BAB 19 ~ The Proposal ~

Allena berjalan perlahan menuju kamarnya. Saat melewati kamar Zefran dan Frisca, terdengar mereka yang sedang bertengkar. Air matanya mengalir saat mendengar ucapan Zefran yang menyalahkan ramuan itu.

Zefran sama sekali tidak tertarik mendekati Allena jika bukan karena pengaruh dari ramuan itu.

"Saat bersamanya, aku bahkan tidak melihatnya sebagai Allena, yang ada di mataku cuma kamu sayang," ucap Zefran membujuk istrinya.

"Kamu bohong, ramuan itu hanya alasan. Sebenarnya kamu memang ingin menidurinya 'kan," balas Frisca.

Zefran menangkup wajah istrinya. Berusaha meyakinkannya bahwa dirinya sama sekali tidak memandang Allena sebagai seorang istri.

"Percayalah padaku, kamu boleh tanyakan padanya. Saat bersama Allena yang kulihat hanya kamu. Di mataku, yang kupeluk hanya kamu Frisca. Hanya namamu yang aku sebut, sadar atau tidak sadar, di mataku, di hatiku hanya ada kamu Frisca. Dia bahkan menangis karena itu. Ramuan apa pun tidak mampu membuatku berpaling darimu," jelas Zefran membujuk istrinya.

Frisca tersenyum mendengar ucapan Zefran meski terus mengeluarkan air mata. Frisca ingin Zefran meyakinkan dirinya bahwa Zefran selama-lamanya adalah miliknya dan tidak akan berpaling darinya.

"Jangan lakukan itu lagi. Berjanjilah kamu tidak akan tidur lagi dengannya," ucap Frisca sambil memeluk suaminya.

Meski Zefran telah resmi menjadi suami Allena atas izinnya namun Frisca tidak rela jika suaminya menganggap Allena sebagai seorang istri. Frisca tetap ingin Zefran menjadi miliknya seutuhnya. Frisca tidak ingin Zefran membagi cintanya pada gadis itu.

Allena menggelengkan kepalanya kuat dan berlari masuk ke kamarnya. Allena menangis terisak-isak hingga membuat tubuhnya berguncang. Terbayang saat tadi pagi laki-laki itu masih memeluknya di ranjang. Dan sekarang Allena mendapati kenyataan bahwa suaminya sama sekali tidak mau memandangnya sebagai seorang istri lagi.

Gadis itu menangis tersedu-sedu sambil menelungkupkan wajahnya di pinggir jendela kaca. Mengangkat wajahnya dan memandang jauh keluar jendela dengan air mata yang terus mengalir.

Kapan aku bisa terbebas dari sini, aku tidak sanggup lagi hidup bersama mereka, Tuan Zefran selalu mempermainkan aku. Tuan Zefran selalu menyakiti hatiku, aku tidak sanggup lagi, aku tidak sanggup lagi hidup seperti ini, jerit hati Allena dengan air mata yang terus mengalir.

Allena, gadis yang selalu tegar saat menjalani hidup sulit. Tak menangis meski disakiti dan di perlakukan kasar oleh tamu-tamu Night Club. Selalu tegar menghadapi tingkah para tamu yang meremehkan orang-orang seperti dirinya.

Perlakuan kasar, merendahkan, menghina hingga menyulitkannya dalam bekerja sama sekali tidak membuat gadis itu mengeluh dan berputus asa. Gadis itu dengan cepat melupakan apa pun yang terjadi padanya. Melangkah dengan tegar lagi menyelesaikan tugas-tugasnya.

Sekuat tenaga menjalani hidup sulit tanpa mengeluh. Rajin dan menjadi andalan, ceria dengan senyum yang selalu mengulas di bibirnya. Indah seperti bunga yang di rangkainya. Namun menjalani hidup sebagai istri yang tak dianggap membuatnya menyerah dan ingin lari dari kenyataan.

Sementara Allena menangis tersedu-sedu, Zefran memeluk istrinya sambil menciumi wanita yang telah berada dibawahnya itu.

"Aku ingin kamu minum ramuan itu untukku," ucap Frisca tiba-tiba.

"APA..?" tanya Zefran tidak yakin akan permintaan istrinya.

"Aku ingin mencoba merasakan pengaruh dari ramuan itu. Sehebat apa efek ramuan itu mempengaruhimu," ucap Frisca sambil mengecup bibir suaminya.

"Aku tidak sanggup menahannya, setiap saat hanya mengkhayalkanmu, setiap saat ingin kamu ada di hadapanku. Aku benar-benar tidak bisa tidur membayangkanmu di otakku. Aku benar-benar tidak bisa melakukan apa pun sebelum melepaskannya. Ramuan itu berbahaya bisa membuatku membabi buta. Rakus dan selalu membuatku menginginkan lagi, menginginkan lagi setiap saat," jelas Zefran menceritakan pengaruh dari ramuan yang diminumnya itu.

Tanpa sadar laki-laki itu menceritakan perasaan yang dirasakannya terhadap Allena. Selalu ingin lagi dan ingin lagi. Membuat Frisca kembali cemburu saat membayangkan Zefran dengan hasrat menggebu seperti itu akhirnya mendekati Allena.

"Berapa kali kamu melakukannya dengan Allena. Bukankah ramuan itu membuatmu menginginkannya lagi," ucap Frisca dengan wajah cemberut.

"Hanya sekali sayang, aku juga tidak mau jika bukan denganmu," ucap Zefran.

"Aku ingin merasakanmu saat meminum ramuan itu," bisik Frisca.

Zefran tersenyum, sambil terus memberikan apa yang diinginkan istrinya. Laki-laki itu akhirnya menyanggupi permintaan istrinya.

"Asalkan kamu siap sedia untukku," ucap Zefran sambil mengakhiri sesi bercinta mereka.

Zefran melepaskan pelukannya dan menatap lurus ke langit-langit kamar sambil mengatur nafasnya. Bayangan Allena muncul di sana. Laki-laki itu memejamkan matanya namun bayangan gadis itu sambil tersenyum tetap muncul di pelupuk matanya. Frisca menyandarkan kepalanya di bahu Zefran. Itu membuatnya sadar dan tersenyum memandang istrinya.

"Kalau begitu kita rencanakan kapan kamu akan meminumnya," ucap Frisca sambil mengecup rahang suaminya.

"Terserah padamu sayang, aku rasa Mommy akan senang sekali kalau kita menghabiskan ramuan itu," ucap Zefran sambil mengusap punggung halus istrinya.

"Mungkin ini bisa membuatku hamil, Zefran, kita harus segera mencobanya," ucap Frisca tiba-tiba begitu semangat.

Zefran tertawa melihat semangat istrinya dan terlebih lagi bersyukur karena Frisca telah melupakan apa yang terjadi antara dirinya dan Allena.

Saat makan malam bersama, tanpa malu-malu Frisca menanyakan ramuan herbal itu pada Ny. Mahlika. Tentu saja itu sangat mengejutkan bagi Ny. Mahlika karena baru tadi pagi menantunya itu kesal dengan efek dari ramuan yang diminum suaminya, sekarang Frisca justru kembali menanyakannya.

Zefran melirik Allena yang menyantap makan malamnya dengan wajah yang murung. Zefran sangat ingin menanyakan keadaannya namun tak mungkin dilakukannya.

"Bukannya kamu tidak suka suamimu meminum ramuan itu?" tanya Ny. Mahlika.

Sesungguhnya Ny. Mahlika menyiapkan ramuan itu bukan untuk Frisca. Wanita usia senja itu sudah putus asa terhadap menantunya yang satu itu. Menurutnya ramuan apa pun tidak akan berguna lagi bagi menantu pertamanya itu.

Ny. Mahlika ingin maksimal membuat Zefran mendekati Allena hingga bisa segera membuat menantu keduanya itu hamil dan melahirkan cucu untuknya. Namun wanita tegas itu merasa kasihan melihat Frisca. Nyonya besar itu juga tetap ingin berlaku adil pada menantu-menantunya.

Ramuan itu hanya untuk kesenangan bagi Frisca tapi tidak akan menghasilkan apa-apa.

