Sebelum keberangkatan Shingen menuju aula pertemuan Rumah Harimau Bei.
"Kenshin sayang... oh... Kenshin sayang... kalau tidak tidur dicium ayah." ujar Kenshin yang sedang bermain bersama Ming Fengying yang masih berumur lima bulan itu.
"Apa aku harus seperti ini setiap hari?" batin Ming Fengying yang merasa geli dengan kumis tipis ayahnya yang sedang mencium pipinya hingga membuat badannya merasa geli. Ming Fengying tertawa ketika merasakan kumis tipis Shingen menyentuh pipinya.
Setelah terdiam Ming Fengying mungil menatap ayahnya yang sedang bermain dengannya, dengan tatapan yang menggemaskan justru membuat ayahnya menjadi lebih senang bermain dengannya. Namun tak lama ayahnya terdiam dan berbicara pada Ming Fengying, dia memberi tahu alasan mengapa mata anaknya yang selalu berwarna merah ketika malam hari, karena Ming Fengying adalah Jelmaan Dewa Bulan dan tak lama Shingen juga berbicara tentang ketakutan dirinya akan serangan Sekte Aliran Hitam maupun Rieyu. Shingen tidak ingin ketika Ming Fengying tumbuh dewasa, dirinya telah tiada karena serangan yang terus dilakukan Sekte Aliran Hitam pada wilayah Bei.
Mendengar curahan hati ayahnya yang sedang berbicara padanya, Ming Fengying terdiam sejenak dan ingin berbicara kepada ayahnya tetapi dia sedikit takut, karena dia takut hal itu justru membuatnya menjad bayi yang tidak normal seperti bayi pada umumnya.
"Aneh juga sih, jika ada bayi yang bisa berbicara?" batin Ming Fengying yang ingin berbicara kepada Shingen, tetapi dia juga ragu dan khawatir akan membuat ayahnya menjauhinya.
Karena dikehidupan sebelumnya dirinya selalu dikucilkan dan dijauhi orang, sehingga mental lemahnya membuat Ming Fengying minder. Walaupun keraguan mulai menyelimuti tubuh mungilnya, tetapi bagaimanapun dia sudah berjanji akan berusaha untuk menghentikan kekaucauan yang disebabkan oleh Sekte Aliran Hitam dan Rieyu agar dirinya tidak menyesal di kemudian hari.
"Ayah?" ucap Ming Fengying mungil, dia berbicara dengan tatapannya yang menggemaskan membuat Shingen terdiam selama beberapa saat. Shingen tersenyum lebar mendengar suara lucu Ming Fengying, bukannya takut justru Shingen menganggap Ming Fengying sebagai bayi ajaib. Dan, dia tertawa bangga karena bisa mendengar suara bayi kecil yang berbicara padanya kembali setelah lima bulan lamanya.
"Ada apa Kenshin? Ini ayahmu?" jawab Shingen tertawa dan tersenyum bangga sambil mengangkat tubuh Ming Fengying ke atas.
"Malam ini... berhati - hatilah dengan sesuatu yang ada di atas, karena mereka akan menerkam secara diam - diam ketika kalian lengah." balas Ming Fengying berpesan pada ayahnya Shingen, kemudian ketika dirinya melirik ke arah pintu kamar, di sana terlihat Ming Lian menatap Shingen penuh kekesalan bahkan wajahnya terlihat menakutkan, karena dia melihat Shingen mengangkat tubuh malaikat kecilnya ke atas bahkan memanggilnya dengan sebutan Kenshin.
"Sa - yang, anak kita masih kecil dan kamu mengangkat tubuhnya tinggi - tinggi, apa yang kamu pikirkan!" bentak Ming Lian menatap tajam Shingen dengan kedua tangannya yang memegang badannya.
"Eh? ... sayang anak kita tadi berbicara." jawab Shingen kegirangan, dia justru mengangkat tubuh mungil Ming Fengying lebih tinggi dari sebelumnya.
Ming Lian mengerutkan dahi karena Shingen tidak mendengarkan perkataannya.
"Tadi kamu bilang Ying'er dengan sebutan Kenshin, bukan?!" ucap Ming Lian tersenyum manis tetapi itu adalah senyuman sadis bagi orang yang telah mengenal dekat perempuan berwajah cantik dan keibuan tersebut.
"Eh? Tunggu... " jawab Shingen menelan ludah melihat Ming Lian yang menghampirinya.
"Sepertinya aku ingin keluar, tetapi apa ini kok rasanya hangat?" batin Ming Fengying yang sedang digendong Shingen.
"Jangan bilang... " hati Ming Fengying mungil merasa bahwa dirinya telah mengompol di celana kecilnya.
"Eh? Kok hangat... " gumam Shingen merasa di sekitar tangan dan bajunya terasa ada air terjun hangat yang mengalir, kemudian dia menatap Ming Fengying tajam. Setelah mereka berdua saling tatap selama beberapa detik, Ming Fengying menangis karena merasa malu.
"Lihat... Ying'er jadi menangiskan... cup cup cup ini bunda... mmmm..." Ming Lian mengambil Ming Fengying dari tangan Shingen, kemudian perempuan tersebut mengganti baju dan celana Ming Fengying yang basah, Ming Lian dengan penuh kasih sayang memandikan malaikat kecilnya tersebut dengan air hangat.
Setelah selesai mandi, Ming Lian menggendong tubuh mungil Ming Fengying dan hendak menidurkannya.
"Ying'er sayang... oh... Ying'er sayang... kalau tidak tidur dicium bunda... mmmm." nyanyian merdu Ming Lian yang sedang menggendong malaikat kecilnya yang berumur lima bulan itu terdengar di ruangan kamar yang megah di Istana Pinyin, Ming Fengying tertawa ketika ibunya mencium pipinya. Rambut panjang ibunya yang menyentuh tubuhnya membuatnya geli hingga dirinya tertawa terbahak - bahak. Ming Lian tidak menyadari hal tersebut dan menganggap malaikat kecilnya menyukai suaranya.
"Bagaimana aku menangis hanya karena mengompol dicelana, sungguh memalukan." batin Ming Fengying yang sedang di dandani ibunnya sendiri.
"Mmmm... Ying'er." gumam Ming Lian pelan dengan mudah dia menghentikan tangisan Ming Fengying mungil.
Shingen kemudian menatap mereka berdua sebentar sebelum mandi dan mengganti pakaiannya untuk segera bergegas pergi ke aula pertemuan Rumah Harimau Bei.
***
Kembali ke aula pertemuan di Rumah Harimau Bei yang diadakan Shingen bersama 22 samurai pengikutnya.
"Tap... Tap... Tap... Tap."
Suara langkah kaki di atap terdengar menuju keluar dan hendak melarikan diri keluar dari wilayah Bei.
"Tuan Shingen, berikan kami perintah tuan." ucap 22 samurai menatap Shingen dan meminta izin untuk mencabut katana mereka agar bisa membasmi mata - mata yang menyusup di wilayah Bei.
"Kuizinkan kalian membasmi mata - mata itu." jawab Shingen berdiri dari singgasana kecilnya, kemudian dia menyuruh 22 samurai pengikutnya untuk membasmi mata - mata yang menyusup di aula pertemuan Rumah Harimau Bei.
"Baik... kami akan segera menghabisi para penyusup itu dengan cepat." jawab 22 samurai pengikut Shingen dengan serentak, setelah mendapat izin dari Shingen agar mencabut katana mereka untuk menangkap dan menghabisi mata - mata yang menyusup di wialayah Bei. Mereka langsung berlari mengejar penyusup tersebut.
"Aku akan menghabisi penyusup ini dengan ganas!" ucap Toramasa dengan bangga dan melepaskan katana dari sarungnya.
"Sial! Aku tidak menyangka ada orang yang berhasil menyusup sampai ke tempat ini!" ujar Sanada merasa geram karena ada mata - mata yang berhasil menyusup ke tempat aula pertemuan.
22 samurai bergegas mengejar mata - mata yang menyusup ke aula pertemuan, ketika mereka semua sampai di depan halaman Rumah Harimau Bei. Di sana terdapat puluhan pendekar yang sedang bersembunyi di pohon mangga yang besar dan beberapa dari mereka baru saja keluar dari atap aula pertemuan.
"Apa - apaan ini?" ucap Sanada dengan waspada karena dia melihat aura yang di keluarkan puluhan pendekar kepada mereka.
"Bagaimana bisa mereka bisa bergerak bebas di Bei?" sahut Masakage mengerutkan dahinya, karena dia melihat reaksi pendekar yang menyusup tetap terlihat santai seperti sudah mengetahui struktur wilayah Bei.
Samurai yang lainnya sudah bertarung melawan pendekar, ada satu pendekar yang hendak melarikan diri dan beberapa pendekar yang lain melindungi untuk membuka jalan keluar.
"Aku akan memotong tubuhmu dengan ganas!" teriak Toramasa mengejar pendekar yang melarikan diri.
"Jangan biarkan satupun dari mereka melarikan diri dari Bei!" teriak Ichijo yang sedang bertarung melawan pendekar dihadapannya.
Toramasa berhasil mengejar pendekar yang hendak melarikan diri, tetapi pendekar itu melempar pisau kecil yang telah dilapisi racun di bilahnya dengan cepat melesat ke arah Toramasa.
"Tebasan Ganas - Ganas." Toramasa meneriakkan jurus katananya.
Toramasa tidak menghindari pisau kecil beracun dan membiarkan tubuhnya terkena pisau kecil beracun tersebut.
"Orang ini sudah gila!" ucap pendekar tingkat satu yang hendak melarikan diri, karena dia melihat Toramasa yang dengan percaya diri membiarkan badannya tertusuk pisau kecil milknya.
Tidak bisa menghindari tebasan Toramasa, nyawa pendekar tersebut melayang dalam sekejap ketika tubuhnya tertebas katana tajam Toramasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Pecinta Gondal Gandul
lanjutttt
2020-07-26
0
Pecinta Gondal Gandul
bayyiii
2020-07-18
0
Yana
njutttt
2020-06-21
0