Lea masih tidak bergeming memperhatikan wajah Nathan yang digilai orang-orang di rumah sakit ini, tak terkecuali dirinya juga.
Dalam jarak yang sangat dekat, Lea bisa memperhatikan lekuk wajah milik Nathan. Bulu mata yang lentik, hidung mancung, rahang yang tegas, mata yang indah serta alisnya yang tebal. Sudah dikatakan bukan jika keturunan Alex sangat luar biasa, mempunyai tiga orang putra dengan ketampanan yang membuat kaum hawa tergila-gila.
Mata Lea dan Nathan saling bertatapan, membuat Lea meneguk salivanya susah payah. Dia tidak munafik, dia mengatakan jika dia menjadi salah satu penghuni rumah sakit yang tergila-gila dengan dokter Nathan.
Nathan melepaskan tangannya yang membekap mulut Lea. Nathan memperbaiki jasnya yang sedikit lusuh karna Lea sempat memberontak.
"Dokter Nathan," cicit Lea membuat Nathan menatap gadis 19 tahun itu yang mengunakan Almamater berwarna biru.
"Iya, ini saya," ucap Nathan setelah memperbaiki jasnya.
OMG, gue kira gue bakalan diculik. Ternyata fikiran gue yang ngaco. Ternyata yang pegang gue dokter Nathan! Dokter yang digilai sama penghuni rumah sakit ini!
Lea hanya bisa membatin berusaha agar suaranya tidak keluar yang akan membuat dirinya malu sendiri.
Lea masih memperhatikan wajah Nathan, rasanya tidak puas jika dia tidak memanfaatkan waktu ini. Apa lagi yang mengahampiri dirinya adalah dokter Nathan sendiri.
"Lea?" panggil Nathan karna gadis itu tidak bergeming.
Nathan menyeritkan alisnya, ada apa dengan gadis dihadapannya ini?
"Lea," panggil Nathan lagi dengan melambaikan tangannya didepan Lea.
Dua panggilan dari Nathan yang tidak dijawab oleh Lea.
Nathan menarik nafasnya panjang,"Lea!"
"Kenapa?" Lea langsung terlonjak kaget karna panggilan Nathan yang ketiga kalinya membuatnya kaget.
"Ada yang ingin saya katakan ke kamu," kata dokter Nathan membuat Lea meneguk salivanya susah payah. Kenapa gadis itu sangat geer saat Nathan mengatakan ingin mengatakan sesuatu padanya.
Fikiran gadis itu berkelana, hingga memikirkan hal yang tidak-tidak.
Apa dokter Nathan mau nembak gue? OMG kenapa gue deg-deg'an kayak gini sih!
"Lea?" lagi dan lagi Nathan memanggil Lea karna gadis sama sekali tidak menyahut lagi.
Nathan menarik nafasnya panjang. Apakah dia salah orang untuk bertanya mengenai Valen? Karna gadis dihadapannya hanya senyuman-senyum sendiri seperti orang gila saja.
Yah, sepertinya pria itu salah orang bertanya mengenai Valen pagi ini.
Nathan mengecek jam dipergelangan tangannya, dia langsung pergi meninggalkan Lea yang masih senyum-senyum sendiri tanpa Lea sadari jika Nathan sudah pergi dari hadapannya.
"Bilang aja dok, Lea bak....lan," perkataan gadis itu tercekat dilehernya. Bagaimana tidak jika sudah tidak ada orang dihadapannya.
Lea mengarahkan pandangannya di koridor, dia sudah tidak melihat sosok Nathan disini. Membuat gadis menghentakkan kakinya.
"Dokter Nathan mau bilang apa sih sama Lea? Bikin Lea penasaran aja!"
***
Valen langsung keluar dari taxi, dia berjalan begitu cepat dikoridor rumah sakit. Padahal jadwal mereka tertulis pukul 8 pagi memeriksa Adelia, dan dia baru sampai di rumah sakit setengah sepuluh pagi.
"Dokter Nathan!"
Seketika tangan Nathan yang ingin membuka pintu ruangannya terhenti karna mendengar suara yang tidak asing lagi baginya.
Valen langsung berlari mendekati Nathan, dia tau dia salah. Karna dia sudah terlambat melaksanakan kewajibannya.
"Maaf dok, saya lambat," kata Valen sedikit menundukkan kepalanya.
"Kamu sudah tau kalau kamu sudah lambat dua jam," tegas Nathan membuat nyali Valen sedikit menciut. Jika bisanya Nathan berkata lembut padanya kali ini berbeda.
