Ketika Feng Huang merasa jika dirinya dipertemukan dengan kekasihnya yang bernama Harumi, dirinya merasa begitu bahagia namun semua itu hilang dalam sekejap. Ketika seluruh pandangan matanya menjadi gelap, tidak bisa melihat apa - apa dan tubuhnya merasakan rasa sakit yang luar biasa.
"A-Apa ini? Panas sekali! Tolong jangan menusukku lebih dari ini!" batin Feng Huang ketika merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, karena tertusuk puluhan senjata milik pendekar dari Sekte Aliran Hitam.
"Gara - gara jatuh dari langit dan ditusuk senjata tajam aku telah mati? Lelucon macam apa ini!" batin Feng Huang yang merasakan tubuhnya begitu sakit, bahkan rasa sakit ingin membuatnya berteriak dan menjerit. Namun suaranya tidak bisa keluar bahkan matanya tidak dapat melihat.
"Sakit! Dingin... " jeritan hati Feng Huang merasa bahwa dirinya akan segera mati.
"Apa aku... akan mati?" hati Feng Huang menahan rasa sakit walau sebagian dirinya merasa begitu lega dan di dalam pikirannya terlintas wajah kekasihnya yang sedang tersenyum padanya.
"Ha-Harumin... tunggu, aku akan segera menyusulmu!" hati Feng Huang tersenyum lega ketika memikirkan kekasihnya itu.
"Tak kusangka... aku akan mati dalam keadaan masih perjaka. Kalau aku diberikan kesempatan kedua dan bereinkarnasi, aku akan menikah dengan wanita yang kucintai!" batin Feng Huang mengingat kehidupan yang ia jalani selama seratus dua puluh dua tahun itu.
"Aku sudah menjadi tua bangka tetapi masih perjaka, menghabiskan waktu menyendiri di hutan, ah sial! Benar - benar kehidupan yang menyedihkan!" jerit hati Feng Huang mengingat kembali ketika dirinya ditinggal kekasihnya, ia hanya menghabiskan waktu di Hutan Kumalawyuha selama puluhan tahun.
"Hidup bersama hewan dan menghabiskan waktu untuk galau merenung bertahun - tahun... dasar perjaka tua bangka!" Feng Huang mengumpat dirinya sendiri dalam hati.
"Setidaknya aku telah lepas dari beban yang menyakitkan dan beristirahat dengan tenang, walau aku mati dengan cara yang mengenaskan!" Feng Huang menikmati pandangan matanya yang gelap dan memasrahkan dirinya.
Feng Huang mengingat ketika dirinya terbang dan tersambar petir, kemudian dirinya terhempas jatuh ke bawah dan tertusuk puluhan senjata tajam yang digunakan oleh pendekar dari Sekte Aliran Hitam.
Ketika hati Feng Huang terasa begitu tenang, perlahan rasa sakit di sekujur tubuhnya juga menghilang. Menandakan bahwa dirinya telah mati dan sedang berada di alam baka.
"Aku tidak bisa melihat apapun!" batin Feng Huang ketika mencoba membuka matanya namun tidak dapat melihat.
"Merah? Air? Ini dimana?" sejumlah pertanyaan muncul didalam benak Feng Huang ketika melihat cahaya berwarna merah darah.
"Sepertinya beberapa saat yang lalu aku bermimpi bertemu dengan Harumi, itu adalah mimpi terindah di sepanjang hidupku." batin Feng Huang mengingat ketika dirinya bertemu dengan Harumi kekasihnya.
"Benar juga, aku ditusuk puluhan pedang!" Feng Huang mengingat kematiannya di Taman Kematian ketika dikepung ribuan pendekar Sekte Aliran Hitam.
"Baiklah, aku mulai mengingatnya! Berpikir tenang, bukan waktunya untuk panik!" penuh percaya diri Feng Huang terus mencoba mengingat kejadian sebelum dirinya mati.
"Orang keren dan gagah sepertiku tidak boleh panik! Aku pernah panik ketika tersambar petir dan mati tertusuk pedang para sialan itu, cukup hanya itu saja!" Feng Huang tersenyum tipis mengingat cara kematiannya yang menurutnya sangat konyol.
"Hmm, kesampingkan dulu masalah itu, lalu coba rasakan tubuhku?!" Feng Huang mencoba menggerakkan tubuhnya namun dirinya merasa ada yang aneh.
"Sudah tidak sakit lagi ... tidak dingin dan mataku tidak bisa kubuka!" pikir Feng Huang masih terus mencoba untuk mencerna kondisi yang dialaminya itu.
"Kepala ... tangan ... kaki? Aku merasa bahwa tubuhku mengecil apa - apaan ini?!" batin Feng Huang ketika membayangkan bentuk bagian tubuhnya, namun yang muncul didalam pikirannya tubuhnya terlihat begitu kecil dan mungil.
"Oh, aku bergerak ada sesuatu yang mendorongku, aku bisa merasakan sensasinya!" batin Feng Huang ketika merasakan bahwa tubuhnya mengejang.
"Itu? Apa itu Darah? Itu artinya aku masih hidup?!" Feng Huang melihat darah dalam pandangan matanya.
"Ini apa? Rumput atau agar - agar?" sejumlah pertanyaan muncul di benak Feng Huang, karena dia merasakan sensasi bahwa ada sesuatu yang menyentuh tubuhnya.
"Mulutku tidak bisa kubuka? Bagaimana dengan suaraku?" pikir Feng Huang mencoba untuk berbicara, berteriak apapun itu namun suaranya tidak dapat keluar dari mulutnya.
"Suaraku tidak bisa keluar?" batin Feng Huang yang merasa bahwa ada yang menahan pita suaranya.
"Ah ... sensasi apa ini? Aku bisa merasakannya diseluruh tubuhku!" Feng Huang merasakan bahwa ada sesuatu yang menyentuh tubuhnya.
"Eh ... apa yang terjadi padaku? Bukannya ini aneh? Seingatku jika manusia membuka matanya, maka akan terlihat cerah tetapi dari tadi aku mencoba membuka mata hanya warna merah yang terus kulihat!" hati Feng Huang merasa khawatir jika dirinya bereinkarnasi bukan menjadi manusia.
Tiba - tiba pandangan matanya melihat cahaya berwarna putih susu yang sangat silau dan begitu terang. Feng Huang merasa bahwa dirinya bereinkarnasi menjadi susu tetapi dugaannya salah ketika melihat cahaya dihadapannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" benak Feng Huang kini dia sudah bisa melihat bagian tubuhnya.
"Sepertinya tanganku menjadi mungil." hati Feng Huang melihat tangan mungil entah milik siapa tetapi entah mengapa Feng Huang merasa bahwa itu adalah tangannya.
"Lalu bagian kepala ... kaki ... begitu rupanya. Kenapa aku bisa jadi begini?" Feng Huang menebak bahwa dirinya kembali terlahir menjadi bayi manusia yang mungil.
"Padahal aku sudah mempunyai tubuh yang keren dan bagus dengan wajah yang tampan... eh itu dulu!" canda Feng Huang ingin tertawa melihat kedua tangan mungilnya itu.
"Sekarang aku menjadi kecil dan mungil." batin Feng Huang yang sekarang dirinya merasa begitu yakin bahwa dirinya terlahir kembali dan bereinkarnasi menjadi bayi.
"Tetapi, ini memang bayi, 'kan?"
"Sepertinya... setelah aku mati, aku bereinkarnasi... menjadi bayi."
Feng Huang merenung selama beberapa saat kemudian dirinya merasa bahwa tubuhnya masih berada didalam kandungan ibunya.
Lalu, setelah lama merenung Feng Huang mencoba untuk memaksa keluar. Dan, tak lama dirinya merasakan bahwa ibunya juga mengejang sekuat tenaga untuk melahirkannya.
Akhirnya Feng Huang bisa menerima situasi yang dirinya hadapi, ketika melihat tabib perempuan memegang tubuh mungilnya dan tak lama Feng Huang mungil menangis.
Setelah menangis selama beberapa saat, tabib perempuan yang sedang memegang tubuhnya dengan lembut memberikan tubuh mungilnya kepada seorang lelaki berwajah tampan, dimatanya terlihat bekas luka hingga terlihat jelas bahwa pria itu telah kehilangan salah satu matanya yaitu mata kirinya.
"Selamat datang anakku!" ucap lelaki tersebut pada Feng Huang kecil dan mungil.
Terlihat raut wajah bahagia terpancar dari lelaki tersebut, mendengar perkataan lelaki yang tak lain adalah ayahnya sendiri, Feng Huang mungil berhenti menangis dan menatap lelaki itu dengan tatapan mata yang menggemaskan.
"Ayah... Apakah kamu ayahku?" tanya Bayi mungil berbicara yang membuat kedua orang tuanya dan beberapa tabib yang membantu proses persalinan terkejut dan beberapa dari mereka tersedak, karena mereka mendengar bayi mungil yang terlihat lucu dan menggemaskan dapat berbicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Pecinta Gondal Gandul
mantap
2020-07-11
0
Pecinta Gondal Gandul
ngakak online
2020-07-07
0
Maratawa Tawa
terkejut sampai ke ubun ubun
2020-06-25
2