Jerman
Seorang laki laki yang sudah tidak muda lagi tetapi masih kelihatan sangat tampan sedang berdiri di balkon kamarnya dengan menatap langit langit biru yang belum adanya cahaya matahari yang menyinari bumi pagi ini.
Surya Gunadi
Laki laki yang masih saja hidup sendiri dan tidak ada keinginan sedikitpun untuk dirinya akan menikah lagi. Setelah pernikahan pertamanya kandas dan berujung perceraian, bukan karena perselingkuhan tetapi karena laki laki ini masih saja menyimpan nama seseorang dalam hatinya yang begitu dalam, sangat dalam.
Surya masih berdiri menatap lurus ke depan, dan tiba tiba sekelebat bayangan masa lalunya muncuk di hadapannya
"Shiiitt" umpatnya kesal, ketika bayangan wajah manis wanita pujaannya yang kala itu sedang berada di bawah kungkungannya, hingga membuahkan hasil berupa Adella.
Surya adalah Surya, cinta nya sudah terpatri untuk seseorang dan hatinya sudah di kunci dan kuncinya sudah di buang jauh hingga tak ada lagi yang bisa membukanya, hanya satu orang yang bisa yaitu Mam Delima.
Surya mengamati sebuah kertas yang ada di hadapannya, dia sudah berjanji untuk mengembalikan Adel, lebih tepatnya membawa pulang Adel setelah tiga tahun berada di Jerman.
Dan Surya akan penuhi janji itu. Lusa Surya dan keluarga akan meninggalkan Jerman dan kembali ke Indonesia.
"Sudah saatnya, aku juga kangen kamu" ucapnya dengan tersenyum dan keluar dari kamarnya.
Di ruang tengah, tampak Adel sedang duduk santai sambil memegang ponsel di tangannya. Tidak tau apa yang dilakukan gadis cantik itu.
"Adel..." panggil Papi Surya yang kemudian ikut duduk disamping Adel
"Ya Pi" bibir nya berucap tetapi matanya masih melihat ke arah ponselnya, seakan akan ponselnya ini lebih menarik dibandingkan dengan wajah Papi Surya yang ganteng
Papi Surya sudah tidak kaget dengan kelakuan Adel, karena sifatnya ini nurun dari dirinya, terlalu cuek dengan seseorang.
"Gak ke Sekolah??"
"Bukannya ini hari terakhirmu di sana?"
Adel menggeleng "Gak Pi" jawabnya singkat tetapi matanya masih menatap layar ponselnya
Tangan Surya kemudian mengambil ponsel Adel, tidak niat untuk membaca atau mengetahui apa saja yang ada di dalam ponsel anaknya itu, tetapi malahan menaruhnya di meja.
Sedangkan Adel, hanya diam, dia juga sudah terbiasa dengan sifat Papinya yang seperti itu. Dan itu memang salah dia, yang mengacuhkan Papi nya
"Kenapa??" Papi Surya melanjutkan ucapannya yang sempat terjeda
"Adel benci namanya perpisahan Pi"
Surya mengangguk dan mengelus rambut Adel dengan sayangnya, dan dia juga mengerti apa yang dirasakan oleh putri semata wayangnya itu.
"Walaupun itu hanya perpisahan sementara, dan akan bertemu lagi jika masih melanjutkan sekolah yang sama"
Hari ini adalah acara perpisahan di sekolah Adel, dan Adel sama sekali tidak berniat untuk datang ke sekolah, sekolah yang sudah tiga tahun ditempati Adel untuk menimba ilmu disana, dan hari ini tepat Adel lulus dari Sekolah Menangah Pertama
"Nanti suruh si Om Om itu untuk ambil ijasah Adel aja Pi, atau kalau mau Papi yang ambil"
"Tenang saja, anakmu yang cantik ini tidak akan malu maluin" lanjut Adel
"Om om?" tanya Papi Surya menyelidik
"Huumb...Om om orang suruhannya Papi, yang Papi tugaskan untuk ngintilin Adel, ah Adel sendiri juga gak tau siapa namanya, saking banyaknya"
Papi Surya tersenyum dan mengacak rambut Adel "Jadi Adel sudah tau, kalau ada orang yang ngintilin Adel tiap hari?"
