"Assalamualaikum." ucap seseorang dari depan rumah Fadia.
"Waalaikumussalam." Jawab Elsa dan Ibu Elsa bersamaan karena keduanya masih berada dirumah Fadia.
Elsa bangkit untuk membuka pintu melihat siapa yang datang.
"Eh bang Rudi.. Ada apa ya?"
"Fadia ada Elsa?" tanya Rudi.
"A-da bang. Masuk. Sebentar ya.."
Elsa memasuki dapur. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Harry merapikan anak rambut Fadia ke belakang telinga.
"Apa begitu seorang sahabat? Harry begitu perhatian sama Fadia. Benarkah itu hanya perasaan sahabat? atau ada yang ku lewatkan disini?"
Mengingat ada tamu yang menunggu siempunya rumah, Elsa melanjutkan langkahnya mendekati Fadia dan Harry.
"Fad. Ada tamu." ucap Elsa yang membuat keduanya terkejut dan salah tingkah.
"Kenapa kalian salah tingkah begitu?" tanya Elsa.
"Bu-kan apa-apa. Siapa yang datang El?" tanya Fadia masih dengan rasa gugup nya.
"Bang Rudi Fad." kata Elsa.
Fadia menghela nafas panjang. Sebenarnya ia tidak suka jika Rudi datang kerumahnya. Bukan berarti Rudi tidak baik, tapi hatinya menolak untuk menerima dan saat Rudi datang kerumah selalu bertanya hal itu saja.
"Kapan abang dan keluarga bisa meminangnya dek?"
Pertanyaan itulah selalu membuat Fadia menghindari Rudi. Katakan jika ia memberi harapan palsu pada Rudi karena ia tidak memberikan jawaban iya atau tidak.
Tapi itulah hati, tidak dapat di prediksi pada siapa ia memberikan hati itu. Bisa saja pada seorang pemuda lajang yang usianya lebih muda atau lebih tua, bisa saja pada duda tua atau muda, bisa saja pada pria kaya atau miskin, atau bisa saja pada suami orang atau calon suami orang.
Sama seperti Fadia sekarang. Hatinya telah jatuh dalam pesona Harry. Bahkan jauh sebelum mereka dipertemukan hari ini.
Harry Setiawan calon suami wanita lain. Miris bukan? Tidak mungkin ia bisa memiliki Harry karena dilihat dari lamanya hubungan mereka, pasti sangat kuat ikatan cinta mereka.
Fadia menghela nafas panjang kemudian bangkit untuk melangkahkan kakinya menuju ruang tamu untuk bertemu dengan Rudi.
Tapi langkahnya terhenti saat Harry sudah mencekal tangan Fadia. "Jangan temui Rudi dengan tampilan begini. Tidak bagus Yu. Aku tidak rela bila Rudi juga melihatnya." larang Harry karena benar adanya ia tidak rela paha putih mulus Fadia dan belahan dada Fadia yang sedikit terlihat itu di pandang orang lain.
Mata Fadia terbelalak mendengar apa yang diucapkan Harry begitu juga Elsa. Sontak keduanya melihat penampilan Fadia dari atas hingga ujung kaki.
Seketika wajah Fadia bersemu merah menahan malu dan baru menyadari kesalahannya.
"Kenapa kamu baru bilang sih.. Aku malu dilihatin kamu terus." tutur Fadia yang sudah berdiri dibelakang Elsa.
Harry terkekeh dan menjawab tanpa rasa bersalah."Aku sudah melihatnya. Jangan keluar dapur dulu Yu. Karena kamar kamu melewati ruang tamu kan?"
"Aku marah sama kamu. Melihat tanpa izin. Jadi gimana dong ini?" rengek Fadia menghentak kan kaki di belakang tubuh Elsa.
"Aku saja yang ambil Fad." Elsa mengalah karena penampilan Fadia malam ini tidak baik di lihat pria. Ia pun melangkah menuju kamar Fadia.
"Terus Harry lihat penampilan ku lagi gitu." ketus Fadia.
"Aku akan menutup mataku Yu." Harry menutup matanya.
"Terlambat. Sudah kamu lihat tadi." Fadia memanyunkan bibir tipis nya.
Dalam hati Fadia tersenyum. Hatinya menghangat mendengar larangan Harry untuk tidak keluar dengan penampilan nya begini.
Bagaimana aku tidak jatuh cinta padamu Harry? di seberang telepon saja hatiku menghangat saat kamu perhatian padaku apalagi sekarang kamu berada di dekat ku? Tolong jangan berikan perhatian lebih. Aku takut terlena Harry. gumam Fadia dalam hatinya.
