Seperti apa yang di katakan Nathan kemarin, jika dia akan menjemput Alex dan juga Farel. Terlihat pria itu berusia 25 tahun itu menuruni anak tangga dengan kacamata melekat di wajahnya. Seperti yang dia bilang dia akan ke Bandung pada pagi hari ini.
Jarak Jakarta untuk menempuh Bandung memerlukan 3 jam perjalanan, dan Nathan akan menyetir ke Bandung seorang diri. Semenjak kepergian Tegar, dia tidak mempunyai sosok teman yang dekat dengannya seperti Tegar. Katakan jika Nathan yang tidak ingin.
Nathan mengendarai mobih berwarna hitamnya, dia tidak menelfon Alex jika dia akan datang. Sebenarnya pagi ini Frezan ingin ikut dengan Nathan namun Nathan mengatakan jika dia bisa mengurusnya dengan sendirinya.
Sementara Frezan, Valen dan juga Rifal sedang sarapan pagi. Rifal dan Valen juga tidak berangkat kerja pada pagi hari ini, dia akan berangkat jika Rara dan Frezan sudah pergi. Karna tidak mungkin 'kan jika mereka berdua pergi sementara Rara dan juga Frezan akan pergi pagi ini untuk pindah ke rumah barunya.
Sementara Rara, serapan pagi di kamar karna kedua anaknya masih tidur.
Satpam membawa koper Rara keluar untuk di masukkan ke dalam mobil.
Rara dan Valen saling berpelukan, pertemuannya dengan Rara sangat singkat.
"Bakalan kangen sama Hasya dan juga Tegar," kata Valen mencium pipi Hasya dan Tegar saling bergantian, sosok dua anak kecil yang sangat cantik dan juga tampan.
"Kapan-kapan ke rumah baru gue, Va," kata Rara dengan tawa kecil, karna mereka masih satu kecamatan.
"Kalau itu pasti, Ra," kata Valen membuat Rara tersenyum manis.
"Gue sama Rara, pamit," kata Frezan saling menjabak tangan dengan Rifal.
Valen melambaikan tangannya saat Rara sudah masuk ke dalam mobil, hingga mobil Frezan menghilang termakan oleh jarak.
Valen ingin masuk ke dalam rumah namun tangannya di cekal oleh Frezan.
"Mau kemana lo," kata Rifal mencekal pergelangan tangan Valen.
Valen memutar bola matanya malas," mau masuk ke rumah lah," jawabnya dengan santai.
"Yang nyuruh lo masuk ke rumah gue siapa?" tanya Rifal dengan menekan perkataanya sembari menaikkan alisnya sebelah menatap Valen.
Mereka berdua berada di depan pintu gerbang.
Rifal mengatakan kata rumah dengan menekan setiap perkataannya. Sudah jelas bukan, jika yang membeli rumah itu adalah Rifal.
"Tap-"
Belum sempat Valen meneruskan perkataannya, Rifal mengangkat tangan Valen dan memberikannya kunci.
"Sebagai hukumannya, malam ini lo tinggal di apartemen," kata Rifal lalu pergi meninggalkan Valen.
Mulut Valen terbuka sedikit, dia masih linglung dengan situasinya saat ini. Dia melihat kunci di tangannya lalu dengan cepat berlari untuk segera mmeburuh Rifal dengan langkah cowok itu yang panjang.
"Fal!" teriak Valen masih memburuh Rifal, tidak di pungkiri jika luas rumah Rifal sangatlah luar biasa, terlihat dari pintu utama menuju gerbang membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai ke gerbang.
Rifal mengabaikan teriakan Valen.
"Ck!" Rifal hanya berdecih lalu masuk pintu utama dan menutupnya.
Nafas milik Valen naik turun karena memburuh Rifal.
"Fal!" Valen menggedor-gedor pintu namun di abaikan oleh Rifal.
"Lo gila yah, nyuruh gue tinggal di apartemen yang jauh dari tempat gue kerja!" teriak Valen, agar Rifal mendengarkan suaranya.
"Gue nggak peduli!" balas Rifal masih berada di depan pintu.
"Lo apa-apaan sih Fal!" Valen ikut membalas perkataan Rifal.
"Gue tambahin, lo tinggal di apartemen satu minggu lamanya. Gue nggak peduli tempat lo kerja dengan apartment yang jauh!" desis Rifal lalu pergi dari ambang pintu untuk segera menunju kamarnya karna dia akan ke kantor pagi ini.
"Fal!" teriak Valen, percuma dia berteriak karna Rifal tidak akan mendengarkanya.
Valen mengatur nafasnya, dia tidak tau kesalahan apa yang dia lakukan Sehingga mood Rifal pagi ini berantakan.
Valen tersenyum kecut, apartemen yang di berikan sangat jauh dari rumah sakit tempat dia kerja.
Valen ingin tinggal di apartemen lain atau hotel lain namun itu semua dia urungkan. Karna dia yakin dia sudah menelfon pemilik hotel dan juga apartemen untuk tidak menerima dirinya.
"Dasar Rifal gila," gerutu Valen lalu berjalan keluar untuk segera ke apartemen, dia tidak kerja pagi ini, karna Rifal sudah menutup pintu rumah.
"INGAT HUKUMAN LO TINGGAL DI APARTEMEN SATU MINGGU!" Teriak Rifal dari atas balkon.
Sehingga langkah kaki Valen terhenti, dia mendongakkan kepalanya dan melihat Rifal dengan setelan jas kantornya bersedekap dada kepadanya.
Tidak mengunakan setelah jas kantor berwarna hitam yang sangat pas untuk dirinya, tidak di pungkiri jika setelah yang di gunakan oleh Rifal membuatnya semakin tampan.
Namun, saat ini bukan waktunya Valen ungu memuji ketampanan Rifal karna cowok itu sudah mengusirnya, dan menyuruhnya untuk tinggal di apartemen satu minggu lama-nya.
"EMANGNYA GUE SALAH APA SIH SAMA LO FAL! PERASAAN GUE NGGAK PERNAH BUAT KESALAHAN. KENAPA LO HUKUM GUE?" Valen juga berteriak dari bawah, tidak mungkin jika dia berbicara dengan suara pelan karna Rifal tidak mendengarkannya.
"Ck!" Rifal berdesis, lalu memperbaiki dasinya yang sama tidak kusut.
Rifal meninggalkan balkon, sehingga Valen menghentakkan kakinya ke bawah saking kesalnya kepada Rifal saat ini.
Valen memejamkan matanya, saat sesuatu menerpah wajahnya dari atas. Valen membuka matanya dan melihat apa yang menerpah wajahnya itu.
Jas berwarna putih, yang tak lain dan tak bukan adalah jas dokter miliknya. Valen mendonggakkan kepalanya dan melihat Rifal di balkon, ternyata pria itu mengambil Jas dokter milik Valen dan membuangnya tepat di wajah milik Valen.
Rifal merapikan jasnya, dia tau jika Valen saat ini menahan emosi.
"Valen, jangan kebawa emosi," kata Valen mencoba menenangkan dirinya sendiri, agar tidak terbawa emosi dengan apa yang di lakukan oleh Rifal.
Rifal menuruni anak tangga, dan berbicara dengan seseorang di seberang telfon.
"Awasi apartemen XXX ." Lepas mengatakan itu Rifal mematikan handponenya secara sepihak.
Seorang satpam membawa tas kantor milik Rifal. Rifal melewati Valen yang menatapnya dengan tatapan siap mencakar wajah tampan milik Rifal saat ini.
"Dasar, gila!" desi Valen tertahan namun masih bisa di dengarkan oleh Rifal.
Rifal berhenti berjalan, membuat Valen meneguk salivanya susah payah.
Rifal menatap Valen dengan tatapan intimidasi membuat Valen meneguk salivanya susah payah. Tatapan milik Rifal seakan -akan dirinya ketahuan mencuri dari rumah pria itu.
"Ck!" Rifal hanya berdecih lalu melanjutkan langkah kakinya untuk segera ke mobil, karna supirnya telah menunggunya.
Supir itu membuka pintu untuk Rifal, dan Rifal dengan segera masuk ke dalam mobil untuk segera ke kantor.
Mobil Rifal berjalan dengan supir berkemudi, Rifal membuka kaca mobilnya sehingga dari jarak jauh Rifal dan Valen masih saling bertatapan.
Entah mengapa sifat Rifal pagi ini membuat Valen bergedik ngeri sekaligus jengkel karna ulah Rifal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Menurut ku Vallen terlalu bodoh dan bego gak tegas sama Rifal,udah bertahun2 di hituin masih aja bertahan,loe itu cantik berkarir juga,ngapain masih mau aja tersiksa dan menderita kayak gitu🤣🤦🏻♀️😡😡
2023-03-08
1
Qaisaa Nazarudin
Duh bangga banget dgn rumahnya,kalo aku jadi Vallen aku beli atau sewa kontrak rumah sendiri,tinggal sendiri,ngotot tuh suruh di ceraiin,ngapain masih betah aja sama Rifal,bakin tensi aja,Bego sih si Vallen,,
2023-03-08
0
Elly Watty
valen dah dibutakan cinta, makanya diperlakukan semena2 ma rifal dia mau ja, secara gelar dokter tp d tindas kog diem mulu
2023-01-18
0