Hana dan Hani adalah dua gadis kembar, yang ditakdirkan berbeda dari segi penampilan dan karakter.
"Mih aku berangkat ke kantor dulu yah," ucap Hana usai sarapan di meja makan.
"Hani, kamu ga berangkat ke bengkel?," tanya Mamih yang melihat Hani masih terus makan.
"Nyatai aja kali Mih, Hani kan kerjanya di bengkel," ucap Hani cuek.
"Yahudah, kamu terusin makannya yah, Mamih mau nyiram taneman dulu di depan" ucap Mamih.
"Siap Mih," ucap Hani sembari menenggak segelas susu putihnya.
"Aduh...pusing aku ngadepin Hani, yang penampilannya kucel beda banget sama kakaknya, yang selalu wangi dan cantik," gerutu Mamih sembari menyiram tanaman di depan.
"Pagi tante, Haninya ada?," ucap seseorang yang turun dari motornya.
"Pagi juga nak, oh Hani ada tuh di dalem...masuk aja kalo gitu," sapa Mamih hangat.
"Woi Ni, makan aja loe kerjaannya...dicariin bos tuh di bengkel" ucap Raka
"Ye...sirik aja loe, gw makan juga biar kuat di bengkel sampe malem tau," ucap Hani.
"Yahudah, berangkat yuk udah siang nih," ajak Raka.
"Bentar gw keluarin motor pespa gw dulu yah," ucap Hani.
"Oke gw tunggu di depan rumah loe" teriak Raka.
Mereka pun berangkat menuju bengkel, tempat mereka bekerja setiap harinya.
Sementara Hana sibuk meeting dengan client, karena ia bekerja sebagai sekertaris direktur di kantor perusahaan iklan.
"Cape juga yah kerja di kantor, dulu gw pikir kerja di sini enak...taunya sama aja" keluh Hana sembari membenahi riasan di wajahnya.
"Bu Hana, nanti siang kita ada meeting di restoran, untuk iklan produk minuman ringan" ucap David, direktur perusahaan saat ditelepon.
"Baik pak, saya akan mempersiapkan berkas-berkas untuk iklan tersebut" ucap Hana sembari menutup teleponya.
"Baru diomongin udah meeting lagi, kapan gw bisa liburannya kalo gitu mah," keluh Hana lagi.
Hani sedang memodifikasi motor harly supaya lebih ramping dan tidak berat.
"Ni, makan yuk ke warung padang," ajak Raka.
"loe duluan aja deh, ntar gw nyusul tanggung nih soalnya," ucap Hani.
"Yahudah deh, gw bungkus aja nasi padangnya biar makan sama loe di sini," sambung Raka lagi.
"Terserah loe aja dah, gw ngikut aja," ucap Hani cuek.
Raka pun pergi menuju warung padang, untuk membeli dua bungkus nasi padang.
Malam menunjukkan pukul 22.00 wib, Hana baru sampai di rumah.
"Eh anak Mamih baru pulang," ucap Mamih sembari masuk ke dalam kamar anak sulungnya.
"Iya nih Mih, cape banget hari ini..." keluh Hana pada Mamih.
"Baru segitu aja udah ngeluh," sambung Hani yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
"Ye...nyamber aja loe kayak bajai, loe sih enak Ni kerja di bengkel paling sampe abis magrib doang, nah gw...bisa sampe jam dua belas tau ga," ucap Hana panjang lebar.
"Oh...ceritanya ada yang curcol nih sama gw," Sindir Hani yang tak bisa menahan tawanya.
"Tuh Mih, Hani ngeledek aku terus bt deh," keluh Hana dengan wajah yang iba.
"Udah jangan pada berantem terus, pusing nih Mamih jadinya...mau belain siapa," ucap Mamih.
"Yahudah deh kalo gitu, gw mau bocan dulu kakakku sayang," ucap Hani sembari pergi ke kamarnya.
"Mendingan kamu istirahat yah nak, besok kan kamu ke kantor lagi," ucap Mamih sembari meninggalkan Hana di kamarnya.
Pagi buta Hana diam-diam masuk ke dalam kamar adiknya Hani, mengambil seragam montir Hani dan meninggalkan sepucuk surat di meja.
"Sorry yah Ni, untuk kali ini...aja gw minta tolong sama loe," bisik Hana pelan dan menutup kembali kamar Hani.
"Mih aku berangkat dulu yah," ucap Hana yang mengenakan baju montir milik Hani.
"Tumben kamu Ni, biasanya berangkat siang...terus kamu hari ini wangi banget, biasanya kan bau karena jarang mandi," ucap Mamih panjang lebar.
"Gapapa dong Mih, sekali-kali berangkat lebih awal dan sering mandi," ucap Hana.
"Terus kok dari tadi, Mamih ga liat kakak kamu yah...biasanya kan dia yang selalu pamit duluan," ucap Mamih heran.
"Kecapen kali Mih, semalem kan dia lembur kerjanya," ucap Hana.
"Bisa jadi sih, yahudah kamu berangkat gih," ucap Mamih pada Hana.
"Oke Mih," ucap Hana sembari keluar dari rumah dan mengedarai vespa milik Hani.
Waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, Hani terbangun dengan suara ponsel milik Hana.
"Halo, siapa sih ganggu orang lagi tidur aja," ucap Hani ketus.
"Enak banget yah, kamu bila ganggu tidur...jam berapa ini bu Hana, sekarang kita ada meeting," ucap David sedikit membentak.
"Hana, ini Hani bukan Hana...salah orang loe," ucap Hani yang emosi.
"Jelas-jelas ini nomor ponsel bu Hana, pokoknya saya tidak terima alasan apapun...yang penting sekarang kamu datang ke kantor sekarang juga," teriak David sembari menutup teleponya.
"Ih...ada surat nih" ucap Hani melihat kertas di meja.
"Ya ampun Hana...loe tuh yah nyusain gw aja sih, pake tukeran tempat kerja," gerutu Hani.
Ia pun bergegas menuju kamar mandi, dengan terpaksa ia mandi hari ini.
"Aduh...ga betah banget pake baju si Hana, serba mini tau ga...kurang bahan," keluh Hani.
Sesampainya di kantor Hani pun, langsung menuju resepsionis.
"Maaf mbak, ruang meeting ada di lantai berapa yah?," tanya Hani.
"Oh ruang meetingnya ada di lantai tiga bu," jawab resepsionis itu.
"Makasih yah," ucap Hani seraya pergi menuju lift yang mengarah ke lantai tiga.
Suara ponselnya berbunyi lagi, ia pun mengangkatnya.
"Iya pak, ada apa?" tanya Hani.
"Pake nanya lagi kamu, sekarang kamu di mana?," ucap David ketus.
"Saya lagi di lift pak, mau menuju ruang meeting," jawab Hani kemudian.
"Yahsudah, saya tunggu kamu di ruang meeting," ucap David yang langsung menutup teleponnya.
"Galak banget sih, bosnya si Hana...apes tau ga jadi loe Hana!!!," teriak Hani yang seorang diri di lift.
Meeting pun berjalan dengan lancar, Hani mampu mengatasi masalah promo iklan yang diminta client.
"Saya tanya kenapa kamu bisa telat? Biasanya kan kamu on time kalo ke kantor," ucap David.
"Maaf pak, badan saya kurang fit hari ini...jadi bangun kesiangan deh," ucap Hani berbohong.
"Yahsudah, nanti jam istirahat kamu boleh ke rumah sakit atau apotik terdekat," ucap David.
"Wih...baik bener nih cowok, ditelepon doang galaknya minta ampun, tapi pas ketemu care juga sama bawahannya," gumam Hani dalam hati.
"Iya pak makasih atas pengertiannya," ucap Hani sembari kembali ke ruangannya.
Sementara Hana kesulitan di bengkel, tapi ada Raka yang membantunya untuk memberbaiki semua kendaraan yang masuk ke bengkel.
"Halo Ni, gimana kerja pertama loe di kantor?," tanya Hana saat teleponnya tersambung dengan Hani.
"Gila loe Na, bos loe galaknya setengah mati tau ga...tapi untungnya gw bisa presentasiin data yang loe kasih ke gw," ucap Hani panjang lebar.
"Hahahahaha lucu juga yah loe, kalo gw sih pertamanya bingung banget...secara gw ga pernah megang mesin-mesin kendaraan Ni, hokinya ada si Raka yang mau bantuin gw," ucap Hana antusias.
"Yahudah deh, gw mau balik kerja lagi nih," ucap Hani.
"Oke deh, sampe ketemu di rumah yah," ucap Hana sembari menutup teleponnya.
"Perasaan gw kok, si Hani beda banget yah hari ini, dateng pagi terus pake dandan segala lagi" gumam Raka sembari memperhatikan Hana.
"Ka, kenapa loe ngeliatin gw kayak gitu?," tanya Hana yang sadar dirinya sedang diperhatikan.
"Ga ada apa-apa kok, Cuma hari ini loe beda aja dari yang biasanya...wangi terus loe dateng on time ke bengkel, biasanya kan harus gw samperin dulu ke rumah, baru loe berangkat," ucap Raka terus terang.
"Iya boleh dong, gw ngerubah kebiasaan buruk jadi kebiasaan yang baik," ucap Hana.
"Terserah loe aja deh, kalo itu buat loe nyaman yah lakuin aja," ucap Raka.
Sementara Hani, makan siang di kafe bersama atasnya. "Pak, kenapa harus di kafe sih makan siangnya, kenapa ga di warung padang ato warteg gitu," ucap Hani panjang lebar.
"Kamu kalo bicara bisa disaring dulu ga? Jangan asal bunyi, kita di sini kan mau ketemu client...masa makan di tempat ga higenis seperti itu," ucap David ketus.
"Siapa bilang ga higenis, orang saya sering makan di situ kok, ga bikin sakit perut," sambung Hani.
"Sejak kapan bu Hana mau makan di tempat seperti itu? Selama saya kenal sama kamu, belum pernah saya liat kamu makan di tempat yang kamu bilang tadi," ucap David kemudian.
"Yah...sejak dulu pak, Cuma Bapaknya aja yang ga tau, masa saya mesti ngomong-ngomong dulu sama pak David mau makan di tempat itu," ucap Hani membela diri.
Sepuluh menit berlalu client pun datang, mereka memulai meeting sembari makan siang di kafe.
Hana sudah terlelap tidur di kamarnya, pada pukul 22.00 wib. "Kok hari ini aku ngerasa ada yang beda yah, sama kedua putriku" gumam Mamih pelan sembari melihat Hana tidur di kamar.
Hani masih menunggu taksi di depan kantor, saat waktu sudah larut malam. "Duh...susah banget sih nyari taksi, kalo gw pake celana sih mendingan naek ojek," gerutu Hani pelan sembari melepaskan high heelnya.
Suara klakson mobil terdengar dari belakang, Hani pun menoleh ke sumber suara. "Kamu belum pulang Hana?," tanya David sembari membuka kaca mobilnya.
"Belum pak, ini lagi nunggu taksi dari tadi lama banget," ucap Hani sembari memakai high heelnya kembali.
"Yahsudah, gimana kalo saya antar kamu pulang," ajak David.
"Makasih pak, tapi ga usah ntar ngerepotin Bapak lagi," tolak Hani pelan.
"Udah kamu masuk, ini udah malem loh ga baik wanita masih di luar kayak gini," Ucap David sedikit memaksa.
"Iya deh pak, saya masuk makasih sebelumnya yah," ucap Hani sembari masuk ke dalam mobil.
Hani pun diantar oleh David sampai ke rumahnya, namun tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari keduanya selama di perjalanan.
"Thanks yah pak, sampe ketemu besok di kantor," ucap Hani sembari melambaikan tangannya.
"Iya sama-sama, saya minta besok kamu on time ke kantor," ucap David dengan muka datar.
"Iya pak, saya akan berusaha untuk datang ke kantor lebih awal," sambung Hani.
Hana pun nyaman dengan posisinya sebagai montir, ia pun meminta Hani untuk bertukar tempat lagi dengannya.
"Ni, gimana kalo kita tukeran tempat lagi," usul Hana bersemangat.
"Ogah ah, gw males pake rok kurang bahan ke kantor loe, sama satu lagi tuh ngadepin bos loe yang flat banget mukanya," ucap Hani panjang lebar.
"Ga harus pake rok pendek terus kali Ni, bisa pake celana bahan juga," ucap Hana membujuk.
"Jangan-jangan loe naksir si Raka yah, temen kerja gw itu," ucap Hani curiga.
"Ga kok, masa baru kenal udah naksir sih," ucap Hana salah tingkah.
"Terus buat apa diterusin masalah tukeran tempat ini?," tanya Hani perlahan.
"Iya deh gw ngaku, gw suka sama Raka," jawab Hana jujur.
"Tuh kan bener dugaan gw, pake acara ngeles lagi loe sama gw," ucap Hani sembari tertawa.
"Tapi bukan itu doang alesannya Ni, kalo kerja di bengkel enak ga nyampe larut malem pulangnya...makanya gw seneng kerja di situ," ucap Hana panjang lebar.
"Oke hari ini, gw kasih loe kesempatan buat ke bengkel lagi, tapi inget ini terakhir kalinya yah," ucap Hani tegas.
"Makasih adikku sayang, loe emang paling ngertiin gw deh," ucap Hana sembari memeluk adik kembarnya itu.
"Udah ah, kayak anak kecil aja maen peluk-pelukkan," ucap Hani saraya melepaskan pelukkannya.
"Eh btw semalem loe pulang jam berapa?," tanya Hana penasaran.
"Gw pulang jam satu malem, itu pun dianterin sama bos loe itu," jawab Hani cuek.
"Apa...semumur hidup selama gw kerja sama dia, belum pernah loh gw diajak pulang bareng," ucap Hana histeris.
"Serius loe? Masa ga pernah dianter pulang sih?," ucap Hani yang tak percaya.
"Seriusan Ni, jangan-jangan bos gw ada feeling lagi sama loe," ucap Hana spontan.
"Yah ga mungkin lah, mukanya aja flat kayak gitu," sambung Hani.
Esok hari Hani bangun pagi, untuk yang pertama kali dalam hidupnya, dan mandi pagi yang jarang dilakukannya.
Sementara Hana hanya merubah penampilannya lebih sederhana tidak seperti biasanya, yang harus pake makeup dan stelan baju seksi sebagai sekertaris.
"Eh tumben, dua anak gadis Mamih udah pada mandi dan wangi," sapa Mamih yang melihat kedua putri sudah ada di meja makan.
"Iya dong Mih, kita kan kembar jadi harus kompak," ucap Hana sembari tersenyum.
"Tapi kok, Mamih ngerasa akhir-akhir ini kalian tuh beda loh," ucap Mamih heran.
"Ah itu mah perasaan Mamih aja kali, orang kita biasa-biasa aja kok," ucap Hani.
"Bisa jadi sih, udah sekarang kalian sarapan dulu, ini Mamih udah buatin," ucap Mamih pada dua putri kembarnya.
Raka pun makin dekat dengan Hana setiap harinya.
"Ni, ntar malem nonton yuk," ajak Raka.
"Boleh, jam berapa?," tanya Hana.
"Jam tujuh deh, nanti gw ke rumah loe," jawab Raka singkat.
"Oke, gw tunggu yah di rumah," ucap Hana sembari tersenyum.
Keduanya pun melanjutkan kembali, pekerjaan mereka yang menumpuk di bengkel.
Hani sedang sibuk di ruangannya, tiba-tiba David menghampirinya. "Kamu nanti malem ada acara ga?" tanya David perlahan.
"Kebetulan saya di rumah pak, ada apa yah?," tanya Hani.
"Bisa ga kamu temenin saya, ketemu sama orangtua saya?," tanya David kembali.
"Bapak ini aneh yah, masa ketemu orangtua sendiri minta ditemenin segala," ucap Hani yang tertawa.
"Saya mau kenalin kamu sama mereka," sambung David dengan serius.
"Buat apa?" tanya Hani bingung.
"Buat jadi calon istri saya," jawab David.
"Bapak bercanda kan, ga serius?," ucap Hani tegang.
"Saya sangat serius Hana," ucap David.
"Tapi kan diantara kita ga ada hubungan apa-apa pak," ucap Hana lagi.
"Memang diantara kita ga ada hubungan spesial, tapi feeling saya mengatakan kamu adalah, orang yang tepat buat saya," ucap David sembari meninggalkan Hani sendiri.
"Aduh...gimana ini? Kacau deh kalo sampe dia tau gw bukan Hana," gumam Hani dalam hati.
Film pun telah usai ditonton oleh Raka dan Hana, mereka pun menuju salah satu tempat makan di mall.
"Ni, sebenernya gw ngajak loe ke sini bukan Cuma buat nonton, tapi ada suatu hal yang mesti gw sampein sama loe," ucap Raka panjang lebar.
"Emang loe mau nyampein apa sama gw?," tanya Hana penasaran.
"Loe mau ga, jadi...cewek gw?," ucap Raka gugup.
"Gw mau kok jadi cewek loe, tapi gw mau ngomong jujur sama, sebenernya gw...bukan Hani, gw Hana saudari kembar Hani," ucap Hana panjang lebar.
"Jadi loe bukan Hani, pantes aja akhir-akhir ini loe berubah banget, tapi gw ga perduli mau loe Hana kek atau siapapun yang jelas, gw suka dan sayang sama loe," ucap Raka kemudian.
"Jadi loe ga marah sama gw? Gw minta maaf yah, udah boongin loe selama ini," ucap Hana bersemangat.
"Gw ngerti kok, pasti semua itu ada alasannya, makasih yah loe udah mau jadi cewek gw," ucap Raka sembari menggenggam tangan Hana.
"Iya sama-sama Ka, gw juga seneng kok bisa jadi pacar loe," ucap Hana.
Hani dan David tiba di rumah orangtua David, Hani pun tak tau harus berbuat apa untuk melarikan diri.
"Pak sebelum kita masuk, saya mau ngomong jujur sama Bapak, sebenernya saya tuh bukan Hana tapi saya Hani adik kembar Hana," ucap Hani sembari menunduk.
"Sebenernya juga saya udah tau kamu itu bukan Hana, Cuma saya nunggu kamu jujur sama saya," ucap David yang menampakkan senyumannya.
"Kok bapak ga pernah cerita sih sama saya, kan cape tau pura-pura jadi orang lain," keluh Hani.
"Yahudah meding sekarang kita masuk, udah ditungguin sama Papah dan Mamah," ajak David.
"Malem Om, Tante," sapa Hani pada orangtua David.
"Malem juga Hani cantik," ucap kedua orangtua David bersamaan.
"Pah, Mah, ini Hani yang mau aku kenalin sabagai calon istri aku," ucap David mantap.
"Kamu ga salah pilih nak, kami suka sama nak Hani ini," ucap Mamah.
"Tapi Om sama Tante, ga keberatan punya calon mantu, yang kerjanya di bengkel?" tanya Hani perlahan.
"Sama sekali ga keberatan kok Hani, yang penting anak Om bahagia sama kamu," ucap Papah.
"Ni, kamu mau ga jadi pendamping hidup aku?," tanya David dengan tatapan tajam seraya menyodorkan cicin pada Hani.
"Aku mau kok jadi, pendamping hidup kamu...walaupun muka kamu tuh flat tapi aku suka kok, sejak pertama kita ketemu," ucap Hani panjang lebar.
"Kalian so sweet banget sih...jadi inget masa muda kita yah," ucap orangtua David.
"Tapi kita nikahnya abis Hana nikah sama Raka yah, soalnya aku ga enak sama kakak kembarku," ucap Hani terus terang.
"Oke komandan, laksanakan," ucap David lantang.
"Jadi kalian itu saudara, kembar tapi beda yah nak," ucap Mamah.
"Iya Tante, tapi walaupun kita beda...kita malah sering akur Tante," ucap Hani.
Saudari kembar itu dan pasangan mereka masing-masing, lebur ke dalam kebahagian yang tak pernah mereka bayangkan seumur hidup mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments