Valen turun dari taxi yang dia tumpangi untuk kerumah sakit, di koridor rumah sakit dia langsung di sambut wajah tetangganya, yaitu Lea.
"Pagi, dokter Valen," sapa Lea, lalu berjalan beriringan dengan Valen.
"Pagi," balas Valen dengan lesuh, pagi ini merupakan pagi yang tidak menyenangkan baginya.
Valen mengunakan rok sampai lutut berwarna hitam, serta jas putih melekat di tubuhnya yang ramping.
"Dokter, Valen ada masalah?" tanya Lea, karna Valen sepertinya pagi ini tidak bersemangat.
" Lea tebak, pasti dokter Valen berantem yah sama om Rifal," kata Lea dengan menyipitkan matanya .
Mereka berdua berjalan beriringan di koridor rumah sakit.
Lea mengunakan rok panjang serta baju panjang yang merupakan baju perawat, serta almet biru melekat di tubuhnya.
Lea tidak suka terbuka, dia lebih menyukai pakaian lengan panjang, celana panjang, dan juga rok panjang. Kulit gadis itu sangat putih serta wajahnya putih bersih, dan jangan lupa di kedua pipinya dia mempunyai lesung pipi, sehingga saat dia tertawa dan tersenyum membuatnya semakin cantik.
Lea gadis sederhana, namun kesederhanaannya itu membuat Valen dan Rifal menyukainya. Dia bukan orang yang pura-pura kaya. Apa yang dia pakai itu yang dia punya.
Hanya saja, sifat gadis itu membuat Valen dan Rifal menggelengkan kepalanya. Sikap gadis yang suka berubah-ubah .
"Om Rifal kamu itu buat kesabaran di uji," kata Valen.
Mereka berdua sampai di depan pintu ruangan Valen.
"Palingan juga om Rifal, berantem main-main doang," kata Lea.
Untung saja teman-teman Lea belum datang, sehingga dia bisa mengunakan waktu ini untuk bergosip riah dengan Valen tetangganya.
"Berantem beneran, Lea," kata Valen menarik nafasnya panjang.
Perempuan berusia 24 tahun itu menyandarkannya kepalanya di pintu.
"Buktinya dia nyuruh gue buat tinggal di apartemen, satu minggu lamanya," sambungnya masih mengingat setiap perkataan Rifal pagi tadi, sehingga membuatnya pagi ini badmood.
"Biar Lea temenin," Lea memberikan saran kepada Valen membuat Valen melirik Lea sejenak.
Valen menyungkirkan senyum tipisnya, dia lupa jika dia masih mempunyai Lea, untuk menemaninya di apartemen selama satu minggu lamanya.
"Beneran?" kata Valen membuat Lea menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Entar pulang dari sini, Lea bakalan minta izin sama mama. Lea yakin kok kalau mama bakalan ngizinin Lea nemenin dokter Valen," kata Lea dengan yakin. Yah, dia yakin jika mamanya akan memberikannya izin untuk menemani Valen.
"Janji, yah," kata Valen menaikkan jari kelingkingnya dan di sambut jari kelingking Lea.
"Janji," jari kelingking Valen dan Lea saling bertautan.
"Yaudah, lebih baik kamu keruangan praktek. Kayaknya sebentar lagi dokter yang gantiin dokter Nathan bakalan masuk keruangan praktek," kata Valen sembari mengecek jam di pergelangan tangannya.
Lea menyeritkan alisnya, itu berarti dokter Nathan tidak datang?
"Dokter Nathan nggak datang?" tanya Lea dengan lesuh, hal itu membuat Valen menyipitkan matanya ke arah Lea, dengan tatapan intimidasi.
"Kenapa?" Tanya Valen.
Lea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal," Lea sedari tadi nungguin dokter, Nathan," jawab Lea dengan cengengesan membuat mulut Valen sedikit terbuka.
"Lea," beo Valen.
"Lea kayaknya sih, suka sama dokter Nathan sejak pertama kali ketemu," kata gadis itu dengan semangat empat lima. Tanpa beban dia mengucapakan kata menyukai dokter Nathan.
Hal normal saja jika Lea suka juga pada Nathan, karna dokter muda di rumah sakit tempat Valen bekerja juga menyukai dokter Nathan. Bahkan ada yang menyukai Nathan yang sudah mempunyai suami dan juga anak, itu menandakan betapa tampannya sosok Nathan.
"Bersaing gih, sama dokter lainya," kata Valen bersedekap dada. Kalian sudah tau bukan maksud Valen mengatakan itu.
"Lea nggak takut tuh bersaing sama dokter di sini," kata Lea dengan percaya diri membuat Valen menatapnya datar," tapi saingan Lea itu dokter Valen, karna yang di suka dokter Nathan yah, dokter Valen," sambungnya menghentakkan kakinya di lantai.
"Oh....Jadi kamu nyalahin gue," kata Valen membuat Lea mendelik.
"Yang Lea salahin itu dokter Nathan, udah tau kalau dokter Valen udah punya pawang masih aja suka," kata Lea.
Valen menyungkirkan senyuman tipisnya, "Yah, karna gue cantik," kata Valen membuat Lea terkekeh kecil.
"Kalau Lea bersaing sama dokter Valen nggak ada apa-apanya," kata Lea.
"Jangan merendah buat meroket," kata Valen memutar bola matanya malas, apa Lea tidak percaya dengan kecantikannya sendiri? Jika begitu sangatlah miris.
"Oh iya, kamu nggak usah minta uang jajan sama mama kamu. Selama kami tinggal sama gue, yang kasi kamu uang jajan gue," kata Valen dengan bangga.
"Kalau gini mah Lea tambah semangat, satu tahun pun Lea bakalan nemenin dokter Valen. Kalau perlu yah, Lea hasut om Rifal buat nyuruh dokter Valen tinggal di apartemen lagi," cerocos Lea tanpa rem membuat Valen menatapnya dengan datar.
Lea cengengesan," kalau gitu Lea duluan, mau keruangan praktek," pamit Lea dengan cepat.
Valen menggelengkan kepalanya lalu masuk kedalam ruangannya. Karna jam sebelas siang nanti dia akan memeriksa pasien menggantikan tugas Nathan.
Rifal menyandarkan kepalanya di kursi miliknya yang berada di ruangan khusus CEO. Hingga suara ketukan pintu membuat Rifal melihat ke arah pintu.
"Masuk," kata Rifal, setelah mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintu ruangannya itu masuk.
"Maaf pak menggangu," ucap salah satu sekretaris Rifal sembari menundukkan kepalanya sedikit, antara dirinya dan juga atasanya.
Sekretarisnya itu sudah bekerja dengan Rifal empat tahun lamanya.
"Silahkan duduk," kata Rifal mempersilahkan sekretarisnya itu untuk duduk.
"Sebelum saya menyampaikan tujuan saya ke bapak, saya ingin mengucapkan kata maaf terlebih dahulu," kata sekretaris Rifal. Rifal menyeritkan alisnya mendengar penuturan dari sekretarisnya itu bernama Mila.
"Saya akan risen dari sini pak." Jujur saja dia sudah nyaman bekerja sebagai sekretaris Rifal, namun kewajibannya lebih penting.
Rifal sedikit terkejut dengan penuturan Mila, di jaman seperti sangat susah mengangkat sekretaris yang sesuai keinginan Rifal. Apa lagi Rifal sudah menyukai cara kerja Mila gercep.
"Apa gaji yang saya berikan kurang?" tanya Nathan, membuat Mila refleks mendongakkan kepalanya dan menggelengkan kepalanya kuat.
Jujur saja, hanya perusahan milik Rifal saja yang memperkerjakan karyawan dengan gaji yang fantastis, sesuai kerja mereka. Sehingga karyawan Rifal semangat untuk bekerja.
"Bukan, Pak," kata Mila dengan cepat.
"Terus apa?" tanya Rifal, mencari sekretaris modelan kayak Mila akan membuat Rifal susah jika mencari sekretaris pengganti Mila.
"Saya akan ikut suami saya ke kampung, pak," kata Mila membuat Rifal menyandarkan kepalanya. Jika sudah seperti itu dia tidak bisa mencegah Mila, karna itu sudah kewajibannya.
"Saya akan risen satu bulan lagi pak," kata Mila," dan saya akan mencarikan sekretaris yang sesuai dengan keinginan bapak," sambungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Ayuna
waduh adaw aja
2022-09-12
0
Zahran fadill Ramadhan
selalu mantengin,,,,ada notif girang dah aq
2021-10-29
0
jein cantika
Thor jangan lama- lama upnya ya.
jiwa kepoku meronta ronta. 😂🙏
2021-10-29
0