Tuhan memberikan anugrah kepada manusia berupa kehidupan. Hadiahnya manusia berhak hidup dengan lebih baik.
Perkataan itu sering Maya dengar saat ayah nya masih ada. Seringlah berbuat baik, karna pun sudah berbuat baik, masih sering didalam kesusahan. Apalagi jika berbuat buruk tentulah hidup jadi tak berharga dan selalu didalam kesusahan.
Tubuh nya kini terbaring melepas lelah berhari hari. Mata yang tak ingin di lelap kan. Mengingat saudara nya Romi yang mendekam didalam jeruji besi.
Romi... maafkan mbak. Tapi mbak selalu berdoa untuk mu. Tujuh tahun lagi kita bertemu Romi. Semoga kehidupan yang egois ini memberikan mu pelajaran hidup. Dan menjadi pegangan nantinya.
Mbak kangen ibu Romi...
Air mata nya mengalir dipinggir mata membasahi pipi Maya. Ia menepis air mata itu supaya tak terlalu jauh terjatuh kebawah.
Apa yang akan aku lakukan besok disini. Dan sekarang aku tinggal bersama seorang yang baru ku kenal. Apakah dia bisa dipercaya?
Dan juga.. apakah penduduk disini akan mempermasalahkan aku tinggal dirumah ini tanpa status yang jelas dengan Pramana.
Semoga besok semua membaik.
Tuhan beri aku kekuatan menjalankan hari demi hari sebelum nafas ini berhenti.
Maya memejamkan matanya mencoba menemui ruang mimpi yang telah lama ia tinggalkan. Dan berharap mimpi yang akan datang sebuah mimpi indah.
Matanya yang hampir terpejam kembali terbuka karna mendengar suara berisik dari luar. Karna rumah ini begitu kecil hingga Maya yang didalam kamar mendengar pembicaraan mereka.
Seperti nya mereka kedatangan tamu. Memang ini belum terlalu larut untuk bertamu. Hanya saja Maya begitu lelah dan ingin melepas penat di kamarnya.
Sayup sayup ia dengar suara menyebut tentang kedatangan nya. Mata nya membola saat mendengar perkataan Pramana mengakui jika ia adalah istrinya.
"Kenapa dia bicara begitu? Mungkinkah aparat desa ini tau kedatangan ku? Besok aku akan tanya sama mas Pram."
Maya kembali memejam kan matanya. Mencoba bersikap tenang menunggu rasa penasaran nya sampai matahari terbit.
Pramana mengunci pintu dan menutup kain jendela, ia membakar sebatang rokok lalu duduk diruang tamu. Melihat kearah kamar Maya.
Apa dia sudah tidur .... bagaimana ini. Besok aku harus bicara padanya sebelum bertemu dengan orang orang sini.
Pramana memandang langit langit rumahnya. Memikirkan satu masalah yang mungkin sedang melanda hatinya. Yakni status Maya dirumahnya.
"Apa aku panggil saja ya?"
Pramana menggaruk garuk kepalanya mondar mandir didepan kamar Maya.
Aku panggil saja...
"Maya...."
Tiba tiba Maya keluar dari kamar. Ia melihat Pramana yang dari tadi dilanda kegelisahan.
"Sebentar mas.. aku mau ambil minum" sahut Maya.
Dia seakan tau kalau aku ingin bicara dengan nya. Baguslah.
Pramana duduk diruang tamu. Ia menanti kedatangan Maya yang ia rasa sangat lama sekali.
Menunggu memang membosankan benar begitu? Uhumm... othor rasa juga begitu. Wkwkwk
Wanita itu datang dengan dua gelas air putih. Ia meletakan nya diatas meja dan meminum bagiannya terlebih dahulu.
"Mas ga mau minum?" Maya menenangkan kegelisahan Pramana dengan cara minum. Bisa ga ya?
"Ah.. iya terima kasih Maya.."
Pramana meneguk air putih itu sampai habis. Ia meletakan gelas itu kembali. Menatap Maya yang sedang melihat nya juga.
Dia minum hanya sekali teguk? Dia benar benar gugup.
Bathin Maya
"Maya.." Pramana mulai membuka pembicaraan.
"Ada apa sebenarnya Mas Pram? Bicarakan saja. Aku tidak apa apa." sahut Maya.
"Tadi RW , RT dan beberapa warga kampung ini kerumah, mereka melihat kedatangan mu sejak siang tadi. Karna mereka tau kalau aku hanya hidup sendiri selama ini. Karna memang tak ada keluarga lainnya.
Mereka bertanya tentang mu, agar tak menimbulkan fitnah dan masalah baru... aku mengakui jika kau adalah istri siri ku. Kebetulan aku juga sudah beberapa hari tidak pulang. Jadi mereka percaya jika aku telah menikah."
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments