Valen melepaskan jas miliknya, dia menyandarkan kepalanya di kursi sofa.
"Mana ponsel gue ketinggalan di tas lagi!" menolog Valen sembari memejamkan matanya.
Valen mengecek jam di pergelangan tanganya, sudah jam 2 siang, dia gerah dan akhirnya memutuskan untuk mengambil handuk untuk segera mandi.
Valen mengambil handuknya untuk segera masuk ke dalam kamar mandi, dia menyalakan shower kamar mandinya mengatur suhu air di dalam kamar mandi.
Sekitar 30 menit mandi sembari berendam, Valen akhirnya melilitkan handuknya untuk segera keluar, karna dia sudah terlalu lama berendam di dalam kamar mandi.
Valen melangkahkan kakinya keluar, tentu saja dia tersentak kaget saat melihat Rifal duduk di kursi sofa kamarnya dengan santai serta kakinya dia silang.
Valen melototkan matanya, saat baru sadar jika dia hanya menggunakan handuk. Sedangkan Rifal tersenyum jenaka ke arah Valen membuat Valen meneguk salivanya susah payah.
Valen akhirnya masuk kembali ke dalam kamar mandi, dan mengunci kamar mandinya saat melihat tatapan mata Rifal kepadanya.
Valen menyandarkan punggungnya di pintu kamar mandi. Bagaimana bisa Rifal masuk ke dalam kamarnya? Sementara kamarnya dia kunci?
"Keluar."
Lagi dan lagi jantung Valen berderak kencang, saat Rifal mengutuk pintu kamar mandi begitu keras.
"Lo apa-apaan sih Fal! main masuk kamar orang tanpa ketuk pintu!" teriak Valen dari balik kamar mandi.
"Gimana bisa lo bisa masuk ke dalam kamar gue, jelas-jelas gue kunci kamar gue," sambungnya membuat Rifal tersenyum sinis.
"Jelas gue bisa! karna gue yang beli ini rumah. Semua ruangan gue pegang kuncinya termasuk kamar lo ini!" terang Rifal.
Valen menepuk jidatnya, dia saja yang lambat menyadari jika pemilik rumah ini adalah Rifal, sudah jelas jika dia mempunyai kunci cadangan di setiap ruangan, termasuk kamar yang dia tempati sekarang ini.
"Keluar, gue mau bicara sama lo," perintah Rifal tidak sabaran dari luar.
"Lo bilang aja di sini, gue bakalan dengerin!" teriak Valen. Takut-takut jika Rifal tidak mendengar suaranya dengan dirinya di kamar mandi.
"Gue mau bicara tanpa terhalang pintu kamar mandi!" sungut Rifal. Bisa-bisanya Valen menyuruhnya berbicara di depan pintu kamar mandi. Dengan dirinya di luar, Valen di dalam kamar mandi.
"Gue nggak bisa dengan keadaan gue kayak gini!"
"Ck! emangnya keadaan lo seperti apa ha? Lo kira gue cowok apaan."
"Lo keluar dulu dari kamar gue. Gue pake baju baru gue susul lo di bawah," kata Valen. Semogah saja cowok itu mau mendengarkan perkataan Valen.
"Ck, emangnya lo siapa ha perintah gue?" ringis Rifal.
"Gue istri lo."
Hening!
Perkataan Valen membuat Rifal terdiam sejenak, tidak butuh waktu lama cowok itu mengangkat suara.
"Gue bakalan nungguin lo di bawah, awas aja lo buat gue nunggu lama." Peringat Rifal.
"Iya!!!"
1 menit.
2 menit.
3 menit.
"Fal!" panggil Valen dari dalam kamar mandi, karna perempuan itu belum juga keluar dari kamar mandi.
"Lo udah beneran pergi 'kan dari kamar gue! Nggak pake tipu-tipu!" kata Valen lagi.
Hening.
Tidak ada jawaban dari luar, Valen bernafas legah, setidaknya Rifal telah keluar dari kamarnya.
Valen membuka pintu kamar mandi, untuk segera keluar memakai pakaiannya untuk menemui Rifal. Dia tidak tau apa yang ingin Rifal bicarakan kepadanya.
Ceklek .
"KYAAAAAA!!!"
"BERISIK!!!!"
Valen tidak menyangka, jika saat membuka pintu kamar mandi dia di suguhkan wajah Rifal di depan pintu kamar mandi bersedekap dada.
Valen langsung lari terbirit-birit membuat Rifal menahan tawanya.
"JANGAN BALIK KE SINI! TUTUP MATA LO!" Peringat Valen kepada Rifal.
"KALAU LO BERANI BALIK KE SINI, GUE BAKALAN NGGAK MASAKIN LO MAKANAN SELAMA SATU BULAN," ancam Valen kepada Rifal. "DAN GUE BAKALAN TERIAK DI DEKAT TELINGA LO SAMPAI LO TULI," sambungnya dengan tangannya mengambil bajunya untuk segera dia pakai.
"Ck, berisik lo. Buruan!!! Gue nggak punya banyak waktu buat orang seperti lo," sungut Rifal.
"Lo yang perlu sama gue, jadi lo yang sabar," balas Valen memakai bajunya dan akhirnya selesai juga.
Valen bernafas legah, setidaknya Rifal tidak melanggar apa yang dia katakan. Meski sudah melakukan hal lebih selama empat tahun lamanya, dia masih juga canggung kepada Rifal.
"Lo mau ngomong apa?" kata Valen, duduk di sofa dan Rifal membalikan badannya dan sudah melihat Valen menggunakan baju kaos berwarna hitam.
"Gue mau ngomong penting," kata Rifal serius duduk di depan Valen.
"Bilang aja," kata Valen lagi.
Rifal menarik nafasnya panjang, kali ini dia ingin berbicara serius kepada Valen.
Rifal menatap manik mata Valen, membuat Valen jadi gelagapan, tingkah Rifal yang berubah menjadi serius membuatnya seperti tersangka yang akan di intimidasi oleh Rifal.
"Dalam waktu satu bulan, Adelia nggak ada kemajuan. Lo cabut alat yang melekat di tubuhnya."
Deg....
Perkataan Rifal tadi membuat jantung Valen berdetak kencang, setelah sekian lamanya Rifal baru mengatakan hal seperti ini. Padahal kedua orang tua Valen sudah mengikhlaskan putrinya itu, karna sudah putus asa tidak ada kemajuan dalam dirinya.
Dan selama ini, Rifal yang mempertahankan Adelia hingga gadis itu masih setia terbaring di rumah sakit dengan alat penunjang yang melekat di tubuhnya.
"Lo....Yakin dengan keputusan lo," kata Valen sedikit terbata-bata karna perkataan Rifal tadi.
"Apa yang keluar dari mulut gue, nggak bisa gue tarik lagi. Jadi apa yang gue bilang tadi udah gue fikir matang-matang," kata Rifal menyandarkan kepalanya di sofa sembari memejamkan matanya.
Selama 8 tahun lamanya, hanya Rifal saja yang mempertahankan Adelia di rumah sakit. Sedangkan keluarga Adelia sudah ikhlas karna putrinya tidak mengalami kemajuan selama 8 tahun lamanya.
"Ok, kalau itu keputusan lo. Gue bakalan kasi tau Nathan besok."
Mata Rifal terbuka saat Valen mengucapakan nama keramat di telinga Rifal. Rifal memperbaiki duduknya lalu memasang wajah datarnya menatap Valen.
"Buat apa lo kasi tau Nathan, gue 'kan nyuruh lo bukan Nathan," desis Rifal.
"Apa-apaan sih lo. Sekarang yang ambil alih Adelia kekasih lo itu Nathan, gue cuman bantu Nathan doang. Dokter Kevin udah kasi alih buat dokter Nathan buat perhatiin kondisi Adelia, itu semua karna lo," kata Valen, namun raut wajah Rifal masih datar.
"Ck! setidaknya bukan Rifal yang ambil alih Adel. Lo 'kan Ada, setidaknya lo yang ambil alih Adel," kata Rifal lagi.
"Buat apa di kasi ke dokter junior kalau ada dokter senior!" lama-lama meladeni Rifal dapat membuat kesabaran di uji.
"OM RIFAL! DOKTER VALEN! LEA DATANG!!!"
Valen dan Rifal saling bertatapan, dia lupa jika dia akan kedatangan tamu yang bernama Lea. Dari lantai bawah suara gadis itu menggelar di berbagai penjuru ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Elly Watty
moga adel sadar biar tmbah rame cerita nya
2023-01-18
2
Alfa Riyansah
gemes ma lea
2022-12-07
0
Harniah Harny
jangan lupa mampir2 dikaryaku juga ya author, mampir mu menyemangati diriku, salam hangat
2022-10-28
0