"Ini aku ambil sweater sama celana jeans saja." ucap Elsa setelah masuk ke dapur.
Fadia mengangguk seraya melangkah meninggalkan Elsa dan Harry menuju kamar mandi.
Fadia keluar kamar mandi dengan sweater pink dan jeans biru muda yang diambilkan Elsa. Dengan menggulung rambutnya asal sertaa membiarkan poni mengurai menutupi dahinya.
Harry mematung melihat tampilan Fadia, tidak ada yang salah dengan Fadia. Tapi dirinya lah yang salah. Melihat tampilan Fadia seperti itu dimatanya sangat cantik.
Ditelannya saliva yang berasa menelan sebiji kerikil. Sangat susah tertelan saat pandangannya teralihkan dengan leher jenjang putih nan mulus itu.
Ingin ku peluk dirimu.
Ingin ku kuasai dirimu dalam kukungan ku.
Tapi sabar ya.. Tunggu halal. Harry bermonolog pada dirinya sendiri.
"Sudah ayo."
Harry tersadar dari pikiran salah nya saat Fadia mengeluarkan suara yang indah di dengar telinganya.
****
"El. Gula ku habis, pakek gula ibu dulu ya.. Tolong buatkan teh manis untuk bang Rudi dan Harry."
Elsa menganggu membiarkan Fadia dan Harry berjalan menuju ruang tamu. Ia menatap Fadia nanar. Sangat sulit menjadi Fadia, hidup sendiri dan memiliki cinta dalam diam pada sahabatnya sendiri.
Tidak mudah mengembalikan hati yang telah beku. Masa lalu kehidupan rumah tangga nya membuat Fadia urung di dekati. Sudah banyak yang di tolak Fadia tapi hanya Rudi yang bertahan. Dan Elsa tahu itu. Tapi bukankah cinta juga berharap memiliki?
***
"Loh.. Pak Asisten Afdeling kok disini?" tanya Rudi terkejut bahkan sampai berdiri lagi.
Harry hanya tersenyum dan mengangguk saja. Ia harus menahan gemuruh dihatinya agar tidak membuat keributan.
Harry berdecak saat melihat penampilan rapi Rudi untuk mendatangi Fadia.
"Yu duduklah di sebelahku." titah Harry. Ia tidak rela Fadia duduk berdekatan dengan Rudi walau saat ini Rudi duduk di sofa tunggal.
Sofa di ruang tamu Fadia ada tiga sofa dan meja persegi panjang di tengahnya. Dua kursi tunggal dan satu sofa panjang 1,5 meter yang kini di duduki Harry dan Fadia.
"Bapak kenal dengan Fadia? Siapa nya Fadia ya kalau boleh saya tahu?" tanya Rudi sopan dengan Harry karena mau bagaimana pun Harry adalah atasan nya.
"Bisa dikatakan saya orang terdekat Ayu." jawab Harry tenang tanpa ekspresi.
"Ayu?" tanya Rudi spontan karena yang ia tahu tidak ada nama Ayu diantara mereka.
"Aku bang. Pak Harry memanggilku Ayu. Ada apa abang datang? tumben."
"Ini martabak Bangka. Tadi abang dari kota sekalian beli ini untukmu." Rudi tersenyum manis.
Sedangkan Harry sudah berdecak sebal.
Dasar cari muka.. Kenapa aku tidak bawa apapun tadi.
Fadia dan Rudi asyik mengobrol. Lebih tepatnya Rudi lah lebih dominan mengajak Fadia mengobrol.
Sedangkan Harry hanya diam tidak fokus pada pembicaraan mereka bahkan ia tidak sadar bila Elsa juga sudah ikut bergabung. Ia masih memikirkan bagaimana caranya mendapat hati Fadia.
"Ehem.." Rudi berdehem.
Seketika semua menjadi berfokus pada Rudi. "Dek Fadia.. Abang kesini bermaksud untuk melamar adek Fadia sebelum abang membawa keluarga abang melamarmu ke mbak Fatin."
"Apa?"
Semua terkejut mendengar suara lantang itu.
🌸
Bersambung...
Tuh kan di tikung???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Sarini Sadjam
bilang donk hery bujang lapuk klo atu calon istrinya..dasar main g bawa apa hery oon..
2023-09-04
0
Puji Harti
makanya mas Harry jgn lambat tuh ayu banyak yg mau loh 😂😂
2022-02-09
0
BirVie 💖🌈☁️
wkwkwkkkkk kaget kaaannnn Harry Ayu Elsa...bang Rudi gercep 😂😂😂
2021-12-11
0