"Maaf sayang, Papi sengaja, bukannya tidak percaya Adel, tapi Papi takut Adel kenapa napa, ini di Jerman bukan di Jakarta, dan teman Adel di sini baru semua, jadi Papi belum tau mana yang tulus dan mana yang enggak"
"Em...alasan di terima Pi, berarti selama ini Papi tau semua dong apa yang aku lakuin?"
Papi Surya mengangguk lalu tersenyum "Dan Papi percaya, anak gadis Papi ini mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang boleh dan mana yang dilarang"
M*am*us...berarti Papi tau kalau aku sering ketemuan ma Kak Chandra, dan Papi juga pasti tau kalau Kak Chandra itu.....batin Adel
Papi tau semuanya, semuanya sayang, dan Papi juga tau kalau kamu ada hubungan dengan seorang casanova ecek ecek yang hobinya making out, dan Papi juga tau kalau kamu belum tersentuh oleh laki laki breng*ek itu, batin Papi Surya*
Bukan tanpa alasan Papi Surya menyuruh anak buahnya untuk memata matai Adel, lebih tepatnya melindungi Adel, selain memang beliau juga khawatir dengan pergaulan anak sekarang, terlebih ini di luar negeri, juga karena pesan dari Mam Delima yang meminta untuk menjaga Adel 24 jam.
"Surya, jaga Adel dengan baik, awas jangan sampai dia lecet sedikitpun, kalau itu terjadi aku tidak sudi lagi bertemu dengan kamu, apalagi mengijinkanmu untuk menemui Adelku, dan aku juga akan mengulitimu dan kubuang seluruh tubuhnya setelah kupotong potong."
Surya senyum senyum sendiri ketika dia mengingat pesan yang dikirimkan Delima tiga tahun yang lalu. Entah mengapa setiap ucapan dan pesan yang Delima ucapkan begitu membekas di hati Surya.
"Papi...." panggil Adel
Papi Surya menoleh "Ada apa sayangnya Papi?"
"Papi mikirin apa, dari tadi senyum senyum sendiri?"
"Jangan bilang Papi mikirin Mam Delima, aku gak akan biarkan Papi sama Mam Delima"
Papi Surya lalu merangkul tubuh Adel dan memberi kecupan di kening Adel "Kamu aneh Del, Papi ini Papi kandungmu tapi kenapa kamu malahan berpihak pada Papa Kenzo sayang" Papi Surya pura pura sedih
Cup
Adel lalu mencium Papi Surya "Udah gak usah drama Pi, gak usah pura pura sedih, Adel juga sayang ma Papi, tapi Adel gak mau buat Mam Delima sedih lagi, cukup Papi dulu yang sudah buat Mam ku menangis, jangan Papi ulangin lagi"
"Tentu sayang, Papi sayang ma Adel tapi Papi juga sayang ma Mam Delima"
"Papi ih......."
"Adel, Papi ada sesuatu untuk kamu"
"Apa Pi??"
Papi Surya menyerahkan selembar kertas yang tidak besar itu
"Tiket??"
Papi Surya mengangguk "Di lihat sayang, di baca juga"
Adel kemudian membaca satu persatu kata demi kata yang tertera di kertas itu. Setelah membaca Adel kemudian melihat ke arah Papi Surya dan dengan cepat kilat langsung memeluknya
"Papi serius?" tanya Adel yang tidak percaya karena beberapa hari kemarin tidak ada obrolan mengenai hal ini.
Papi Surya mengangguk "Sesuai janji Papi ma kamu dan Mam Delima, hanya tiga tahun Papi menjauhkan kalian"
"Kapan berangkatnya Pi?" tanya Adel yang mencoba meyakinkan dirinya
"Lusa sayang....lusa kita berangkat"
Adel tersenyum tetapi seketika senyumnya hilang tatkala mengingat seseorang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 823 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Lho baru lulus SMP ya?? ku pikir udah lulus SMA aja..ku pikir waktu merela ke jeeman itu Adel baru lulus SMP dan sambung SMA nya di jerman,ternyata dugaan ku salah ya 😬😬
2023-05-20
0
Febri Ana
lanjuuuttt
2022-06-05
0
neng aya
🤗
2022-03-25
0