Dia rebahkan tubuhku di atas tempat tidurku. Matanya itu nggak bisa lepas dari foto berpose manjaku.
"Aw ...." Rambutku tersangkut di kancing tangan jaket jeans nya. Reflek aku angkat kepalaku lagi, tapi dia justru membungkukkan tubuhnya. Bibirnya menyentuh pipiku. Tingkahku jadi nggak jelas karena salah tingkah. Aduh ... ni sakit banget! Rasanya rambutku seperti dicabut dari kepalaku. Aku lihat ekspresi bingungnya.
"Diamlah dulu! Jangan banyak bergerak!" Dia menekan kepalaku ke dadanya, tanpa menyakitiku dia melepas rambutku.
"Kamu jatuh dari motor Al?" Kak Dhina datang membawa kotak obat.
"Biar saya saja Tante." Dia menawarkan diri untuk mengobati lukaku.
"Tante?" Kak Dhina mengernyitkan dahinya.
"Anda bukan Ibunya?" Kak Dhina menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Aku Dhina, dia memanggilku Kakak." Kak Dhina sambil menunjuk ke arahku.
"Aku Fathir Kak ...." Dia mengulurkan tangannya, Kak Dhina menyambutnya. Dia lalu mengulurkan tangannya kepadaku
"Kalian belum saling kenal?" Kak Dhina heran. Fathir yang jawab dengan senyumannya. Dan aku gelengkan kepalaku.
"Alvi." Aku menyambut uluran tangannya.
"Alvi ...." Gumamnya.
Fathir beranjak duduk di pinggir tempat tidurku. Kak Dhina memutar kursi rodanya hendak keluar. Dia pasti ingin membuatkan sesuatu untuk tamunya.
"Kak, nggak usah kemana-mana, disini saja!" Fathir tarik kursi roda Kak Dhina.
"Mau ambil air saja, nggak pantes kalau tamu nggak disuguhin apa-apa." Kak Dhina bersikeras.
"Aku minta senyum itu aja" Fathir menunjuk fotoku. Alisku bergabung, omongannya mulai membuatku risih.
"Aku becanda Kak ...." Dia nyengir.
"Nggak lucu!" Ketusku.
Fathir pegang tangan kiriku. Genggamannya makin erat saat aku berusaha menarik tanganku. Fathir mulai mengobati luka di sikutku.
"Aduh ...." Tetesan Betadine terasa perih. Dengan lembut Fathir meniup lukaku.
"Masih terasa perih?" Penuh perhatian dia bertanya, aku gelengkan kepala. Aku baru kenal, tapi dia penuh perhatian. Fathir lanjutkan ke lututku. Setelah selesai ponselnya berdering, tapi dia biarkan ponselnya berdering.
"Kak, aku pamit dulu ya ...." Fathir berdiri dari tempat tidurku.
"Kamu yakin nggak mau minum teh dulu?" Sekali lagi Kak Dhina menawarkan minum. Fathir menggelengkan kepalanya.
"Makasih Kak ... Lain kali aku main kesini, pasti nggak nolak."
"Ngapain main kesini?" Tukasku.
"Alvi, hush!" Kak Dhina meletakkan telunjuknya di bibirnya sendiri.
"Makasih ya Fathir, sudah antar Alvi pulang ke rumah." Kak Dhina beranjak keluar kamar Alvi.
"Aku harap kita bisa ketemu lagi." Fathir membungkukkan badannya. Dia dekatkan wajahnya ke wajahku. Apa yang akan dia lakukan? Aku palingkan wajahku, agar bibirnya tak menyentuh pipiku lagi.
Ternyata, dia hanya menarik ikatan rambutku. Lalu dia lingkarkan di tangannya.
"Aku tunggu senyum itu." Dia menunjuk fotoku. Lalu menyusul kak Dhina keluar. Dasar nggak jelas!
####
"Doain aku ya Kak ... Moga ujian seleksi beasiswaku lancar." Aku ikatkan tali sepatuku.
"Bagaimana dengan lukamu? Kalau masih sakit jangan di paksa." Kak Dhina terlihat cemas.
"Udah nggak apa-apa kok Kak." Aku menyakinkan Kak Dhina.
' Tok tok tok tok'
"Assalamualaikum ...." Suara cowok. Aku buka pintunya.
"Leh, ngapain pagi-pagi sudah disini?" Fathir berdiri dengan senyum culun.
"Alvi, bukan begitu cara menyambut tamu. Jawab salamnya ...." Kak Dhina berteriak menegorku dari dalam kamarnya.
"Waalaikumsalam ... Ayo masuk!" Jawabku dengan malas. Lagi-lagi dia tersenyum. Aku jengah melihat senyumnya.
"Fathir sudah sarapan? Sarapan dulu yuk ...." Kak Dhina menyapanya. Aku masuk ke kamar, aku ambil tasku, dan dua roti isi.
"Makasih Kak, lain kali saja. Ayo Al, nanti kamu telat."
Aku berikan satu roti isi pada Fathir.
"Kak, Alvi berangkat dulu. Doain Alvi ya ...." Aku mencium tangan Kak Dhina. Kak Dhina cium keningku lalu kedua mataku, kedua pipiku dan terakhir bibirku. Itu kebiasaanku dan Kak Dhina sebagai ganti restu dan doa.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam ...." Aku pergi keluar.
Fathir berdiri menunggu di samping mobilnya. Jujur, pria berperawakan Arab ini terlihat perfect.
"Gimana keadaanmu?" Tanyanya sebelum masuk ke mobil.
"Alhamdulillah, lebih baik dari kemarin." Jawabku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🏁BLU⭕
Ya, Alhamdulillah 🙏🙏
HBD
🎂🎂🎂💜💜💜♋♋♋🦀🦀🦀
🎂🎂🎂♥️♥️♥️🎁🎁🎁🌷🌷🌷
HBD ♋♋♋💜💜💜🎁🎁🎁♥️♥️♥️
2022-06-22
0
Adinda
Oh no.....rambutku juga ingin tersangkut dibaju cowok yang gentleman bagitu 🤗🤗😂😂
2022-06-16
0
KIA Qirana
Jadi penasaran loh, gimana ya posenya itu 😂
Rh...aku juga mau kenalan, kox dicuekin ya. So sweet banget sih, pakai tiup-tiup segala
2022-05-20
3