Pagi datang menyapa, dan dengan manisnya Sultan membangunkan Rere hingga dia terkejut! kenapa bisa pria itu terbangun lebih awal dari dirinya.
"Haii, selamat pagi Re," ucap Sultan dengan manis.
"Hmm, kok, kamu bangun lebih awal dari aku sih Tan!" ucap Rere yang padahal dia sangat senang melihat Sultan menyapanya di pagi hari itu.
"Engga usah kaget! kalau kamu senang, setiap hari aku akan seperti ini sama kamu."
"Emang bisa?".
"Apapun untuk kamu, aku selalu bisa."
Rere terdiam tanpa kata-kata melihat sikap Sultan yang seperti itu. Dia berpikir bahwa Sultan adalah pria yang sangat manis dan pria yang selalu bisa membuatnya tersenyum dalam waktu yang cukup lama.
"Yaudah, aku mau pergi ke mesjid dulu ya, mau salat subuh," ucap Sultan berpamitan kepada Rere sembari tersenyum lebar di dalam ruangan kamarnya itu.
Setelah usai melaksanakan kewajibannya, Sultan lalu mengeluarkan motor tua yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.
Tak lama setelah itu, Sultan pun mencium tangan ayahnya sembari tersenyum lebar di hadapannya, dan sehingga membuat ayahnya pun merasa bingung! apakah yang sedang anaknya itu rahasiakan darinya.
Dengan perlahan pria itu mengendarakan motornya sembari menatap ke sekeliling jalan yang dipenuhi oleh nuansa alam yang indah, dan sehingga ia berpikir! betapa asiknya bilamana ia duduk berdua bersama wanita yang dia cintai itu.
Tak lama kemudian, Sultan pun tiba di sebuah kosan yang letaknya tak begitu jauh dari sekolah ia berada. Ia pun lalu menyimpan motornya di sana supaya bilamana sekolah bebas, Sultan bisa langsung pulang kerumahnya, tanpa harus diberhentikan oleh guru kesiswaan yang sering berjaga di depan pintu gerbang sekolahnya tersebut.
"Jhon, engga biasanya elu datang pagi-pagi gini!" ucap Sultan kepada Rizal, yang di mana ia terlihat tengah asik duduk di pinggir kolam ikan sembari menikmati rokok pertamanya itu.
"Lagi mau aja Tan, hehe," ucap Rizal, teman satu kelas dengan Sultan dan sekaligus teman semasa SMP dengannya juga. Jhon itu adalah nama panggilan yang diberikan oleh seorang guru jurusan kepada Rizal.
Kemudian Iman, Taufik, dan Maulana datang menghampiri mereka berdua yang terlihat tengah asik berbincang di pinggir kolam ikan tersebut sembari menikmati rokoknya itu.
"Berduaan aja elu pada! kemana Akbar?" ucap Iman, teman satu kelas dengan Sultan dan sekaligus teman satu Organisasi juga di Pramuka.
"Tuhh!" ucap Sultan singkat! sembari menunjuk ke arah depan kamar kosan Akbar.
"Ada apa Bro? santai ajalah, masih pagi ini," ucap Akbar, salah satu siswa yang berasal dari kabupaten Jampang dan salah satu siswa dari kelas Sultan yang mengekos di sana.
"Pelajar santuy, memang mantul," ucap Maulana, salah satu teman sekelas dengan Sultan yang sering ceplas-ceplos dalam berbicara. Maulana adalah anggota PMR yang di mana ia jugalah yang akan menjadi ketua Organisasi PMR di sekolah nanti.
"Ahh, males ngomong sama elu Bai! kerjaannya bolos mulu! hehe," ucap Taufik, salah satu teman kelas yang sama-sama mengikuti Organisasi di Pramuka juga.
Tak lama setelah perbincangan itu, mereka pun lalu segera bergegas pergi menuju sekolah karena hari sudah semakin siang saja.
Sementara itu, di depan pintu gerbang sekolah terlihat banyak sekali siswa yang tengah dihukum oleh guru kesiswaan karena datang terlalu siang.
Pak Maki, sebut saja guru berbadan kecil, namun mematikan. Ia adalah guru kesiswaan yang sangat kejam, ia adalah guru yang tak memiliki belas kasihan terhadap siswa pemalas seperti mereka yang kerjaannya selalu bolos sekolah, kabur, terlambat, dan apalagi siswa yang sering tawuran.
"Waduh, Pak Maki Bro!" ucap Akbar gelisah.
"Halahh ... Pak Maki aja kok, takut!" ucap Sultan terlihat biasa-biasa saja tanpa sedikit pun ia merasa takut.
"Hmm," gumam Iman menelan lidah.
"Ayok masuk cepat! tapi lewat tembok belakang kantin sekolah oke, gue ngeri ngeliat guntingnya itu!" ucap Sultan sambil berlari meninggalkan mereka di belakang.
"Dasar! anak haram! kirain berani! tahu-tahunya lari duluan ninggalin kita hehe," ucap Maulana sembari tertawa melihat tingakah laku kawannya itu.
....
Tak lama setelah itu, mereka pun lalu masuk ke dalam kelas dengan melompati tembok belakang kantin sekolahnya tersebut. Mereka tertawa sebagaimana layaknya seorang siswa yang tak memiliki rasa bersalah sedikit pun.
Sementara itu, Yogi masuk ke dalam kelas dengan model rambut yang tak berukuran lagi, rambutnya habis tercukur oleh Pak Maki karena ia datang terlambat ke sekolah.
"Haii, sekarang kelas kita ada tuyul nih hehe," ucap Sultan meledek Yogi sembari tertawa lepas.
"Diam kau Tan!" ucap Yogi tersenyum sembari mengelus-elus sisa rambut yang ada dikepalanya itu.
Yogi adalah ketua kelas, yang di mana ia juga berasal dari kabupaten Jampang. Ia adalah siswa berprestasi dalam bidang praktek mengelas dan sekaligus Yogi adalah seorang santri.
Yogi termasuk ke dalam teman terdekat Sultan juga, yang di mana dia juga sering nongkrong di kosan bersama kawan-kawan untuk melampiaskan rasa letihnya itu setelah usai melaksanakan pembelajaran di sekolah.
"Sial ya, Yog?" tanya Iman menjengkelkan.
"Apes gue Men, hari ini!" ucap Yogi kepada Iman.
Setelah itu, Sultan teringat! bahwa ia harus mengabari Rere supaya wanitanya itu tak mengkhawatirkan pria rese tersebut.
"Haii, Re, aku udah di dalam kelas ya, aku engga bolos kok, jadi kamu engga usah khawatir ya," ucap Sultan yang berbicara lewat telepon suara dengan manis kepada Rere.
"Kemana aja? aku nungguin dari tadi?" tanya Rere penasaran! kenapa ia tak mengabarinya lebih awal.
"Di tinggal sebentar doang kenapa sih Re! perasaan elu takut amat dah kalau gue tinggal lama-lama hehe."
"Gue itu cuma takut kalau elu bolos sekolah Tan, soalnya elu itu anaknya nakal dan susah diatur!".
"Buat apa bolos! sementara itu di sekolahku kini ada kamu Re, sekolahku kini nampak lebih indah karena adanya senyuman baru yang kamu berikan kepadaku, dan mana mungkin aku bisa melewatkan itu semua Re! itu engga akan mungkin terjadi."
Rere terdiam tanpa suara dan sementara itu, kawan Sultan mengajaknya untuk pergi ke kosan kembali karena hari itu sedang ada rapat guru.
"Bro, ayo ke kosan lagi," ucap Akbar sembari menepuk pundak Sultan.
"Emang kagak belajar apa Bai?".
"Hari ini bebas Bro, kalau tahu gitu kita engga usah ke sekolah tadi ya."
"Elu sih Bai, bolot!".
Tanpa berlama-lama mereka pun pergi kembali meninggalkan sekolahnya tersebut. Setelah berada di dalam kosan, Sultan tak terlalu banyak berbincang, ia hanya menikmati rokoknya saja sembari memandang tajam foto Rere yang ia curi dari akun Facebook milik Rere tempo hari.
Setelah tak mendapat kabar dari Rere, Sultan pun lalu memutuskan untuk pulang ke rumah bersama dengan Rizal karena memang rumah mereka satu arah.
"Jhon ... hati-hati lu! di depan ada banci nafsuan! lagi nyari mangsa untuk ditumbalkan kesetiaannya" ucap Sultan sembari melambaikan tangan kepada Rizal.
"Ahh, yang bener?" ucap Rizal ketakutan, namun Sultan telah pergi meninggalkannya lebih dulu.
Hari mudah berlalu, sehingga malam datang kembali dengan sangat tak terduga. Sultan yang akan tertidur itu pun seketika mendapat pesan Whatsapp dari Rere, dan sontak pria itu terbangun kembali setelah wanitanya tersebut memberi kabar kepada dirinya.
Kring, kring, kring ... suara telepon menyala.
"Haii, selamat malam Tan," ucap Rere berbicara lewat telepon suara dengan manis.
"Kemana aja kamu Re?" ucap Sultan penasaran, namun ia tak mau banyak mengetahui urusan wanitanya itu karena ia merasa bahwa mendengar suaranya saja sudah cukup bagi dirinya.
"Bantu-bantu ibu ngurus rumah Tan."
"Ciee, Rere gue ternyata rajin ya."
"Apaan sih Tan!".
"Yaudah sana tidur."
"Dih, baru aja teleponan!".
"Dengerin suara kamu aja aku udah senang Re, apalagi aku memiliki kamu!".
"Jangan dilanjutin! udah cukup kamu buat aku senyum terus Tan," ucap Rere yang salah tingkah melihat sikap manis Sultan itu kembali.
"Yaudah makanya tidur, aku engga mau ngeliat kamu sakit hanya karena kamu memendam rasa rindu padaku Re," ucap Sultan dengan manis sehingga Rere tak kuat mendengarnya lagi.
Rere pun lalu mematikan teleponnya, dan setelah itu mereka tertidur di waktu dan di detik yang sama. Mereka tersenyum di malam itu dan sehingga membuat suasana terasa seperti mimpi saja bilamana dirasakan lebih dalam lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 440 Episodes
Comments