Asalkan kamu rela suamimu menggunakannya untuk Allena maka aku akan memberikannya juga untukmu seberapa pun yang kamu mau, batin Mahlika sambil tersenyum mengangguk.

Frisca merasa sangat senang, senyum mengembang dari bibirnya dan Zefran juga ikut tersenyum. Hanya Allena yang selalu terlihat murung.

Anggap saja ini hadiah hiburan untukmu karena mengikhlaskan putraku menikah lagi. Aku harap mulai sekarang kamu terbiasa menerima kenyataan kalau suamimu akan jatuh cinta pada istrinya yang lain, batin Mahlika masih tersenyum melihat keceriaan wajah menantu pertamanya itu.

Allena mempercepat makan malamnya dengan alasan harus segera bersiap-siap berangkat kerja ke Night Club. Mendengar itu hati Zefran risau, membayangkan Allena di dekati lagi oleh sahabatnya, Valendino.

Dari balik jendela kaca, Zefran tidak bisa menutupi kegalauan hatinya saat melihat Allena berjalan menuju pagar rumah mereka. Gadis itu akan menunggu mobil jemputannya di depan gerbang rumah itu.

"Ada apa sayang? Kamu sedang perhatikan apa?" tanya Frisca ikut melongok mencari apa yang Zefran lihat.

Laki-laki itu langsung mengalihkan perhatian istrinya. Mengajak wanita cantik itu duduk di sofa di kamar mereka.

"Kapan Mommy memberikan ramuannya?" tanya Zefran.

"Terserah kapan kita mau, aku akan meminta dan menyimpannya jadi kapan pun kita ingin kamu bisa langsung meminumnya," usul Frisca.

Zefran mengangguk, apa pun usul Frisca akan disetujuinya asalkan istrinya itu tidak menatap ke jendela melihat siapa yang dipandangnya melalui jendela kaca itu.

Pagi-pagi sekali Frisca mendatangi Ny. Mahlika yang asyik membaca laporan keuangan perusahaannya di kamarnya. Ny. Mahlika mempersilakan masuk setelah mendengar bunyi ketukan pintu. Nyonya besar itu melepaskan kacamatanya dan menutup laptop-nya. Menatap sambil tersenyum pada menantu yang dulu menjadi kesayangannya itu.

"Ada apa Frisca?  Tidak biasanya kamu mencari Mommy pagi-pagi sekali," tanya Mahlika.

"Mommy bisa memberiku ramuan herbal itu?" tanya Frisca tanpa malu-malu.

Ny. Mahlika tersenyum, ramuan dengan harga yang fantastis itu tentu saja tidak bisa sembarang orang diberikannya. Namun, karena terlanjur berjanji, Ny. Mahlika akhirnya mengangguk.

Harapanku sudah habis untukmu Frisca tapi tidak apa-apalah, siapa tahu kamu bisa memberikan kejutan untukku, pikir Mahlika dalam hati.

Ny. Mahlika membuka lemari di kamarnya dan mengeluarkan sebotol ramuan herbal itu. Menyerahkan pada menantunya dan disambut bahagia oleh Frisca. Ny. Mahlika menatap iba pada menantunya itu.

Nyonya besar itu menganggukkan kepala saat Frisca pamit keluar dari kamar. Menatap punggung menantunya yang berjalan dengan riang menuju pintu kamar.

Mudah-mudahan ada kejutan darimu Frisca, karena berharap pada Allena, aku jadi mengabaikanmu. Bagaimanapun juga kamu masih menantuku, berusahalah! Aku masih mengharapkan cucu darimu, jerit hati Mahlika.

Frisca membuka pintu kamarnya dan melihat Zefran sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Sambil tersenyum Frisca menghampiri suaminya.

"Ingin tahu apa yang ada di belakangku?" tanya Frisca bermain-main.

Zefran yang sedang merapikan dasinya mengintip ke balik punggung istrinya namun Frisca mengelak.

"Eits.., tidak boleh ngintip-ngintip, tebak saja," ucap Frisca.

Zefran tersenyum memandang Frisca melalui cermin di hadapannya.

"Ramuan itu," ucap Zefran singkat.

"Yaa, ketebak," ucap Frisca sambil memberikan botol ramuan herbal itu.

"Kenapa begitu berharap ramuan dari Mommy, kalau kamu mau, kita bisa membelinya sendiri," ucap Zefran.

"Kalau harganya tidak masalah tapi mencarinya yang susah. Kita tidak punya akses untuk mendapatkannya," ucap Frisca.

"Tidak dijual bebas?" tanya Zefran.

"No," jawab Frisca singkat.

"Lalu dari mana kamu tahu tentang ramuan itu?" tanya Zefran heran.

"Obrolan sesama gadis dulu," ucap Frisca.

"Obrolan gadis membicarakan ramuan yang bisa meningkatkan gairah seksual?" tanya Zefran heran.

"Gadis-gadis bisa membicarakan apa saja, apalagi dalam hal seperti itu. Itu justru saat-saat rasa ingin tahu yang sangat tinggi terhadap hal-hal semacam itu. Karena tidak bisa seenaknya dibicarakan seperti orang dewasa yang bebas membicarakannya," ucap Frisca menjelaskannya.

"Jadi ini susah didapat?" tanya Zefran.

Frisca mengangguk.

"Kapan kita mencobanya?" tanya Zefran sambil melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.

"Nanti malam," ucap Frisca tegas dan pasti.

"Ok.., kamu beri tahu kapan saatnya aku meminum ini," ucap Zefran sambil memasukkan botol kecil itu ke dalam saku jas nya.

Mereka pun bersiap-siap untuk sarapan bersama, seperti biasa saat turun dari lantai atas, dua sejoli itu sudah mendapati My. Mahlika dan Allena yang sedang menyantap sarapan pagi mereka. Frisca tersenyum saat melihat sayur kesukaannya terhidang meski khusus untuknya.

"Ini sayang kamu makan brokoli punyaku," ucap Frisca berbaik hati membagi brokoli miliknya.

"Tidak usah, aku sudah mengambil banyak sayur," ucap Zefran.

"Ini ambil saja punyaku, kasihan kamu tidak memakan brokoli," ucap Frisca memaksa dengan gaya yang manja.

Mendengar itu Allena merasa terusik, sarapan pagi yang tadinya hening menjadi terasa begitu ribut mendengar dua sejoli yang sibuk membicarakan sayur yang satu itu.

"Tuan Zefran tidak menyukainya, dia membenci brokoli. Kenapa nyonya harus memaksanya makan apa yang tidak disukainya? Dan tuan, kenapa tidak mengatakan terus terang kalau tuan sebenarnya tidak menyukai brokoli," ucap Allena yang sama sekali tidak membutuhkan jawaban dari kedua orang itu.

Namun, membuat keduanya terperangah, sementara Ny. Mahlika hanya tersenyum. Frisca merasa jengkel atas ucapan Allena yang berani menyela obrolan manja mereka.

"Urus saja urusanmu, jangan ikut campur urusan orang," ucap Frisca membalas dengan tatapan mata yang tajam.

Zefran menghela nafas berat, kedua istrinya seperti hendak bersitegang.

"Cobalah untuk mengerti dirinya, jangan suka memaksa kesukaan sendiri pada orang lain. Kalau sekedar tidak suka mungkin masih bisa ditolerir tapi tuan Zefran membencinya, membencinya. Kenapa dipaksa untuk menyukainya?" ucap Allena menekankan kata benci hingga membuat istri pertama suaminya itu kembali terperangah.

Allena sudah tidak peduli lagi, bersikap sopan kepada kedua orang itu, tetap saja tidak membuat mereka menghargainya. Bersikap patuh dan tunduk pada mereka, tetap saja tidak membuat kedua orang itu peduli pada perasaannya.

Allena merasa sikap mereka selalu seenaknya. Zefran yang menghancurkan hatinya dengan perbuatannya lalu mengkambinghitamkan ramuan sebagai penyebab laki-laki itu melampiaskan hasrat padanya.

Sementara Frisca, sejak dulu Allena mengetahui niatnya menerima dimadu untuk membuat posisinya tetap bertahan sebagai istri Zefran.

Tuan tidak tertarik padaku bukan? Jika bukan karena ramuan itu Tuan tidak mau mendekatiku. Dan nyonya, belum cukupkah memanfaatkan aku untuk mengamankan posisimu? Benarkah kamu bersedia dimadu? Jika bersedia harusnya kamu membiarkan suamimu tidur denganku, jerit hati Allena.

Namun, hanya bisa diucapkannya dalam hati. Hanya matanya yang menatap pada wanita kelas atas di hadapannya itu.

Frisca tertawa dengan nada tak percaya, wanita itu tidak yakin Allena begitu berani mengucapkan kata-kata yang terkesan mengajarinya. Sementara Zefran merasa senang dibela namun tidak suka jika Frisca harus ribut dengan Allena.

"Kamu berani.."

"Sudahlah cukup!" ucap Mahlika menghentikan Frisca.

"Mommy rasa Allena benar, kamu tidak boleh memaksakan kesukaanmu pada orang lain, sementara Zefran, cobalah bersikap terus terang. Menyenangkan hati istri itu bagus tapi tidak harus mengorbankan diri sendiri. Kamu membuat Frisca terlihat seperti orang yang suka memaksa." Nasehat Mahlika.

Pasangan itu diam tertunduk, Allena bangkit dari tempat duduknya.

"Maaf Mommy, saya telah selesai sarapan. Saya pamit berangkat duluan," ucap Allena tanpa memandang kedua orang itu.

Ny. Mahlika mengangguk, Allena bergegas mengambil tasnya dan berangkat ke toko bunga. Gadis itu tidak ingin menunggu kedua orang itu berangkat lebih dulu. Mengantar mereka hingga ke teras untuk diabaikan tak ingin dilakukan Allena lagi.

Gadis itu memilih berangkat lebih dulu dari mereka, membuat Frisca merasa aneh, sementara Zefran hanya bisa menatap punggung gadis itu yang berjalan menghilang di balik pintu.

Di toko bunga, Allena lebih banyak termenung. Membuatnya kaget saat tiba-tiba melihat buket bunga terlempar di atas etalase di sampingnya.

"Buket bunga yang sangat jelek, perbaiki lagi!!!"

Allena terperangah mendengar ucapan yang tidak sopan itu. Meraih buket bunga yang dilempar sembarangan di depannya itu lalu menoleh ke arah pemilik suara.

"Ini…, Oh ... Kak Valen?" ucap Allena tertawa sambil menutup wajahnya dengan buket bunga favoritnya itu.

Valendino menepis buket bunga itu hingga bisa melihat wajah Allena yang tertawa di baliknya.

"Selalu mengerjaiku seperti ini," ucap Allena.

"Siapa yang mengerjai? Aku serius, buket bunga itu jelek sekali aku minta diperbaiki. Lagi pula kenapa kemarin tidak masuk kerja? Apa sakit lagi?" tanya Valendino.

"Tidak ada apa-apa, cuma ada sedikit halangan," jawab Allena.

"Padahal aku ingin memberikan sesuatu padamu," ucap Valendino.

"Tadi malam kita bertemu di Night Club, kenapa tidak diberikan saat itu?" tanya Allena.

"Momennya tidak cocok dengan suasana di situ," jelas Valendino.

Allena mengangguk.

"Serius ini diperbaiki? Aku yakin ini bukan bikinan florist di sini. Florist yang tidak berbakat pun tidak akan merangkai buket sejelek ini. Kak Valen pasti sengaja mengacaknya," tuduh Allena sambil tersenyum

Valendino terpesona menatap manisnya senyum Allena.

Allena mulai melepas pita yang mengikat buket bunga itu. Dalam hatinya berpikir Valendino mungkin kesal karena tidak bertemu dengannya hingga mengacak buket bunga yang tadinya ingin diberikan padanya.

Valendino sering membeli bunga yang dirangkainya sendiri untuk diberikan padanya lagi. Gadis itu senyum sendiri membayangkan Valendino yang kesal karena tidak menemukannya di toko kemarin pagi.

Senyum gadis itu tiba-tiba memudar saat melihat sebentuk cincin yang melingkar di tangkai bunga. Dengan mata yang berkaca-kaca gadis itu mendorongnya perlahan keluar dari tangkai bunga itu dan mengambilnya.