"Maaf," hanya kata itu yang mampu dikeluarkan oleh Valen. Dia tidak bisa membelah dirinnya.
"Siap-siap. Kita keruangan Adelia," kata Nathan lalu masuk kedalam ruangannya mengambil sesuatu.
Nathan keluar dari ruangannya lalu menguncinya dan berjalan duluan meninggalkan Valen. Valen tentu saja tidak tinggal diam dia langsung mengikuti langkah kaki Nathan untuk segera keruangan Adelia yang hampir sembilan tahun menutup matanya.
Ceklek
Nathan membuka ruangan milik Adelia. Tempat gadis itu berbaring sembilan tahun lamanya. Terdengar suara monitor dari dalam ruangan Adelia. Alat oksigen penunjang kehidupan gadis itu serta jarum infus melekat ditangannya yang sudah kurus kering.
Jika Adelia bangun dari komanya, para dokter memprediksikan dia akan lumpuh karena terlalu lama baring sehingga otot-otot dalam tubuhnya tidak bekerja.
Meski kemungkinanya hanya kecil jika Adelia akan sadar dari komanya.
Nathan mulai memeriksa bagian tangan Adelia yang sudah kurus kering.
"Rifal bilang, kalau satu bulan ini Adelia nggak ada kemajuan. Rifal minta alat ditubuh Adelia dilepas."
Pergerakan tangan Nathan terhenti, dia sudah tau akan hal namun mengapa dia masih tetap tidak terima. Katakan jika Nathan menginginkan Adelia sadar agar dia bisa kembali dengan Rifal. Dengan begitu Rifal akan menceraikan Valen.
Otomatis, jika alat penunjang kehidupan Adelia dia cabut itu artinya Adelia tidak akan ada lagi. Karna jantung gadis itu berdetak karna bantuan alat di dirinya sendiri.
"Dokter Nathan," panggil Valen karna melihat Nathan hanya diam saja.
"Saya dengar," ketus Nathan membuat Valen tidak tau apakah salahnya. Mungkin saja karna dia terlambat sehingga membuat Nathan ketus kepadanya.
Nathan mulai kembali memeriksa Adelia yang sempat tertunda.
Satu bulan?
Jika Adelia tidak sadar, kecil kemungkinan Nathan memiliki Valen. Jika Adelia sadar bakalan besar kemungkinan Nathan memiliki Valen.
Huft
Terdengar helaan nafas kasar keluar dari mulut Nathan.
"Gimana?" Tanya Valen kepada Nathan.
Nathan melirik Valen sejenak," nggak ada perubahan," balas Nathan sembari mengganti cairan infus milik Adelia.
Nathan berharap Adelia diberikan keajaiban agar gadis itu sadar. Nathan sudah tiga kali mencintai seseorang namun dia tidak pernah merasakan kebahagiaan dengan orang yang dia cintai. Katakan jika caranya yang sakah.
Valen tidak tau, apakah dia harus bahagia atau sedih seperti ini? Rasanya tidak andil jika dia bahagia dengan situasi seperti ini.
"Lo bahagia 'kan?" Tiba -tiba saja Nathan berbicara non formal kepada Valen membuat Valen terkejut. Pasalnya ini masih di rumah sakit.
Setelah memasang infus baru, Nathan melirik Valen dengan senyuman manisnya.
"Lo bahagia karna Adelia nggak ada perubahan," kata Nathan lagi membuat Valen menatap Nathan dengan tatapan bingung.
"Maksud dokter Nathan?" tanya Valen.
Nathan tidak menjawab pertanyan Valen, dia langsung keluar meninggalkan Valen sendiri di ruangan Adelia.
Valen hanya menatap punggung Nathan yang sudah menjauh. Sekian detik akhirnya gadis itu mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Nathan tadi.
Valen membalikkan badannya dan melihat sosok Adelia yang terbaring kakuh.
"Gue nggak tau Del, kesadaran lo buat takdir gue kayak gimana nantinya sama Rifal," kata Valen dengan lirih.
"Dan gue juga nggak tau kepergian Lo nanti buat takdir gue sama Rifal gimana."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Alfa Riyansah
gmna ya rasanya valen
2022-12-07
0
Ayuna
dari SMA sampe adelia diperiksa sama temennya sendiri sebagai seorang dokter😁
2022-09-12
0
estaaa.
nathan sama gw ajh awokawok🗿👌🏻
2022-02-19
1