Perjalanan yang cukup jauh membuat lelah kaki nya melangkah. Beberapa kali ia berhenti. Memukul mukul kakinya. Sedangkan pria tadi tetap berjalan berpura pura tak menghiraukan wanita disampingnya.
"Bisakah kita berhenti sebentar? Kaki ku sudah sangat lelah" ia membungkuk dibelakang pria yang membawa nya tadi.
Pria itu menatapnya dari depan. Mencoba menetralisirkan nafasnya. Kemudian melemparkan pandangan nya kekiri dan ke kanan. Mencari tempat untuk beristirahat sejenak.
"Baiklah, ayo kesana"
Ia menunjuk ke suatu arah. Terdapat batu besar dibawah pohon rindang, yang bisa digunakan untuk berteduh. Melepas lelah mereka selama diperjalanan tadi.
Maya memaksakan kakinya melangkah dengan pelan. Sementara pria iti telah duduk diatas batu itu, meluruskan sendi sendinya.
"Duduklah...!"
"Terima kasih"
Maya memijit mijit kakinya. Dia mengamati pemandangan sekitar. Ada sawah yang membentang luas dihadapannya. Sepanjang jalan tadi ia mengikuti bibir sungai yang terlihat jernih.
"Indahnya...." gumam Maya namun masih terdengar ditelinga orang yang didekatnya.
Pria itu menoleh kearah Maya yang saat ini terkesima menikmati pemandangan didepan mereka.
"Tak akan indah lagi jika kau tak dapat melihatnya"
Maya menoleh kearah pria itu. Berpikir dengan ucapan nya. Apakah niatnya selama ini salah?
"Aku hanya mengagumi ciptaanNya" Maya membuang pandangan jauh kearah sawah membentang.
"Teruslah hidup..." kata kata itu keluar dari mulut pria yang membawanya.
"Kau tak tau apa apa tentang ku" Maya mencoba menoleh sebentar padanya.
"Aku tau... kau wanita yang putus asa. Berniat mengakhiri hidupmu. Apakah kau siap nanti jika bertemu dengan Tuhan?" kali ini pria kekar itu menatap Maya.
Maya terdiam sejenak, meneguk minuman yang diberikan pria itu. Tenggorokan nya mulai segar kembali.
"Apa tujuan mu membawaku kesini?" ia menatap lagi wajah tampan sang pria baikhati.
"Kita bahkan belum sampai" pria itu menjawab santai.
"Kemana sebenarnya tujuan mu?" Maya penasaran dengan tujuan mereka.
"Ketempat kematian mu" pria tampan itu menatapnya dengan senyuman yang ditahannya.
"Apa kau mau membunuh ku?" Maya bergidik mendengar jawaban nya tadi.
"Kau sendiri yang mau membunuh dirimu, aku hanya membantu" kali ini dia menampakan senyuman nya.
Maya kembali diam, dia tak bisa lagi menjawab ucapan pria itu. Karna semua yang diucapkan nya benar. Mati, memang itu keinginannya.
Tapi sekarang ia merasa tak ingin melakukannya. Merasa ada sesuatu hal yang menunggunya disana. Mungkin yang selama ini dicarinya.
»»»»»»»»»»»»»
Rumah itu cukup kecil dibandingkan dengan rumah disekitarnya, lokasinya pun cukup terpencil. Berjarak jauh dari rumah lainnya.
Juga terlihat agak lusuh tak terawat. Terlihat dari halamannya yang dipenuhi tanaman liar. Cat temboknya juga mulai memudar.
Kebun disebelahnya pun sudah ditumbuhi rumput liar. Beberapa batang sayuran terlihat hanya meninggalkan batangnya yang kering. Sangat tak terurus.
Pria itu mengajaknya masuk kedalam rumah setelah membuka pintunya dengan gembok besar yang berwarna hitam.
"Masuklah.." ia berjalan masuk kedalam rumah dan melepaskan sepatunya.
"Dengan siapa kau tinggal?" Maya masih bersiri diambang pintu.
"Aku sendiri" ia meletakan tas yang dibawanya diatas kursi.
"Aku diluar saja" Maya menghentikan langkah kakinya.
"Aku bukan seperti pria dalam pikiran mu!" pria kekar itu masuk kekamar nya.
Maya melangkah masuk dengan keraguan. Ia meyakinkan hatinya bahwa yang membawanya adalah pria baik baik. Semoga saja.
Terdapat sepasang kursi kayu dengan rotan. Ada lemari kaca kecil disudut ruangan, berisikan gelas, tempat kue dan lain lain. Sepertinya tempat penyimpanan. Isi ruangan tersebut sangat sederhana.
Ada satu kamar disebelah ruang tamu dan kamar satu lagi disisi yang berlawanan. Maya terus melihat sampai kedalam. Dapurnya terlihat bersih walaupun tak banyak peralatan disana.
Ia kembali duduk dikursi rotan tersebut. Menunggu intruksi dari pemilik rumah yang sejak tadi masuk kekamar bagian depan.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments