12. Tolong lepaskan aku

Kaka dan Alex berdiri di hadapan Mei yang sedang duduk terikat di kursi. Dengan sorot mata yang tajam Kaka memandangi gadis berseragam sekolah putih abu-abu itu, dan melihat Mei menangis ketakutan.

"Ternyata masih sekolah," ucap Kaka dalam hati.

Mei takut melihat sorot mata tajam laki-laki itu. Ia berpikir keras, cara apa yang akan dia lakukan agar bisa terbebas.

"Apa aku pura-pura tak mengenalnya saja ya? Lagian ia juga tak tau kan. Tapi, dari mana mereka tau kalau itu aku," batin Mei sambil memikirkan caranya.

"Tolong... lepaskan aku! Apa salahku? Siapa kamu, aku tak mengenalmu? Kenapa kamu menculikku?" teriak Mei yang menangis meminta untuk di lepaskan. Mei berpura-pura tidak tahu.

Kaka hanya menepukkan kedua tangannya dengan tersenyum mengahadap Mei. Mei pun terkejut dan takut melihat sikap Kaka seperti itu.

"Sungguh kau tak mengenalku?" tanya Kaka pada Mei.

Mei pun menggelengkan kepalanya berpura-pura tidak mengenalnya.

"Kau tidak usah berpura-pura lagi untuk tidak mengenalku," ucap Kaka dengan penuh penekanan

Mei tersentak mendengar ucapan Kaka, Ia bingung harus melakukan apa lagi.

" M...Maaf tu... an saya sungguh tak mengenal anda," ucap Mei dengan terbata-bata.

"Kau lihat ini" Kaka menunjukkan video di ponselnya saat Mei yang mengaku hamil anaknya. Mei tersentak melihat video itu. Mei pun memutar otaknya untuk menjawab.

" Apa ini tuan? saya tidak mengenal orang yang ada di dalam video itu," suara Mei bergetar karena menangis.

"Haha... kau memang pandai berakting, cepat jawab! Kau pasti tau siapa perempuan yang mengaku hamil anakku itu kan?" Kaka tertawa sambil bertepuk tangan lalu menarik rambut panjang Mei. Alex pun mencoba mencegah tindakan kekerasan Alex pada Mei.

Mei hanya bisa menangis dan menahan sakit kepalanya.

"Aww...sakit. sung... guh a... ku ti... dak ta... hu sia... pa pe... rem... puan itu." Mei meringis menahan sakit kepalanya akibat Kaka yang menarik rambutnya.

"Sakit kamu bilang," bentak Kaka yang masih menarik rambutnya.

Kaka melepaskan rambut Mei dari cengkeraman tangannya.

"Aku bisa melakukan lebih dari ini. Kamu yakin kamu nggak tahu siapa wanita itu," tanya Kaka penuh emosi. Mei hanya menggelengkan kepalanya. Mei masih teguh dengan pendiriannya, tidak mau mengatakan kebenarannya.

"Kau tidak usah berbohong lagi, aku tahu itu kamu," ucap Kaka dengan diselimuti amarah. Mei kaget mendengar ucapan Kaka, tapi ia masih tetap pada pendiriannya.

"Kenapa? kamu kaget? Aku bisa tau, itu kamu," tanya Kaka dengan senyum yang menakutkan bagi Mei.

"Siapa maksud anda? Anda lihat sendiri itu bukan saya," jawab Mei memberanikan dirinya dengan mendongakkan kepalanya menatap Kaka.

"Kau pikir aku bodoh Hah. Kau tidak berpikir sedang berhadapan dengan siapa?" bentak Kaka.

"Tamat sudah kali ini riwayatku. Aku memang bodoh berurusan denganmu. Ini semua sudah terlanjur," gumam Mei dalam hati.

"Maaf tuan, saya sungguh tidak tau tuan siapa,? Sepertinya tuan salah orang. Tuan lihat sendiri saya masih pelajar, mana mungkin saya mengandung anak tuan," jawab Mei sembarang, karena ia sudah tidak tau mau menjawab apa lagi.

Tawa Alex memecah suasana yang kian mencekam karena mendengar jawaban polos meilika.

Kaka menghela nafas panjang mendengar ucapan Meilika.

Mei yang melihat ekspresi wajah Kaka yang nampak bingung sedikit lega karena ia merasa Kaka percaya dengan ucapannya.

"Tuan, tolong lepaskan aku. Aku bukan orang yang anda maksud. Aku mau pulang, aku lapar tuan. Nanti orang tuaku mencariku, jadi tolong lepaskan aku." Mei merengek untuk dilepaskan.

"Melepaskanmu, tidak akan. Aku tidak akan tertipu denganmu," tegas Kaka.

"Oke baiklah, aku akan bertanya satu pertanyaan padamu, jika kamu jujur aku akan membebaskanmu, jika kamu berbohong aku tidak akan melepaskanmu," ucap kaka dan Mei menganggukkan kepalanya.