Arini melemparkan pandangannya ke luar jendela, dia hanya diam meskipun Sean mengajaknya bicara.
"Aku bicara denganmu!" seru Sean yang mulai kehilangan kesabarannya.
Arini menoleh lalu menatap Sean, dari cara menatap Sean terlihat jelas kalau dirinya memang sedang marah pada Sean.
"Tapi aku malas bicara denganmu," sahut Arini lalu melemparkan pandangannya ke luar lagi
Sean yang sudah tidak bisa menahan marahnya mencengkeram tangan Arini, "Beraninya kamu mengabaikan aku, apa yang telah aku lakukan padamu masih kurang?" bentak Sean
"Sakit," ucap Arini dengan tangan mencoba melepas tangan Sean.
Sean memerintahkan Nick untuk menepikan mobil, dia juga menyuruh Nick menunggu di luar.
"Mangkanya menurut dan jangan membuat aku marah!" maki Sean
Arini meluncurkan air matanya bahkan mulai terisak, Sean yang tidak tega membawa Arini dalam pelukannya. Tangis Arini semakin pecah
"Maafkan aku," ucap Sean lirih lalu mengecup kening
"Ogah," sahut Arini
Sean yang gemas mempererat pelukannya sehingga membuat Arini kesulitan bernafas,
"Kamu ingin membunuhku," omel Arini
Sean tertawa, "Mana mungkin aku bisa membunuh kancil sepertimu, yang ada kamu yang balik membunuhku," sahut Sean
Arini melepas pelukan Sean dengan mencibirkan bibir, "Sinting," umpatnya
Sean mengambil tisu dan menyodorkan pada Arini, " Ini lap ingus kamu, sudah jangan menangis. Kalau kamu nangis jelek banget," ejek Sean
"Meskipun jelek buktinya kamu tiap malam selalu main panjat pinang," sahut Arini
Sean tidak bisa berkata-kata lagi, dia seakan di skakmat oleh Arini.
**********
Di atas ranjang, Sean dan Arini bertempur. Nafas mereka saling memburu untuk mengejar hasrat mereka yang akan keluar.
Keduanya mengerang penuh nikmat, Sean yang lelah memilih tidur daripada melanjutkan ronde ke limanya.
"Coba tubuhku ini buatan manusia pasti sudah rusak dari awal dia memanjat ku, orang bule sungguh perkasa," gumam Arini
Karena dia juga sudah mengantuk Arini segera memakai pakaiannya dan tidur.
********
Di kantor Vani mendekati Arini yang sedang membersihkan jendela.
"Sekarang jelaskan padaku," kata Vani
Arini menghentikan aktivitasnya, dia memegang kanebo yang dia gunakan untuk mengelap kaca.
"Sebenarnya aku dan Pak Sean telah menikah," ucap Arini dengan lirih yang sebelumnya dia tengok kanan dan kiri memastikan kalau tidak ada orang.
Vani yang kaget membulatkan matanya
"What," sahut nya kaget
"Iya Van, kira-kira kita menikah tiga Minggu yang lalu," timpal Arini dengan menghela nafas
"OMG Rin, nasib kamu mujur banget dapat suami seperti pak Sean. Sudah cakep, tajir, bule paket komplit pokoknya," kata Vani
Arini mencibirkan bibir
"Apanya yang enak, tiap hari aku di gempur habis-habisan. Aku nikah cuma di bawah tangan Van, setelah bosan dia akan membuang aku," kata Arini sedih.
Vani pun memeluk sahabatnya tersebut, dia mencoba menenangkannya.
Karena tak ingin Arini bersedih, Vani menggodanya
"Meskipun hanya bawah tangan kalian tetap suami istri, eh ngomong-ngomong Gimana rasanya produk luar?" tanya Vani sambil tertawa
Arini yang gemas dengan temannya menjawab pertanyaan Vani dengan asal
"Rasanya mantap banget Van, ukuran jumbo saat masuk, uhhh rasanya nikmat banget sampe aku membuka menutup mataku," jawab Arini kesal
Otak Vani langsung traveling kemana-mana, dia membayangkan rudal jumbo. Hingga suara keras Via membuyarkan semuanya.
"Arini, Vani. Kerja!" bentak Via
Vani dan Arini segera menyelesaikan pekerjaannya, satu jam kemudian pekerjaan Arini sudah selesai.
Seperti biasan Arini mendatangi rooftop lewat tangga darurat.
Saat di rooftop mata Arini melihat seseorang yang tidak asing yaitu Daffa.
Daffa nampak menerima panggilan setelah selesai tanpa sengaja pandangannya dan Arini saling bertemu lalu Daffa berjalan mendekati Arini
"Hey," sapa Daffa
"Hey," sahut Arini
Jantung Arini terasa copot, apalagi mereka hanya berdua di rooftop
Daffa berjalan mendekati Arini
"Aku Daffa." Daffa menjulurkan tangannya
Arini menerima tangan Daffa dengan jantung berdebar-debar
"Saya Arini," jawab Arini
Daffa dan Arini mengobrol hanya sebentar, Daffa segera kembali ke ruangan Sean sedangkan Arini masih tinggal di rooftop.
"Kenapa rasanya seneng banget ya bisa mengobrol dengan pak Daffa," gumam Arini
Arini senyum-senyum sendiri tiba-tiba bayangan Sean datang seolah memarahinya.
"Hufft dalam lamunan saja dia seolah datang memarahi aku," gerutu Arini
Takut kalau Via mencarinya, Arini segera turun dan kembali ke ruangannya.
Vina dan teman-temannya sudah berkumpul di ruangan khusus pegawai cleaning service dan juga OB.
"Dari mana saja kamu?" tanya Via dengan sinis
"Kenapa? memangnya aku harus laporan dulu padamu," jawab Arini ketus
Via menjadi kesal, di sini hanya Arini yang berani padanya, jangankan Via, Sean saja dibantah jika dia tidak merasa melakukan kesalahan.
Vani mendekati Arini "Kenapa kamu nggak menggunakan kekuasaan suami kamu saja sih Rin, berhenti bekerja lalu kesini sebagai Nyonya Sean," bisik Vani
"Ngaco, kan aku hanya istri bawah tangan Van yang sebentar lagi mungkin dibuang oleh pak Sean," sahut Arini dengan sedih.
"Menurut aku nggak, semalam apa kamu nggak lihat kalau dia itu khawatir banget sama kamu," timpal Vani
"Soalnya tiap malam dia butuh aku," ucap Arini
Vani hanya menggelengkan kepala, "Sangat jelas terlihat kalau semalam pak Sean itu khawatir banget sama kamu itu tandanya dia sayang kamu, kamu saja yang buta," batin Vani
Daffa kembali ke perusahaannya sedangkan Sean yang merindukan Arini bingung cari alasan apa supaya bisa bertemu dengan istrinya.
"Apa aku ajak makan siang ya," gumam Sean
Dia menggeleng, " Kalau aku ngajak dia makan siang, pasti banyak yang curiga," Sean bermonolog dengan dirinya sendiri.
Sean nampak berfikir hingga dia menemukan ide untuk menyuruh Arini ke ruangannya.
Sean tersenyum puas, lalu dia mengambil ponsel dan menghubungi Arini.
Arini yang sedang asik makan dengan Vani harus meninggalkan Vani karena panggilan Sean.
"Tuan Suami memanggil, " kata Arini lalu bergegas menuju ruangan Sean.
Sean berbaring di sofa, dengan tangan yang memegangi pelipisnya. Arini langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Dia mendekati Sean yang sedang tiduran di sofa.
"Kamu kenapa tuan suami?" tanya Arini cemas
"Kepala aku sakit sekali," jawab Sean pura-pura kesakitan.
Arini semakin cemas karena melihat ekspresi Sean yang kesakitan.
Arini duduk dan memindahkan kepala Sean di pangkuannya, dia memijat kepala Sean dengan lembut.
"Gimana udah enakan?" tanya Arini
"Sedikit, tapi masih pusing," jawab Sean
Arini meletakkan kepala Sean di sofa kembali, "aku ambilkan air hangat dan obat dulu. Tuan suami sudah makan?" tanya Arini
Sean menggeleng, Arini segera keluar untuk membelikan makanan Sean serta menyiapkan obat untuknya.
Karena lupa bertanya Sean ingin makan apa, Arini kembali lagi keruangan Sean.
Dia melihat Sean duduk dengan memainkan ponselnya, nampak dia baik-baik saja dengan cengar-cengir sendiri.
"OOO jadi mengerjai aku ya," gumam Arini lalu keluar
Dia pun mempunyai ide untuk mengerjai Sean balik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Difa Oktarina
asik
2024-02-22
0
Ida Ferdy Dumais
Arini bikin aku ngakaak habis yg baca 🤣🤣🤣🤣🤣 ada aja Arini .. apa ya idenya jadi penasaran deh thor 🤔 semangat & lanjut
2022-11-28
0
Hera
dasar arini ga mo kalah ya balik ngerjain sean nih 😊
2022-08-30
0