Rifal mengendarai mobilnya di atas rata-rata, pria itu menerobos lampu lalu lintas. Buktinya saja lampu merah dia lewati tanpa kata berhenti. Matanya fokus menyetir membelah kota Jakarta siang ini. Setelah mendapatkan foto yang di kirim Lea, tetangganya membuatnya tidak karuan. Entah mengapa tetangganya itu mengirimkan foto seperti itu kepadanya. Apakah Rifal menyesal memberikan nomornya kepada Lea? Jawabanya, dia juga tidak tau.
****.
Cowok itu mengumpat, foto yang di kirim Lea tadi membuatnya panas dingin, padahal itu hanya foto saja.
Untung saja kantor Rifal, dan rumah sakit tempat Valen bekerja tidak jauh, sehingga tidak membutuhkan waktu lama, pria itu sampai di rumah sakit, tempat Valen bekerja.
Mobil hitam miliknya, dia parkir di parkiran lalu turun dari mobilnya, tak lupa pula dia memakai kacamata hitam. Sehingga kacamata melekat di hidungnya yang mancung.
Rifal berjalan di koridor rumah sakit, dengan kacamata miliknya. Benar-benar Lea membuatnya harus meninggalkan pekerjaannya karna tetangganya itu.
Rifal berjalan ke kantin rumah sakit, khusus untuk dokter, namun mengapa Lea bisa lolos. Oh iya, Rifal lupa jika Valen dan Lea akrab semenjak mereka bertetangga.
"Kamu makan dulu, Lea," kata Valen kepada Lea. Mereka sedang berada di kantin rumah sakit untuk makan siang.
Valen memutar bola matanya jengah, karna Nathan sedari tadi memperhatikan dirinya, dan Nathan juga ikut bergabung makan bersama dengan Valen dan juga Lea.
"Bentar dokter Valen, Lea lagi kiriman om Rifal foto. Tapi cuman di read doang."
Uhuk....Uhuk....Uhuk....
Sontak saja perkataan Lea tadi, membuat Valen tersedak minumannya, dengan cekatan Nathan melap bibir Valen dengan tisu.
Dan itu semua tidak luput dari penglihatan sosok pria yang menggunakan kacamata hitam , lalu melepaskan kacamatanya saat melihat kejadian Nathan melap bibir Valen dengan tisu. Untung saja dengan tisu.
"Lea," panggil Valen, dengan suara pelan miliknya.
Lea melirik Valen lalu berkata ada apa?
"Kamu kirim foto apa ke Rifal?" tanya Valen dengan was-was kepada Lea.
"Foto dokter Valen sama dokter Nathan lagi makan," kata Lea santai.
Valen melototkan matanya, benar-benar Lea minta di tobok. Benar-benar gadis itu sangat sulit di tebak. Wajar saja dia masih mempunyai fikiran labil, belum dewasa.
"Ck!"
Mereka bertiga langsung melihat ke arah pintu kantin, saat mendengar suara seseorang sedang berdecih. Mereka melihat Rifal dengan wajah yang sangat sulit mereka artikan.
"Cie!!! om Rifal datang!" pekik Lea saat melihat Rifal berada di ambang pintu kantin.
"Pantas aja om Rifal nggak balas wa Lea, ternyata udah kesini," kata Lea lagi.
Nathan melap bibirnya dengan tisu, sedangkan Rifal berjalan ke arah meja milik Valen.
"Pulang," kata Rifal menarik tangan Valen.
Tentu saja Nathan tidak tinggal diam, dia juga menarik tangan Valen, guna mempertahankan perempuan itu.
"Valen masih punya kewajiban, jadi jangan nyuruh Valen seenak lo," kata Nathan kepada Rifal.
Tangan kiri Valen di pegang oleh Nathan, sedangkan tangan kanan Valen di pegang oleh Rifal, pastinya.
Dokter yang sedang makan siang di kantin tentu saja tidak melewati momen seperti ini, karna yang bersangkutan adalah dokter Nathan yang banyak di sukai dokter senior maupun dokter junior karna ketampanan cowok itu dan kepandaiannya.
Mereka tau, jika saingan mereka mendapatkan Nathan adalah dokter Valen, dokter yang tidak kalah cantiknya dengan dokter lainnya. Yah, bisa di katakan jika Valen dokter junior di rumah sakit ini. Karna baru beberapa bulan bekerja di rumah sakit.
Rifal melirik tangan Nathan yang memegang tangan Valen.
"Ck! lepasin tangan lo dari tangan istri gue," sungut Rifal dengan menekan setia perkataannya. Perkataan Rifal tadi tidak membuat Nathan melepaskan tangannya dari tangan Valen.
Hingga tangan mungil melepaskan tangan Nathan dari pergelangan tangan Valen. "Dokter Nathan! nggak baik pegang-pegang tangan orang yang udah punya suami," peringat Lea kepada Nathan.
Tindakan Lea tadi membuat sudut bibir Rifal terangkat berbentuk senyum," tetangga yang baik. Entar kalau pulang praktek kerumah om. Om kasi uang jajan," kata Rifal kepada Lea.
"Beneran yah om!" kata Lea dan di balas anggukan kepala oleh Rifal.
"Duit bagi gue mah kecil," songong Rifal, membuat Lea tertawa kecil.
"Ok deh, habis praktek Lea bakalan kerumah om Rifal," ucap Lea sembari mengacungkan jempolnya ke arah Rifal.
"Kenapa? Lo nggak mau balik?" tanya Rifal dengan dingin, karna Valen hanya diam.
Valen tersadar dari lamunannya, dia tadi memikirkan perkataan Rifal yang mengatakan jika dirinya adalah istrinya. Memang tidak salah sih, tapi perkataan Rifal membuat Valen melamun.
Tanpa menunggu persetujuan Valen, Rifal langsung menarik tangan Valen keluar dari kantin rumah sakit.
"Fal, tas gue di ruangan gue!" kata Valen, setelah Rifal menbukakan dirinya pintu mobil, dan memaksanya untuk masuk.
"Biar Lea yang ambil!" Lepas itu Rifal menutup pintu mobilnya.
Rifal mengeluarkan mobilnya dari parkiran rumah sakit untuk segera pulang, pria itu sudah tidak ke kantornya lagi.
"Lo apa-apaan sih Fal," kata Valen kepada Rifal." Lo 'kan tau, gue belum selesai kerja," sambungnya kepada Rifal.
Rifal melirik Valen sejenak, lalu kembali fokus menyetir mobilnya.
"Pantes aja lo mau kerja di rumah sakit Medika," sinis Rifal kepada Valen.
Perkataan Rifal membuat Valen menyeritkan alisnya, "maksud lo?" jujur saja, Valen tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Rifal sekarang ini.
"Lo kerja di rumah sakit Medika karna ada Nathan," kata Rifal tanpa menatap Valen, karna pria itu fokus menyetir.
"Gue kerja bukan karna siapa-siapa. Apa lagi karna Nathan," balas Valen kepada Rifal.
"Ck! munafik lo," sungut Rifal.
"Gue nggak maksa seseorang buat percaya sama gue," kata Valen membuang wajahanya ke jendela mobil.
Setelah mengucapakan kata itu, tidak ada lagi yang bersuara di dalam mobil, hanya ada suara mesin mobil halus terdengar dari mobil Rifal, serta pengedara yang berlalu lalang di jalan.
Sekitar tiga puluh menit lebih, akhirnya mobil Rifal masuk ke dalam pekarangan rumah miliknya yang sangat luas di antara rumah lainya.
Rifal mematikan mesin mobilnya, hingga suara handponenya berbunyi menandakan panggilan masuk dari handpone pria itu.
"Hmm." Balas Rifal saat mengangkat telfon dari seberang, saat mengatakan kata halo.
"Lo yang handel Rak," kata Rifal melepaskan sabut pengaman, untuk segera turun. Sedangkan Valen lebih dulu turun dari mobil Rifal, sampai-sampai cowok itu tidak tau jika Valen sudah tidak ada di sampingnya.
"Gue ada urusan, masalah kantor gue percayain sama lo," kata Rifal mematikan handphonya, tanpa menunggu jawaban dari seberang. Rifal langsung berjalan untuk segera masuk ke dalam rumahnya, menyusul Valen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 340 Episodes
Comments
Elly Watty
lea nih rakus ternyata, mkn dr tngan valen jg mkn dr tngan rifal
2023-01-18
0
Alfa Riyansah
bener" rusuh ya
2022-12-07
0
Ayuna
ya ampun kapan mereka baikanya
2022-09-12
0