"Bu." panggil Harry.
"Opo meneh? (Apa lagi?)"
"Bagaimana menurut ibu kalau aku menikahi janda beranak satu?"
Ibu Harry terperanjat mendengar pertanyaan Harry. Dia menatap lekat anak sulung kebanggaan nya.
"Ya Allah Gusti... Anak ku mempermainkan hati anak orang. Nak.. Kalau kamu sudah tidak ingin bersama Sundari itu bicarakan baik-baik bukan berselingkuh. Astaghfirullah.. Bagaimana jika kamu nanti sudah berumah tangga? Bapak...Pak..Bapaak.." Seketika rumah itu menjadi ribut atas kehebohan ibu Harry.
Harry sudah gelagapan mendengar ucapan histeris ibunya. Dia salah bertanya tadi. Padahal hanya bertanya belum ada niat begitu juga. Belum bertemu sih.
Di teras depan rumah Harry. Sang bapak yang sedang menikmati kopi dan pisang goreng panas langsung menghentikan kunyahan karena mendengar teriakan sang istri. Dengan gerak cepat bapak Harry menyusul ke dapur.
"Eneng opo toh buk? isuk-isuk wes bengok cangkeme? (Ada apa toh buk? pagi-pagi sudah teriak mulutnya?)"
"Iku anak lanang mu gawe ulah. (Itu anak laki-laki mu buat ulah)."
Harry hanya bisa merutuki ke bo dohan nya sendiri. Padahal hanya bertanya tidak bermaksud lain. Bukan tidak. Tapi belum.
"Apa lagi toh Bu?.. Bicara yang jelah atuh." tanya bapak.
"Harry punya perempuan lain selain Sundari. Dan perempuan itu janda anak satu pak."
Harry mendengar jawaban sang ibu merasa tersinggung. Harry menangkap nya seperti sang ibu tidak suka dengan seorang janda.
"Ibu.. Seorang janda itu wanita yang kuat. Kuat dengan segalanya. Dia harus banting tulang sendiri untuk biayai hidup dia dan anaknya. Harus menjadi ayah dan ibu dalam waktu bersamaan. Dia dengan sekuat tenaga menjaga harga dirinya walau banyak yang menilai nya buruk. Bu.. Seorang janda tidak seburuk itu."
Harry mengatakan ini juga dalam bentuk membela Fadia. Mengapa kebanyakan wanita yang memiliki suami sering kali menilai seorang janda itu buruk?
"Bukan itu yang ibu maksud Harry. Ibu marah nya kalau kamu mempermainkan hati anak orang. Jika kamu serius dengan yang satu, berarti kamu harus selesaikan dulu hubungan mu dengan yang satu lagi." ucap bapak membela ibu Harry.
"Maafkan Harry Bu, tapi Harry tidak ada hubungan dengan perempuan lain Bu." terang Harry.
"Jadi siapa janda yang kamu maksud Harry?"
"Ayu Bu.. Teman ku yang dari Sumatera Utara. Yang dulu sering teleponan denganku."
"Ayu?" tanya ibu sembari mencoba mengingat.
Harry mengangguk. Sedangkan sang bapak hanya mendengarkan dan memperhatikan Harry.
"Oh yang dulu sering teleponan kamu ketawa terus itu?" tanya ibu mulai mengingat nya.
Harry tersenyum diiringi anggukan cepat karena merasa senang sang ibu sudah mengingatnya.
"Iya Bu, dia sudah punya anak umur 5 tahun. Anaknya sangat pandai. Harry sering mengajarinya bahasa Inggris dan sering mengajari menghafal surah pendek." Harry mengakui nya.
Bapak dan ibu Harry tercengang mendengar pengakuan sang anak.
"Menurut mu, bagaimana Ayu mu itu Harry?" pancing sang bapak.
Dengan mata berbinar serta bibir yang terus tersenyum Harry menceritakan bagaimana hubungan nya dengan Fadia dan Gadhing anak Fadia.
"Ayu wanita baik Bu, Dia wanita kuat. Hidup sendiri. Dia punya kakak tapi tinggal di kota Medan, sedangkan Ayu di desa. Setelah pisah sama mantan suaminya ayu jualan kue, kata teman nya Ayu pandai buat kue. Dia itu sudah seperti kakak, seperti adik, seperti keluarga, jadi teman curhat bahkan seperti pacarku Bu."
Bapak juga memperhatikan bagaimana cara Harry menceritakan tentang Ayu. Dia menggelengkan kepala.
"Lalu bagaimana dengan anaknya?" tanya bapak memastikan semuanya.
"Oh.. Namanya Ahmad Gadhing Athafariz. Panggilan nya Gadhing Pak. Dia anak pintar, sangat menyayangi Ayu. Dia selalu tanya dimana ayahnya." Harry menjeda ceritanya.
"Terus?" tanya bapak dan ibu bersamaan.
Harry belum menjawab, dia menatap kedua orang tuanya. Dia ingin melihat reaksi keduanya setelah dia menjawab nya nanti.
"Harry bilang, anggap saja Harry ayah nya." jawab Harry lirih.
Ibu Harry hanya bisa diam menghembuskan nafas. Sedangkan sang bapak menatap intens anak sulung nya yang juga Harry sedang menatap sang bapak.
"Apa kamu pernah bertemu dengan Ayu mu itu?" tanya Bapak.
"Belum. Karena jarak dan pekerjaan ku tidak bisa di tinggal pak. Tapi tiga hari lagi aku masuk kerja di Sumatera Utara pak. Dan kebetulan Ayu juga kerja di perusahaan perkebunan dimana aku kerja. Semoga kami di pertemukan." jawab Harry pasti.
"Bukannya gampang kamu bertemu Ayu mu itu?" tanya bapak lagi.
Harry mengangguk setuju. "Benar pak. Tapi Ayu belum ingin bertemu, dia selalu jawab kumpulkan saja uang mu untuk biaya nikah nanti. Aku tidak bisa maksa toh?"
"Sholat istikharah nak. Mohon petunjuk sama Allah. Setelahendapatkan petunjuk segera selesaikan masalah mu." titah Bapak Harry kemudian menepuk pundak anak sulungnya sebelum beranjak ke kamar mandi.
Harry hanya diam saja.
"Nak. Apa kamu sayang Ayu mu?" tanya ibu pelan.
"Sayang bu."
"Lalu bagaimana dengan Sundari nak?" tanya ibu. bagaimana pun dia tidak ingin anaknya menyakiti hati seorang wanita.
"Aku tidak tahu Bu. Kalau boleh jujur, aku merasa jenuh pada hubungan ku dengan Sundari. Tidak ada rasa cemburu, tidak pernah di curigai, aku juga ingin merasakan itu Bu dan aku juga butuh perhatian ataupun kata-kata semangat dari pacar ku. Tapi malah Ayu yang lakuin itu."
"Maksud kamu, Ayu sering cemburu begitu?" tanya ibu memastikan.
"Bukan Bu, tapi Ayu sering ingetin aku untuk selalu setia. Selalu curiga jika waktu teleponan dengan Ayu ada suara perempuan lain padahal Harry masih di lapangan ngecek kerjaan karyawanku. Pasti dia bilang gini kamu sama siapa? jangan duain pacar loh.. Aku ingin seperti itu Bu."
"Sudah-sudah nanti malam kamu sholat istikharah ya.. Biar hati kamu plong. Ibu hanya berdoa semoga yang terbaik untukmu."
Harry hanya mengangguk.
*****
Sore itu di warung mie ayam bakso.
"Fad. Ini bagus. Apalagi kameranya. Foto yuk."
"Nanti ah." jawab Fadia malas sembari melahap bakso.
"Oh iya ini sudah aku download aplikasi WhatsApp, Facebook, Instagram, Noveltoon sesuai permintaan mu." ucap Elsa sembari mengotak-atik ponsel baru Fadia.
"WhatsApp sudah aku daftarkan yang lain belum." ucapnya lagi.
"Hem." deheman Fadia di anggap jawaban oleh Elsa.
Elsa terus mengotak atik ponsel baru Dinda hingga tanpa sengaja membuka kontak Harry dan terdapat gambar tanda WhatsApp. Langsung saja Elsa membuka kontak WhatsApp Harry. Namun dia kecewa karena foto profil WhatsApp Harry adalah gambar helm.
"Ternyata Harry tidak memasang foto profil WhatsApp nya. Hanya foto helm Fad."
Fadia menoleh kearah Elsa kemudian mengambil ponsel barunya. Dilihat helm berwarna putih itu.
"El.. Kayak tidak asing sama helm ini kan?" Fadia masih mengamati foto helm putih tersebut.
"El.. Ini bukan nya logo perusahaan kita kerja ya?" tanya Fadia lagi.
Kini keduanya mengamati helm berwarna putih. Helm yang di pakai para pekerja di Perkebunan kelapa sawit.
Setiap karyawan-karyawati di beri APD (Alat Pelindung Diri) seperti Helm, kaca mata, masker, sepatu, sarung tangan, dan apron. Begitu juga dengan para asisten perkebunan, Askep (Asisten kepala), Manager Perkebunan. mereka juga memiliki APD termasuk helm dan sepatu. Yang membedakan antara asisten perkebunan dengan karyawan adalah helm asisten perkebunan berwarna putih sedangkan karyawan berwarna kuning.
Fadia dan Elsa saling pandang. Seperti sudah mengetahui pikiran masing-masing.
"Dia kerja di perkebunan yang sama Fad."
Fadia mengangguk lemah. "Dan dia staf El. Dia bukan orang sembarangan. Ya ampun aku sering mengomeli nya." Fadia gigit jari saat mengetahui kasta Harry lebih tinggi.
🌸
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Sarini Sadjam
medan Jawa nih..
2023-09-04
0
Melisa Author
promo novel sendiri tidak masalah kan??
2022-07-14
0
Irat Tok
jgn baperan donk fad
2022-04-14
0