Sedari tadi Rifal hanya uring-uringan di kamarnya, cowok itu menatap langit-langit kamarnya, sepertinya dia tidak bisa tidur malam ini.
Diliriknya jam didinding pukul tujuh malam, pantas saja dia uring-uringan. Rifal bangun dari tempat tidurnya rasanya sangat hampah tinggal di rumah sebesar ini seorang diri.
Rifal menuruni anak tangga, membuka kulkas dan meneguk air mineral yang dingin.
Rifal membawa botol minuman Tupperware itu diatas meja. "Kenapa gue nggak ngelarang Valen buat ajak Lea!"
Rifal menarik nafasnya panjang, belum satu hari Valen meninggalkan rumah, dia sudah seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari hidupnya.
Rifal menyambar jaketnya lalu mengambil kunci mobilnya yang berada diatas meja. Dia berjalan keluar rumah untuk menuju garasi mengambil motor sport miliknya.
Dia akan ke club malam ini, dari pada dia tinggal di rumah seorang diri, lebih baik dia keluar dari pada memikirkan Valen. Entah mengapa Rifal merasakan jika waktu berlalu begitu lama malam ini.
Rifal memakai helm fullfacenya dan melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah miliknya. Malam ini dia akan ke club tempat yang akhir-akhir ini dia kunjungi jika dia mempunyai masalah pekerjaan. Dan letaknya itu tidak jauh dari apartment ditempati Valen.
Sekitar tiga puluh menit perjalanan Rifal telah sampai di depan club, dia menggunakan motor dan membawanya dengan kencang sehingga tidak memakan banyak waktu di jalan.
Rifal langsung masuk ke dalam club, dan disambut hangat oleh pemilik club itu. Siapa sih yang tidak kenal dengan Rifal, seorang pengusahaan sukses di kota Jakarta ini.
"Punya masalah?" Tanya pemilik club itu dengan tawa kecilnya, dia tau jika Rifal akan mengunjungi club jika mempunyai masalah.
"Masalah hati," balas Rifal dengan tawa kecilnya, membuat pemilik club itu menggelengkan kepalanya.
Pemilik club bernama Dean menuangkan wine digelas milik Rifal. Dengan satu kali tegukan wine itu habis membuat Dean tersenyum tipis.
Sudah berapa gelas minuman wine yang diteguk oleh Rifal, hingga tegukan terakhir membuatnya sedikit tumbang, untung saja Dean dengan gercep menangkapnya.
"Lo tinggal disini aja dulu, diatas ada kamar gue," kata Dean dan dibalas gelengan kepala oleh Rifal.
"Gue mau balik," racau Rifal setengah sadar.
"Gue antar," kata Dean. Dia tidak bisa membiarkan Rifal pulang dengan keadaan mabuk.
"Gue bisa pulang dengan sendiri," kata Rifal,"lagian gue pulang ke apartemen," sambungnya.
"Lo yakin?"
Rifal hanya mengangguk mengiyakan ucapan Dean.
Rifal keluar dari club pukul sebelas malam. Cowok itu langsung mengendarai motornya untuk segera ke apartemen tempat Valen berada.
Rifal masuk kedalam apartemen dengan sedikit sempoyang, dia menekan pin untuk masuk ke dalam apartemen.
Pintu apartment itu terbuka dengan otomatis.
Valen langsung tersentak kaget saat Rifal membaringkan tubuhnya di sofa panjang, Valen terkejut melihat penampilan Rifal saat ini dan bau Minuman langsung tercium di indra penciuman Valen.
Valen bisa menebak jika cowok itu pulang dari club yang biasa dia kunjungi, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari apartment.
Pukul sebelas malam, Valen belum tidur karna masih mengecek jadwalnya untuk besok kepada pasiennya.
"Fal." Valen menepuk-nepuk pipih milik Rifal. Mata cowok itu terpejam dengan bulu matanya yang lentik serta wajahnya yang tampan.
Valen akui jika suaminya itu memang tampan.
Valen tersentak kaget karna tiba-tiba saja Rifal memegang erat tangannya, bahkan cowok itu tidak ingin melepaskannya.
"Mau lari lagi lo." Racau Rifal. Membuat Valen bergedik ngeri.
"Fal!"
Rifal membuka matanya, perlahan-lahan dia melihat wajah cantik milik Valen, dengan rambut tercepol indah.
Rifal menarik Valen sehingga Valen jatuh di dadah bidang milik Rifal, dan itu membuat mulut Valen sedikit terbuka, saking terkejutnya.
Valen melototkan matanya saat Rifal mencium bibirnya, sentuhan bibir milk Rifal masih ada bau minuman wine yang dapat Valen rasakan.
Valen menepuk dadah bidang Rifal, karna seperti ingin kehabisan nafas.
Rifal melepaskan ciumannya lalu kembali mencium bibir Valen, seakan-akan canduh dengan bibir perempuan dihadapannya.
Valen melototkan matanya saat Rifal mengangkatnya, entah Valen mau dibawah kemana.
"Turunin gue Fal!" Pekik Valen tertahan, takut-takut jika Lea mendengar suaranya dan menggangu tidur gadis itu.
"Berisik."
Rifal menendang pintu kamar untuk segera masuk membuat Valen mencernah apa yang akan dilakukan oleh Rifal.
Rifal tidak melakukan hal yang empat tahun yang lalu 'kan?
Rifal langsung membaringkan tubuh milik Valen dan menindihnya. "Lepasing gue, Fal!" Valen mendorong tubu Rifal. Namun tubuh cowok itu tidak bergeser sama sekali.
Valen merasa Dejavu saat Rifal menjamah tubuhnya, dia ingin melawan namun tubuhnya mengatakan tidak, dan berharap lebih dengan sentuhan Rifal.
Rifal mencium kening Valen lama," gue cinta sama lo, Va."
Deg
"Love you, Va."
Kata-kata Rifal membuat hati Valen menjadi hangat, apa lagi saat Rifal mencium keningnya penuh kasih sayang .
Dalam keadaan mabuk seperti itu Rifal mengatakan kata cinta kepada Valen."Gue izin yah," kata Rifal menatap Valen.
Sebagai seorang dokter, Valen sudah tentu mengerti dengan apa yang di katakan oleh Rifal.
Valen memejamkan matanya, dia harap keputusannya tidak akan membuatnya menyesal.
Valen mengangguk mengiyakan ucapan Rifal. Rifal tersenyum manis kepada Valen dan mencium perempuan yang berada dibawah kungkuhannya itu.
Dan yah, terjadilah malam yang empat tahun yang lalu mereka lalui, Valen harap hubungannya malam ini dengan Rifal tidak membuahkan hasil seperti yang mereka lewati saat itu.
***
Pukul lima subuh, Valen bangun dari tidurnya dan mendapatkan tangan kekar memeluknya begitu erat. Badannya sangat lelah, bahkan tulangnya sangat remuk.
Valen berjalan tertatih-tatih untuk segera masuk ke dalam kamar mandi, pagi ini dia akan ke rumah sakit dan tidak ingin saat Rifal bangun dan melihatnya.
Valen harus cepat-cepat bergegas, selain mengindari Rifal dia juga harus berangkat lebih dulu karna jarak dari rumah sakit di apartemennya menyita banyak waktu.
Habis mandi, Valen membuat nasi goreng kesukaan Rifal. Perempuan itu menata makanan milik Rifal pukul enam pagi.
"Pagi, dokter Valen," sapa Lea yang sudah siap dengan baju putih melekat ditubuhnya serta rok panjang berwarna putih dan jangan lupa almamater biru yang melekat ditubuhnya.
"Pagi juga Lea," balas Valen menggeser kursinya.
"Sarapan dulu," kata Valen dan dibalas anggukan kepala oleh Lea.
"Yang satunya piring siapa?" Tanya Lea, katakan jika gadis itu sangat kepo bahkan hal kecil sekalipun. Perasaan hanya berdua saja tinggal di apartemen.
"Cuman nyimpan disitu aja," bohong Valen.
"Tap-"
"Buruan sarapan entar telat." Elak valenyagar gadis itu tidak bertanya lagi.
Mau tidak mau Lea menganggukkan kepalanya, meski dia belum puas dengan jawaban Valen.
Benar-benar gadis kepo!
Apa lagi melihat nasi goreng yang lumayan banyak, padahal mereka hanya berdua saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Alfa Riyansah
haha.moga" JD ya
2022-12-07
0
Ayuna
lagian harus mabuk dulu gitu
2022-09-12
0
Nomi
rifal",....
mulut ama hasrat kok gak cocok,.
lok cinta, cinta aja,..
gak usah kebesaran gengsi,.
lok sadar mana mungkin tu mulut si rifal ngomong "cinta" ma valen,.
pas butuh penyaluran aja ngomong manis ama valen,.
empet gua ma lu fal,.
2021-11-02
1