" Dari mana kau mendapatkan benda ini?" dengan cepat Richard merampas benda itu, dan menatapnya dengan intens.
Pikirannya kembali ke masa-masa kecil saat ia memberi benda miliknya itu kepada gadis kecilnya, gadis kecil yang membuat hari-harinya penuh warna.
Membuat para sahabatnya menatapnya penuh curiga, " Sepertinya kau kenal dengan benda ini?" tanya Bryan mengkerutkan dahinya.
Richard masih terdiam menatap benda tersebut, " Kurasa begitu."
Kyle nampak tersenyum simpul tapi tidak ada yang menyadarinya, karena Klye sudah sangat mengenal bagaimana seorang Richard yang sebenarnya sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
...----------------...
Keesokan harinya Richard berusaha mencari Zoey, gadis yang kemarin menabraknya itu tapi hingga menjelang siang hari. gadis itu tidak juga muncul batang hidungnya.
Membuat Richard sedikit frustasi, lalu kembali berjalan ke arah kantin kampus dimana para sahabatnya berada.
" Kau sedang mencari siapa? Sedari tadi aku perhatikan kau mondar-mandir tak jelas."
Celetuk Andrew menatap ke arah Richard yang baru saja duduk di sampingnya.
" Dia sedang falling in love," sahut Kyle asal.
Membuat Bryan dan Lucas seketika tersedak makanannya.
" Serius kau sedang jatuh cinta? Dengan gadis yang kau ajak ke toilet kemarin?" tebak Lucas memastikannya.
Bryan langsung mengerti dan teringat soal kejadian kemarin, " Bukankah dia telah meninggalkan nomor ponselnya padamu."
Richard langsung menoleh ke arah Bryan dengan tatapan cengo, kenapa ia tidak kepikiran soal itu? Pikirnya sambil menepuk keningnya pelan, membuat Bryan terkekeh.
Richard langsung mencari kontak seseorang lalu mendialnya, kemudian menempelkan ponselnya ke telinga kirinya.
Setelah selesai menghubungi seseorang raut wajah Richard kini langsung berubah lesu menjadi orang yang seperti kehilangan harta berharganya.
" Bagaimana? Kenapa wajahmu jadi kusut begitu, seperti pakaian yang sudah seminggu tidak di cuci saja." celetuk Lucas membuat yang lain ikut menatap Richard bersamaan.
" Celanaku kemarin baru saja di cuci dan kertas itu masih ada di dalamnya, dan sudah tidak berbentuk lagi." lirihnya menatap kosong ke atas meja.
Membuat tawa Kyle seketika meledak, yang lainnya hanya tersenyum tipis.
" Kalian para sahabat laknat, bisa-bisanya malah menertawakanku." gerutu Richard akan beranjak dari duduknya.
Tetapi dari kejauhan nampak seseorang sedang berjalan ke arah mereka, dan tentu saja sangat familiar bagi mereka semua.
" Kenapa dia tiba-tiba ada di sini?" bisik Richard sambil mencondongkan wajahnya ke para sahabatnya itu.
Mereka semua justru menghendikkan bahunya saja, menatap sekilas ke arah gadis yang tengah mendekati meja mereka.
" Rich, sedari tadi aku terus menghubungimu, kenapa nomormu susah sekali di hubungi." sarkas gadis yang bernama Leandra.
" Kenapa kau bisa datang kesini? bukankah sudah ku bilang_
" Dia datang bersamaku, sekalian kita pulang bareng, Mama 'kan sudah ngundang Lea untuk datang ke rumah nanti sore." potong Valeria adik Richard.
" Tapi_
" Kenapa? Kakak mau protes! aku bilangin Mama lho." sela Val denfan cepat.
Richard hanya bisa mendengus kasar, kalau sudah menyangkut soal urusan Mama dan Adik satunya ini ia hanya bisa pasrah demi mengindari deretan panjang yang biasa keluar dari mulut dua wanita yang ia sayangi ini.
...----------------...
Sesampainya di rumah, Richard langsung masuk begitu saja ke dalam tanpa berkata sepatah katapun pada gadis yang sudah lama dekat dengannya itu.
" Rich," panggil Lea tapi Richard nampak tak mendengarkan pangillan itu dan langsung melipir ke kamarnya.
" Sudah biarkan saja Kak, ayo masuk, Aku mandi dulu yaa, sudah gerah dari tadi." pamit Val yang berjalan ke arah tangga menuju ke lantai atas.
" Lea kau sudah datang? ayo sini masuk sayang."
Wilona Mama dari kakak beradik itu langsung menyambut Lea dengan senyum yang cerah secarah hatinya.
Lea adalah anak dari sahabatnya yang biasa berkumpul bila ada acara Ibu-Ibu sosialita.
Lea langsung memberi pelukan hangat dan juga mencium kedua pipi wanita dari Mama pria yang sudah lama ia sukai itu.
" Bagaimana kabar Mom dan Dad?" tanya Wilona mengajak Lea duduk di sofa ruang keluarga.
" Sehat semua Aunty, kenapa Aunty minta Lea datang kesini?"
Wilona nampak tersenyum sebelum menjawab. " Hanya ingin mengajakmu makan malam saja, bagaimana apa Rich sudah mengatakan perasaannya padamu?" todongnya.
Lea menggeleng lemah sambil menatap lantai atas dimana kamar Richard dan Val berada.
" Entahlah Aunt, sepertinya Lea bukan tipe Richard, dia selalu menghindari Lea." lirihnya tak bersemangat.
Sementara Val sang adik yang pamit pergi ke kamar hingga sekarang tak kunjung turun ke bawah, dan meninggalkan temannya itu dengan Mamanya.
" Kamu tenang saja, nanti Aunty bantuin, karena Aunty sangat senang jika kamu menjadi istri Richard nantinya." ujarnya membuat Lea tersenyum kembali.
Sementara Richard di dalam kamarnya berusaha mencari kenang-kenangan masa kecilnya dulu, siapa tahu ada sesuatu yang membuat dirinya ingat kembali.
" Sepertinya aku menyimannya disini, tapi kenapa tidak ada?!" gumamnya pada diri sendiri.
Ia sudah mencarinya di dalam lemari pakiannya, bahkan di atas kabinet-kabinet gantungnya, namun tak juga menemukan benda yang sedang ia cari.
Di saat dirinya sudah letih dan pasrah, ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang empuknya, kedua tangannya ia rentangkan sambil menatap ke langit-langit kamarnya.
Tiba-tiba indra penglihatannya menangkap benda kotak kecil berwarna hitam terselip di atas lemari pakaiannya miliknya.
Dengan cepat ia mengambil kotak tersebut sambil tersenyum, senyumnya makin merekah saat melihat isi dalamnya.
Tak lama pintu kamarnya di ketuk dari luar, membuatnya beranjak sambil berjalan untuk membukanya.
" Kak makan malam." seru Val dengan cepat.
Setelah berucap Val langsung melipir begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Kakaknya itu.
Richard kemudian ikut menyusul Val turun menuju ke ruang makan, dan langsung mengisi piringnya senyumnya bahkan masih menghiasi wajah tampannya itu.
Membuat yang lainnya menatap heran ke arahnya, apa lagi gadis yang sedari tadi menunggunya di bawah ikut tersenyum, apalagi melihat makanan yang ia masak di makan lahap oleh pria itu.
Richard tidak sadar di tatap oleh semua orang, apalagi ia mengira bahwa Lea sudah pulang sedari tadi.
Val langsung menyenggol lengan Kakaknya hingga makanan yang akan masuk ke dalam mulutnya itu jatuh di atas piringnya kembali.
" Val!!" bentaknya.
" Kenapa? Kakak tahu tidak, seperti anak SMA yang sedang kasmaran senyum-senyum gak jelas sedari tadi." cibir Val mengolok Kakaknya sendiri.
" Iya kau kenapa Rich? seperti habis memenangkan pertandingan saja, anggota basketmu masuk ke dalam olimpiade?" tanya Gustav sang Papa menatap heran.
" Hah, oh bukan kok Pa, ini masakannya enak." jawabnya asal.
Membuat gadis yang sedari tadi tersenyum semakin mengembang senyumnya.
" Tentu saja enak, siapa dulu yang masak kalau bukan Lea, ya 'kan sayang." sahut Mama Lidya tersenyum menatap ke arah Lea.
Membuat Richard langsung tersedak makanannya dan terbatuk-batuk sambil melirik gadis yang ia pikhir sudah pulang dari rumahnya sedari tadi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
.
.
.
.
.tbc
Terima kasih yang sudah mampir baca, jangan lupa kasih like, komen dan hadiahnya yaa..🌷🌷🌷🌷
Maaf kalau masih banyak typo dimana-mana.
Akhirnya malam pun tiba, Richard baru saja turun
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments