Nathan berjalan di koridor rumah sakit. Seluruh tatapan mata terarah padanya baik itu dokter maupun perawat lainnya.
Dua hari ini Nathan tidak masuk rumah sakit menjalankan kewajibannya karna dia ke Bandung menjemput Farel satu hari, dan satu harinya dia gunakan istirahat di rumah Rara dan Frezan.
Nathan hanya memasang wajah seperti biasa, yaitu wajah bodoh amat saat seseorang menatapnya dengan penuh pujian atas ketampanan yang dimiliki Nathan.
Nathan masuk kedalam ruangannya, jam sembilan nanti dia akan memeriksa keadaan Adelia. Apakah gadis itu ada kemajuan atau tidak sama sekali.
Nathan berharap Adelia sadar dari komanya yang hampir sembilan tahun terbaring kakuh dirumah sakit.
"Panggilkan saya dokter Valen, untuk segera keruangan saya," kata Nathan diseberang telfon. Nathan langsung mematikan handponenya karna dia akan mengecek berkas yang dua hari yang lalu dikirim Valen lewat emailnya.
Tok...Tok...Tok....
Suara ketukan pintu membuat aktifitas Nathan terhenti.
"Masuk!" Perintah Nathan lalu kembali fokus tabletnya membaca laporan yang dikirim oleh Valen.
Saat kepergian Nathan, yang menghandle pekerja Nathan adalah sosok Valen.
"Maaf pak. Dokter Valen belum datang," kata seseorang yang mengetuk pintu ruangan Rifal tadi.
Rifal tentu saja mendongakkan kepalanya menatap lawan bicaranya. Jam delapan pagi Valen belum juga datang? Tidak biasanya perempuan itu telah kerumah sakit.
"Apa kamu sudah mengeceknya diruanganya?" tanya Nathan dan dibalas anggukan kepala oleh orang itu.
"Baiklah," kata Nathan kepada orang itu.
"Kalau begitu saya pamit undur diri," ucapnya dan dibalas anggukan kepala oleh Nathan.
Nathan merogoh saku bajunya, dia mengeluarkan handponenya dan mencari nama Valen di kontaknya. Setelah menemukan nama Valen dia menekan nomor itu untuk menghubungi Valen.
Drt....Drt....Drt.....
Handphone milik Valen berdering di atas nakas.
Satu panggilan tak terjawab!
Namun Nathan terus-menerus menekan nomor Valen.
Drt....Drt....Drt....
Mata Rifal terbuka karena deringan handpone milik Valen yang begitu nyaring, membuat telingan Rifal terganggu. Dia melirik Valen yang masih tertidur sembari memeluk lengannya. Sepertinya Valen tertidur nyenyak dan tidak terganggu dengan deringan handponenya yang sedari tadi berbunyi.
Tangan Rifal bergerak mengambil handphone Valen di atas nakas untuk mematikan handphonya, dan melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu dengan deringan handpone.
Handpone Valen sudah berada ditangan Rifal, dengan mata sayup karna baru bangun Rifal ingin merijek seseorang yang menelfon Valen. Namun Rifal mengurungkan niatnya saat melihat dilayar handpone tertuliskan nama dokter Nathan.
Rifal menyungkirkan senyum jenakanya, tangannya bergerak menggeser tombol hijau.
"Val-"
"Kenapa?" Suara berat dari seberang telfon membuat Nathan tidak meneruskan perkataannya. Dia tau siapa pemilik suara berat itu. Yang tak lain dan tak bukan adalah sosok Rifal, suami Valen sendiri.
"Valen mana?" Tanya Nathan diseberang telfon. Suaranya tidak sama saat dia pertama kali mengucapakan kata yang langsung terpotong oleh Rifal.
"Ngapain lo cari istri gue?" Tanya balik Rifal diseberang telfon sembari menatap wajah Valen yang masih setia tertidur, tanpa merasa terganggu oleh suara Rifal.
Tangan Nathan terkepal diatas meja," hari ini Valen ada pasien yang bakalan dia periksa keadaannya. Yang tak lain adalah pacar lo. Adelia," kata Nathan diseberang telfon menekan setiap perkataannya membuat rahang milik Rifal mengeras.
"Ck!"
Tanpa aba-aba Rifal langsung mematikan handponenya secara sepihak. Entah mengapa hatinya berdesir tak karuan saat Nathan mengatakan nama Adelia. Dan lihatlah, yang akan menangani Adelia adalah istrinya sendiri.
Dilihatnya jam didinding sudah pukul delapan pagi. Rifal beranjak dari tempat tidurnya untuk segera mandi untuk ke kantor pagi ini. Dia ingin membangunkan Valen namun perkataan Nathan tadi membuatnya mengurungkan niatnya. Entah mengapa sifat Rifal ini membuatnya bingung sendiri.
Rifal sudah rapi dengan setelan jas kantornya, dia menuruni anak tangga karna sopirnya sudah menunggunya. Rifal mengatakan semalam kepada sopirnya untuk menjemputnya pukul tujuh pagi dan sekarang dia kesiangan. Entah itu karna dia tidur dengan Valen atau dia yang kelelahan sehingga dia kesiangan.
"Jangan lupa bangunkan Valen," kata Rifal kepada art dirumahnya.
Art itu mengangguk-angguk mengiyakan ucapan Rifal," baik tuan."
Sinar matahari menerobos gorden jendela kamar Valen, sehingga dia membuka matanya karna silau yang mengharukanya untuk bangun.
Valen langsung membuka matanya secara spontan saat mengingat jika pagi ini dia ada jadwal untuk melihat kondisi Adelia bersama dengan Nathan.
Valen semakin tak karuan saat melihat jam di , dinding sudah ingin masuk jam sembilan pagi. Dia langsung lari masuk kedalam kamar mandi.
Dia tidak mempunyai banyak waktu untuk memikirkan kenapa dia bisa tidur dikamar milik Rifal.
Valen mandi tidak lama, karna dia tau diri kalau pagi ini dia sudah lambat menjalankan kewajibannya sebagai dokter. Apa lagi pagi ini dia akan meninjau keadaan Adelia bersama dengan Nathan.
Setelah memesan taxi online, Valen menyisir rambutnya dan memakai lipstik agar bibinya tidak pucat. Dia langsung menyambar jas dokternya untuk segera menuruni anak tangga. Dia bertemu salah satu art di tangga.
"Pagi non Valen," sapa art itu di tangga melihat Valen nampak buru-buru. Karna baru saja art itu ingin membangunkan Valen namun rupanya dia sudah siap dengan jas dokternya.
"Pagi, bi."
Valen langsung masuk kedalam taxi, untuk segera kerumah sakit. Tak lupa pula dia kiriman pesan kepada Nathan karna dia datang terlambat.
***
Sementara Rifal sibuk dengan fikiranya saat ini, dia sedang berada ruangan kerjanya. Sedari tadi dia mengetuk-ngetuk pulpenya diatas meja.
Tidak ada yang tau apa yang difikirkan pria itu. Namun terlihat dari wajahnya jika dia mempunyai banyak fikiran.
Huft
Helaan nafas panjang keluar dari mulut Rifal. Dia tidak tau mengapa dia merasa bersalah saat menerima telfon dari Nathan saat Nathan mengatakan kata pacar kepada dirinya.
Dia tau, jika hubungannya dengan Adelia belum ada kata putus sebelum gadis itu masuk rumah sakit dan koma sampai sekarang.
Rifal menyandarkan kepalanya di kursi, rasanya pagi ini moodnya rusak. Dia tidak bisa bekerja dengan konsentrasi jika seperti ini.
"Maafin gue, Del," gumam Rifal.
Dia merasa bersalah kepada sosok Adelia. Sosok gadis yang ceria semasa SMA mereka.
"Gue nggak mau buat lo tambah kesiksa. Jadi maafin gue."
Kalian tau bukan, mengapa Rifal mengatakan kata seperti itu? Karna dia sudah mengatakan kepada Valen jika satu bulan ini keadaan Adelia tidak ada kemajuan maka Rifal sudah ikhlas jika alat penunjang kehidupan Adelia dilepas.
Sementara disisi lain, Lea sedang berjalan di koridor rumah sakit. Katakan jika gadis itu juga kesiangan karna membaca novel sampai larut malam.
Seseorang menarik tangan Lea, sehingga membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Ini gue."
Seseorang itu membekap mulut Lea, agar gadis itu tidak mengamuk. Lea melototkan matanya tidak percaya jika yang menarik dirinya adalah sosok yang di idam-idamkan di rumah sakit ini.
Dokter Nathan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Alfa Riyansah
ya moga Nathan ma lea
2022-12-07
0
Ayuna
ketiban rejeki yah Lea
2022-09-12
0
ISMA INA
semangat Thor 💪☺️❤️
2021-11-09
0