Air Panas.

"Dan satu lagi, tidak ada pria lain. Maaf saya tidak seperti anda." Untuk kata-kata terakhir ini diucapkannya pelan, dengan sedikit gemetar menahan tangis.

Alvian tersentak. Semua perkataan Aisha sangat membuatnya sangat kaget.

"Apa? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," tanya Alvian setelah tertegun sejenak untuk mencerna setiap kata-kata yang diucapkan istrinya.

Aisha kembali membereskan barang-barang memilih untuk tak menjawab dan berjalan masuk ke dalam kamar sambil mendorong kopernya.

Alvian yang masih diliputi rasa penasaran hanya bisa melihat istrinya itu pergi meninggalkannya memasuki kamar.

Dirinya lalu kembali mengingat perkataan Aisha.

"Janji?" gumam Alvian sambil memasuki kamarnya.

"Apa maksudnya adalah janjiku pada Anita?" gumamnya lagi menerka-nerka.

Alvian terlihat bingung. Jika maksudnya adalah janji itu, janji untuk tak menyentuhnya, dari mana Aisha tahu?

Sementara itu di dalam kamar Aisha.

Aisha duduk di tepi tempat tidurnya, dengan napas tak beraturan menahan amarah dan kesedihannya.

Aisha berkali-kali beristighfar dalam hatinya, mengucapkannya berulang kali demi untuk meredam rasa sakit di hatinya.

Namun sesakit dan sesedih apapun perasaannya kini, tak ada air mata yang keluar. Itu semua karena tekadnya yang tak ingin membuang sia-sia air matanya bagi orang yang dia anggap tak pantas untuk ditangisinya.

Walaupun kali ini, Alvian sudah sangat menyakitinya, suaminya itu menuduhnya mencintai pria lain.

Aisha meremas sprei dengan kedua tangan saking marahnya, berpikir jika suaminya itu sudah sangat keterlaluan, bagaimana bisa dia berpikiran seperti itu? Memangnya wanita seperti apa Aisha di matanya.

Pria lain? Bagaimana bisa dia bisa mencintai pria lain sementara pria di hidupnya selama ini hanya Abah dan ketiga kakak laki-lakinya. Tak pernah mengenal pria lain selain mereka karena dia tumbuh di lingkungan yang amat sangat ketat akan pergaulan dengan lawan jenis.

Aisha kembali terus beristighfar hingga perlahan amarahnya mereda.

***

Alvian duduk terkulai lemah di atas bangku di luar ruang operasi, dia yang baru melakukan operasinya yang ketiga hari ini merasa sangat kelelahan, padahal biasanya staminanya cukup kuat walaupun harus menjalani banyak operasi dalam satu hari.

Alvian duduk sambil kemudian termenung, banyak hal yang dipikirkannya terutama hubungannya dengan Aisha. Perkataan Aisha seminggu yang lalu pun kembali terngiang-ngiang di kepalanya dan masih mengganggunya hingga saat ini, terlebih istrinya itu tak memberinya jawaban ketika dia menanyakan apa maksud dari semua perkataannya.

Ya. Semenjak saat itu, Aisha menjadi lebih menghindarinya, hingga keduanya tak pernah lagi bertatap muka hingga saat ini. Aisha seperti biasa banyak menghabiskan waktu di dalam kamarnya.

"Bagaimana operasinya? Lancar?" tanya Anita yang datang tiba-tiba membuat Alvian kaget.

Alvian hanya mengangguk kecil. Anita duduk di sebelahnya..

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Anita tahu jika kekasihnya itu sedang memikirkan sesuatu.

Alvian menggeleng sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Ada apa?" Kali ini Anita bertanya dengan lebih lembut sambil memegang lengan Alvian.

Alvian meliriknya.

"Tidak ada. Aku hanya sedikit lelah."

"Kalau begitu kita pulang saja. Mami juga mengundangmu untuk makan malam di rumah,"

"Maaf, tidak malam ini. Aku benar-benar ingin pulang dan beristirahat. Sampaikan permintaan maafku pada mami," ucap Alvian sambil berdiri.

Anita juga ikut berdiri, melihat Alvian sedikit heran.

"Ada apa sebenarnya?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin pulang dan beristirahat saja." Alvian tersenyum melihat Anita.

"Aku pulang ya, kamu hati-hati pulangnya. Maaf aku tidak bisa mengantarmu." Alvian berjalan meninggalkan Anita.

Anita melihat dengan heran, merasa aneh dengan sikap yang ditunjukkan oleh pacarnya itu.

Sesampainya di apartemennya, Alvian langsung berjalan dengan gontai menuju kamarnya sambil melirik kamar Aisha yang tertutup seperti biasanya.

Sementara di dalam kamar, Aisha merasa heran mendengar Alvian telah pulang, tidak seperti biasanya kali ini suaminya itu pulang ke rumah lebih cepat.

Pukul 03.30 dini hari.

Alvian terbangun ketika dia mendengar suara Aisha menjerit, dia segera beranjak dari tempat tidurnya.

Alvian setengah berlari menghampiri Aisha yang rupanya sedang berada di dapur, tengah mengibas-ngibaskan baju bagian belakangnya.

"Ada apa?" tanya Alvian heran melihat Aisha yang menangis kesakitan.

Aisha tak menjawab, dia hanya terus mengibas-ngibaskan bajunya.

Alvian melihat kompor masih hidup, panci kecil yang tergeletak di bawah, dan sedikit air yang sepertinya panas tergenang di atas lantai.

"Kamu tersiram air panas?" tanya Alvian sambil mematikan kompor.

Aisha tak menjawab, dia hanya lari menuju kamarnya.

Alvian dengan cekatan mengikutinya dari belakang.

Alvian menahan pintu kamar yang akan di tutup oleh Aisha.

"Katakan apa punggungmu tersiram air panas?"

"Iya," jawab Aisha sembari kembali akan menutup pintunya.

Alvian masih menahannya.

"Biar aku melihatnya, kalau parah kita ke rumah sakit sekarang."

Aisha langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku akan mengobatinya sendiri."

Alvian langsung mendorong pintu sedikit kuat hingga membuat Aisha kaget.

"Bagiamana caranya kamu mengobatinya sendiri? Jangan keras kepala, buka bajumu dan biarkan aku melihatnya!" Alvian terlihat sangat marah, dia berjalan mendekati istrinya.

Aisha sedikit ketakutan.

"Tidak. Aku tidak apa-apa," Aisha mundur perlahan.

Alvian terlihat semakin kesal.

"Kalau kamu tidak mau aku yang melihatnya, kita ke rumah sakit sekarang, banyak perawat wanita disana."

Aisha menggelengkan kepalanya.

"Lukanya tidak parah, aku bisa mengobatinya sendiri."

"Darimana kamu tahu jika lukanya tidak parah? Memangnya kamu dokter? Parah tidak parah itu harus segera di obati, nanti

kulitmu akan melepuh."

Mendengar kata melepuh, Aisha menjadi ketakutan, apalagi kini dia merasakan punggungnya terasa sakit dan terbakar.

Aisha berlari ke kamar mandi, segera mengunci pintunya, dan membuka pakaiannya dengan hati-hati.

Aisha melihat dari pantulan kaca jika punggungnya berwarna kemerahan.

"Bagaimana?" tanya Alvian di luar.

Aisha tak menjawab, dia menangis menyesali kecerobohannya. Tidak berhati-hati hingga jilbab panjangnya tersangkut pada pegangan panci yang berisi air panas, menyiramnya ketika dia berjongkok untuk mengambil sayuran yang jatuh ke lantai.

Alvian tahu bagaimanapun dia mencoba, Aisha tetap tidak akan mau jika dirinya mengobati luka itu, hingga dia memikirkan sesuatu untuk jalan keluarnya.

Aisha tahu jika suaminya telah keluar dari dalam kamarnya, dengan terisak dia keluar dari kamar mandi. Menghampiri pintu kamar lalu menguncinya.

Aisha kini sudah melepas bajunya, dengan hanya memakai handuk, dia mengipasi punggungnya dengan beberapa helai kertas.

Beberapa saat kemudian.

Aisha mendengar suara pintu kamarnya di ketuk.

"Buka pintunya, aku membawa dokter wanita untuk mengobati lukamu," ucap Alvian.

Aisha kaget. Dokter wanita? Iya. Dia memang membutuhkannya saat ini, dia tahu lukanya harus segera di obati.

Aisha segera membuka pintunya sedikit, hingga seorang wanita masuk ke kamarnya.

Sesaat wanita itu melihat Aisha, dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

"Cantik sekali," pikirnya.

Terpopuler

Comments

Ilyastri Cahya12

Ilyastri Cahya12

lanjut kk

2024-03-16

1

Ilyastri Cahya12

Ilyastri Cahya12

👍

2024-03-16

0

Nida Kalapati

Nida Kalapati

anita ygdatang

2024-01-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!