh Rere. Dan sementara itu, Sultan pun tak banyak berkata-kata, sehingga ia lebih memilih apa yang wanitanya itu ucapkan. Wajah yang Rere berikan itu tak terlihat asing karena raut wajahnya tersebut tak menandakan akan adanya kemarahan Rere.
Sultan pun lalu menyapa Rere sembari duduk di samping wanitanya tersebut, "Hai," ucap Sultan kepada wanita cantik tersebut.
Sultan mengira bahwa wanita itu terlihat sangat cantik bilamana ia melihatnya secara langsung, namun di sana Sultan sedang berusaha untuk menjaga pandanganya tersebut karena dia merasa itu tak perlu dilakukan sebelum wanitanya tersebut berbicara lebih dulu kepadanya.
Rere menatap Sultan dengan tajam dan dia pun tak berbicara apa-apa lagi kepada pria itu. Sultan bingung! dan akhirnya dialah yang memulai perbincangannya tersebut.
"Ternyata kamu lebih cantik kalau aku melihatnya langsung ya, Re!" ucap Sultan tersenyum sembari menatap perlahan-lahan wajah Rere.
"Hmm," gumam Rere sembari tersenyum malu.
"Aku kira kamu bakalan marah Re! dan ternyata kali ini aku salah menilainya!".
"Apasih Tan! siapa juga yang mau marahin jodoh orang! kegatelan amat sih gue!" ucap Rere yang menjauhkan pandangannya itu dari Sultan.
Dan ternyata benar! Rere hanya ingin menguji kejujuran Sultan, namun dari situ ia sudah berpikir bahwa Rere hanya ingin memastikan kalau Sultan benar-benar masih sendiri sampai sekarang.
"Kamu kan orangnya," ucap Sultan saling bertatapan dengan Rere.
"Gombal!" ucap Rere sembari menjauhkan wajah Sultan dengan tangannya itu.
Pria itu lalu mengangkat tangannya dan mengelus hijab yang melekat di atas kepala wanitanya tersebut dengan manis sembari menatap langsung wajahnya dengan tajam.
"Hmm, aku mau ke keputrian dulu ehh, engga, maksud aku mau ke kelas dulu ya," ucap Rere dengan gugup.
"Iya sayang," ucap Sultan sembari tersenyum melihat tingkah laku Rere.
Rere pun menelan lidah karena dia merasa sangat malu dengan apa yang pria itu lakukan kepadanya. Di suatu sisi apakah Rere harus merasa sangat bahagia, ataupun terus bersikap menjadi wanita pemalu seperti itu.
Dengan sikap Rere yang seperti itu membuat Sultan semakin yakin! bahwa wanita tersebut sangat mencintainya seperti halnya pria itu juga mencintai dia kembali tanpa status pandangan yang jauh.
Cinta itu bukanlah pilihan, melainkan cinta itu adalah impian hidup yang harus kita nantikan di masa depan yang akan mendatang. Cinta itu adalah anugrah, cinta itu sangatlah indah, dan cinta itu takan pernah mudah menghilang bilamana kita meyakini bahwa kita bisa menjaganya.
Kembali pada titik perbincangan, Sultan yang tengah menatap Rere itu kemudian menyuruh dia untuk pergi masuk ke dalam kelasnya karena dia tidak mau memaksa Rere untuk tetap terus menemaninya di sisinya.
"Yaudah sana!" ucap Sultan yang tengah membercandai wanitanya tersebut.
"Jadi, kamu ngusir nih!" ucap Rere sembari menatap Sultan kembali.
"Yaudah lah kenapa sih! ayo! sini duduknya deketan, jangan jauh-jauh kayak gitu ah," ucap Sultan sembari menarik tangan wanitanya itu supaya Rere duduk berdekatan dengannya.
Rere tersenyum tanpa sedikit pun terusik dengan sikapnya itu karena dia merasa bahwa pria itulah yang telah membuat dia merasakan hal yang paling berharga di dalam hidupnya itu seperti apa.
Pria itu tak habis-habis membuatnya tertawa lepas karena tingkah lakunya yang lucu itu semakin membuat wanita tersebut tak ingin duduk berjauhan dengannya.
"Kamu udah makan?" tanya Sultan dengan lembut.
"Udah kok, Tan, kalau kamu gimana?".
"Kukira kamu belum makan Re, kalau kamu belum makan tadinya aku mau masakin sesuatu untukmu."
"Emang kamu bisa masak?" tanya Rere menatap tajam Sultan.
"Barusan aku masak buat orang tuaku Re."
"Terus!" ucap Rere penasaran.
"Orang tuaku bilang kalau makanannya enak, tapi lebih enak beli langsung, begitu katanya," ucap Sultan yang tengah membercandai Rere.
"Ihh, berarti masakan kamu kurang enak tuh!" ucap Rere mencubit Sultan sembari tertawa.
"Makasih ya, Re," ucap Sultan kembali menatap wajah Rere.
"Buat?" tanya Rere bingung.
"Aku cuma bisa menulis kata-kata saat ini Re, dan aku hanya berharap sampai kapanpun itu kamu engga akan berubah, dan teruslah bersikap seperti ini padaku karena aku merasa sangat nyaman dengan sikapmu yang seperti ini Re," ucap Sultan yang membuat Rere menatapnya lebih lama pada saat itu.
Setelah perbincangan itu, mereka segera masuk ke dalam kelasnya masing-masing karena siswa lain sudah mulai pada berdatangan. Sultan hanya tidak mau kedekatannya ini di ketahui oleh orang lain, begitu pun teman terdekatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments