Valen membaringkan tubuh mungil Hasya, di kasur miliknya sembari menoel pipih cabi milik Hasya, dengan gemas.
"Gemas bangeettttttt sih!" kata Valen dengan gemas tertahan, bisa-bisa dia akan mengarungi anak milik Rara, sahabatnya itu.
Perlahan mata milik gadis mungil itu tertutup, karna rasa kantuknya sudah datang. Valen memberikan bantal pembatas, jika anak Rara menggeliat tidak akan jauh.
Cup
Satu ciuman mendarat di pipi milik Hasya. Valen berjalan meninggalkan kamarnya dan segera menutup pintu kamarnya.
Jleb....
Saat dia membalikkan badannya, dia tersentak kaget saat melihat Rifal di belakangnya. Sejak kapan pria itu sudah di depan pintu kamar?
Rifal menaikkan satu alisnya, melihat Valen masih tidak bergeming menatap wajahnya. Apakah dia terpesona dengan wajah tampan milik suaminya?
Yah, katakan saja seperti itu. Bertahun-tahun tinggal bersama dengan Rifal, mustahil jika Valen tidak jatuh cinta kepada suaminya sendiri!!!
Rifal menyungkirkan senyum jenakanya membuat Valen gelagapan. Senyuman Rifal benar-benar membuat Valen merasakan atmosfer di sekelilingnya lenyap.
"Gue udah tau kalau lo udah jatuh cinta saka gue, jauh-jauh hari," kata Rifal masih dengan senyum jenakanya.
Valen tidak tau, arti senyuman Rifal. Apakah ada maksud tertentu di balik senyumannya atau tidak?
"Apa-apaan sih lo!" ketus Valen, ingin segera pergi dari pintu, namun pergelangan tangannya langsung di cekal oleh Rifal.
"Jujur sama gue!" Rifal berkata dengan tegas, serta suaranya berubah menjadi serius membuat Valen meneguk salivanya susah payah.
Mereka berdua saling bertatapan, seperti sedang berkomunikasi lewat matanya masing-masing.
Valen melirik tangannya yang di cekal oleh Rifal," nggak ada untungnya buat lo," kata Valen melepaskan tangan Rifal, lalu pergi meninggalkan Rifal di depan pintu untuk segera ke bawah lantai satu.
Valen menuruni anak tangga, dari jendela ruang tamu dia bisa melihat sosok Frezan sedang bermain dengan anaknya di taman.
Valen tersenyum manis, dia masih tidak percaya jika sahabat-nya itu bisa bersatu setelah melewati lika-liku kehidupan mereka. Sehingga mereka berdua di karunia dua orang anak yang tampan dan juga cantik, yaitu Hasya dan Tegar.
Kenapa Rara memberikan nama Hasya kepada anaknya? Jawabanya karna nama itu mirip dengan nama almarhum sahabanya yaitu Tasya.
Valen berjalan ke dapur, dan membuka kulkas dan mengambil sebotol minuman dingin untuk dia minum.
Valen menutup kulkas kembali, dia berjalan ke arah taman. Dia belum melihat dengan jelas wajah anak pertama Rara dan juga Frezan.
"Tegar!" panggil Valen.
Tegar yang memegang bola dengan duduk di rumput melihat ke arah Valen. Anak laki-laki itu fikir jika yang memanggilnya adalah Rara, namun kenyataannya adalah Valen.
Frezan melirik sejenak Valen, lalu kembali bermain dengan Tegar, putranya.
"Kak Eza, pinjam Tegar yah," kata Valen setelah sampai di dekat Tegar, yang umurnya baru sekitaran dua tahun.
Frezan hanya mengangguk mengiyakan ucapan Valen, tanpa membuang waktu banyak, Valen langsung membawa Tegar kedalam gendongannya.
Apakah hanya penglihatan Valen saja, jika anak Frezan mempunyai wajah dingin seperti almarhum Tegar. Anak itu masih kecil namun mampu memperlihatkan wajahnya, yang cool.
Valen fikir Tegar akan menangis dalam gendongannya, namun fikirannya salah karna anak itu hanya diam di gendong oleh Valen.
Wajah anak Frezan dan Rara sangat mirip dengan Frezan, sosok papahnya sendiri.
Valen membawa Tegar masuk ke dalam rumah, sementara Frezan duduk di kursi taman dengan kursi bercat putih.
Valen menitihkan air matanya, dia mengingat Tegar saat melihat wajah anak Frezan, yang di mana nama mereka sama, dan itu semua inisiatif dari seorang Rara, untuk memberikan nama Tegar untuk putranya.
Sosok pria, yang pernah di cintai oleh Valen membuatnya menjadi gadis yang bucin. Dia mengingat semua di mana dia menggoda Tegar dengan pantunya di sekolah, di mana cowok itu tidak merespon sama sekali.
Di mana, Valen saat itu berpacaran dengan Tegar, lamanya hanya terhitung dengan jari tangan saja, karna mereka putus karna kesalahan yang di buat oleh Rifal, Valen tau itu semua sudah di takdirkan untuk mereka sebelum mereka di lahirkan ke dunia.
Valen mendudukkan Tegar di sofa, dengan bola kecil berada di tangan mungil anak itu. Valen mengusap air matanya dengan kasar.
Sudah empat tahun lebih kepergian Tegar, namun di hati Valen, Tegar masih di dalam hatinya dengan serpihan yang dia miliki.
"Va," panggil Rara.
Valen tentu saja mendongakkan kepalanya mendengar asal suara itu, dia melihat Rara dengan dot di tangannya berisi susu putih.
Valen tersenyum, seharusnya Rara yang merasakan kepedihan yang berkelanjutan ini, bukan dirinya. Tapi apakah salah?
Rara mendudukkan dirinya di kursi sofa, Valen tidak tau sejak kapan Rara sudah berdiri di dekatnya.
"Gue tau apa yang lo fikirin," kata Rara sembari tersenyum hangat ke arah sahabatya.
Valen langsung memeluk Rara, dengan Tegar berada di tengah mereka. Hanya memainkan bolanya.
"Apa gue salah Ra," kata Valen dengan lirih, dalam dekapan Rara.
Rara menggelengkan kepalanya kuat, dengan apa yang di katakan oleh sahabatnya itu. Valen tidak salah jika dia juga merindukan sosok Tegar.
Yah, Rara yakin jika yang di fikirkan Valen sekarang ini adalah sosok almarhum Tegar, yang sudah meninggalkan mereka hampir lima tahun ini.
"Kita berhak merindukan seseorang," ucap Rara di sertai senyuman melekat di wajahnya.
"Gue kangen sama almarhum Tegar juga." Rara menjedah perkataannya," tapi gue nggak mau nampakin itu semua, apa lagi gue udah punya suami yang gue sayangi, dan anak gue," sambungnya.
"Kak Tegar punya tempat tersendiri di hati gue." Rara berkata dengan bijak, sembari tersenyum kepada sahabatnya itu.
"Tegar abadi di hati lo juga Va, dia punya tempat tersendiri di hati lo," kata Rara.
Rara dan Valen berpelukan erat, dia mengabaikan keberadaan Tegar, yang berada di tengah-tengah mereka.
Hingga suara derap langkah kaki membuat pandangan Rara dan juga Valen terarah kepada suara derap langkah kaki itu.
Valen tentu saja terkejut melihat siapa orang itu, masih menggunakan jas berwarna putih melekat di tubuhnya yang kekar.
Sementara Rara sudah tidak kaget lagi, karna dia sudah tau jika Nathan akan datang menemui saudaranya.
Yah, yang datang adalah sosok Nathan masih menggunakan jas berwarna putihnya. Terlihat jika cowok itu belum sempat ke apartemennya sebelum mampir kerumah Rifal dan juga Valen.
Rifal mengizinkan Nathan menginjakkan kakinya di rumahnya, karna alasannya adalah Frezan. Meski mereka berdua bersaudara namun keduanya memiliki sikap berbeda.
Andai saja bukan Frezan, Rifal tidak akan mengizinkan Nathan menginjakkan kakinya di rumah miliknya. Dari lantai atas Rifal bisa melihat pandangan mata Nathan yang menatap Valen dengan lekat.
"Ck!" desis Rifal dari lantai atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Walaupun di tinggal Tegar tapi Rara masih mending karna ada sosok Frezan cinta pertanya,Lah Vallen,di tinggal cinta pertama dan nikah sama Rifal yg Egois dan gak pernah menganggap Ballen ada,,Untung aja Rifal gak main cewek di luar sana,Kalo iya lengkap sudah penderitaan Vallen🙇🏻♀️🙇🏻♀️🙇🏻♀️
2023-03-08
0
Qaisaa Nazarudin
Nyesek aku disini😭😭😭
2023-03-08
0
Elly Watty
valen dijadiin rifal kyak ban serep, disaat adel g sadar dia bsa bermain dg valen
2023-01-18
0