Menatap lalu memberikannya pada Valendino. Lalu kembali melanjutkan merangkai bunga itu seperti tidak terjadi apa-apa. Valendino menahan jemari Allena, membuat gadis itu berhenti melakukan tugasnya. Valendino membalik tubuh Allena menghadapnya.

"Allena, menikahlah denganku!" ucap Valendino.

Air mata Allena yang tergenang di pelupuk matanya tak lagi mampu dibendungnya. Perlahan turun membasahi pipi gadis itu.

"Aku tidak memintamu untuk menikah sekarang. Aku bisa menunggu sampai kapan pun kamu mau, sebulan, setahun bahkan sepuluh tahun pun, jika kamu menerimaku, aku akan sabar menunggu," ucap Valendino.

Allena menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tubuhnya berguncang menahan tangisnya yang tersedu-sedu. Valendino iba menatap gadis itu lalu meraihnya ke dalam pelukannya.

Valendino merasakan guncangan tubuh Allena. Semakin mendekapnya erat dan berharap Allena sadar bahwa dia memiliki dirinya untuk tempat bersandarnya.

...~  Bersambung  ~...

Terpopuler

Comments

Lily

Lily

egois
dimana nuranimu sebagai perempuan friscaw

2024-02-25

0

rita ratnawati

rita ratnawati

sd pe sini baca peran Alena nangis Mulu cengeng bodoh gampang d aniaya gk suka sk karskternya

2022-10-01

2

Hera

Hera

woowww tawaran valen bgitu buat allena merasa bgitu dicintai tpi gimana diterima ga yaa

2022-06-05

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ The Perfect Couple ~
2 BAB 2 ~ Janji Perjodohan ~
3 BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~
4 BAB 4 ~ Malam Pertama ~
5 BAB 5 ~ Honeymoon ~
6 BAB 6 ~ Di Hotel ~
7 BAB 7 ~ Harapan ~
8 BAB 8 ~ Bunga Pelengkap ~
9 BAB 9 ~ Pernyataan ~
10 BAB 10 ~ Kembali ~
11 BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~
12 BAB 12 ~ Kembali Bekerja ~
13 BAB 13 ~ Menyesal ~
14 BAB 14 ~ S A K I T ~
15 BAB 15 ~ Harapan Bunga Pelengkap ~
16 BAB 16 ~ Pembalasan ~
17 BAB 17 ~ Penyerahan Diri ~
18 BAB 18 ~ Menolak ~
19 BAB 19 ~ The Proposal ~
20 BAB 20 ~ Menerima ~
21 BAB 21 ~ Menunggu ~
22 BAB 22 ~ Mengejar ~
23 BAB 23 ~ Menginginkan ~
24 BAB 24 ~ Terlanjur ~
25 BAB 25 ~ Sedih dan Bahagia ~
26 BAB 26 ~ Dia Milikku ~
27 BAB 27 ~ Jangan Menunggu ~
28 BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
29 BAB 29 ~ Di Rumah Sakit ~
30 BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
31 BAB 31 ~ Welcome Home ~
32 BAB 32 ~ Masa Lalu ~
33 BAB 33 ~ Membuktikan ~
34 BAB 34 ~ Birth of Day ~
35 BAB 35 ~ Menerima ~
36 BAB 36 ~ Meragukan ~
37 BAB 37 ~ Rencana ~
38 BAB 38 ~ Jangan Pergi ~
39 BAB 39 ~ Keputusan ~
40 BAB 40 ~ Kesempatan ~
41 BAB 41 ~ Z E N O' S ~
42 BAB 42 ~ Kembali Lagi ~
43 BAB 43 ~ Kemunculan ~
44 BAB 44 ~ Tak Rela ~
45 BAB 45 ~ Berharap Kembali ~
46 BAB 46 ~ Permintaan ~
47 BAB 47 ~ Saya Zeno ~
48 BAB 48 ~ J A N J I ~
49 BAB 49 ~ Terkuak ~
50 BAB 50 ~ Mengejutkan ~
51 BAB 51 ~ Vonis ~
52 BAB 52 ~ Curhat ~
53 BAB 53 ~ Berita ~
54 BAB 54 ~ Ingkar Janji ~
55 BAB 55 ~ Zeno adalah Zefano ~
56 BAB 56 ~ Mengakui ~
57 BAB 57 ~ Kembali Bersama ~
58 BAB 58 ~ Ingin Memiliki ~
59 BAB 59 ~ Berharap Dimaafkan ~
60 BAB 60 ~ Menolak ~
61 BAB 61 ~ Menjelaskan ~
62 BAB 62 ~ Di Ruang Rawat Inap ~
63 BAB 63 ~ Hilang ~
64 BAB 64 ~ Menunggu Kabar ~
65 BAB 65 ~ Pelarian ~
66 BAB 66 ~ Yang Kedua ~
67 BAB 67 ~ Saat Pelarian ~
68 BAB 68 ~ Sesaat Bahagia ~
69 BAB 69 ~ Mencari ~
70 BAB 70 ~ Menyusul Zefano ~
71 BAB 71 ~ Namanya Siapa? ~
72 BAB 72 ~ Memaafkan ~
73 BAB 73 ~ Seperti Semula ~
74 BAB 74 ~ Pesta Kelahiran ~
75 BAB 75 ~ Pesta dan Persahabatan ~
76 BAB 76 ~ Dirindukan ~
77 BAB 77 ~ Saling Memaafkan ~
78 BAB 78 ~ Direstui ~
79 BAB 79 ~ Kunjungan ke RS ~
80 BAB 80 ~ Dejavu yang Berbeda ~
81 BAB 81 ~ Bertanya ~
82 BAB 82 ~ Salah Paham~
83 BAB 83 ~ Menyendiri ~
84 BAB 84 ~ Pengertian ~
85 BAB 85 ~ Berbaikan ~
86 BAB 86 ~ Kesempatan ~
87 BAB 87 ~ Frisca's Prewedding ~
88 BAB 88 ~ Frisca's Wedding ~
89 BAB 89 ~ Di Pesta Frisca ~
90 BAB 90 ~ Resepsi Valen dan Shinta ~
91 BAB 91 ~ Surat yang Terselip ~
92 BAB 92 ~ Tamu dari Masa Lalu ~
93 BAB 93 ~ Cincin ~
94 BAB 94 ~ Di Villa Frisca ~
95 BAB 95 ~ The Proposals ~
96 BAB 96 ~ Kembali ke Rumah ~
97 BAB 97 ~ Di Paris ~
98 BAB 98 ~ Menyusul ~
99 BAB 99 ~ Kenapa Robert? ~
100 BAB 100 ~ Kembali dari Paris ~
101 BAB 101 ~ Menjenguk Dion ~
102 BAB 102 ~ Karena Masa Lalu ~
103 BAB 103 ~ Kembali Menyesal ~
104 BAB 104 ~ Menolak ~
105 BAB 105 ~ Masih Mencintai ~
106 BAB 106 ~ Dejavu ~
107 BAB 107 ~ Pulang ke Rumah ~
108 BAB 108 ~ Memaafkan ~
109 BAB 109 ~ Z love Z ~
110 BAB 110 ~ Menyadari ~
111 BAB 111 ~ Selesai ~
112 BAB 112 ~ Zifara's Show ~
113 BAB 113 ~ Dokter Cintaku ~
114 BAB 114 ~ Keluarga Kecilku ~
115 BAB 115 ~ Keluarga Sempurna ~
116 BAB 116 ~ Mundur ~
117 BAB 117 ~ Prasangka ~
118 BAB 118 ~ Ronald & Kayla's Wedding ~
119 BAB 119 ~ Soft Opening Rivaldo's Cafe ~
120 BAB 120 ~ Memilih ~
121 BAB 121 ~ Tak Sia-Sia ~
122 BAB 122 ~ Tidak Kenal ~
123 BAB 123 ~ Pengalaman ~
124 BAB 124 ~ Resepsi yang Tertunda ~
125 BAB 125 ~ Insiden di Resepsi ~
126 BAB 126 ~ Resepsi ~
127 BAB 127 ~ Di Taman ~
128 BAB 128 ~ Berjanji ~
129 BAB 129 ~ Awal Cinta ~
130 BAB 130 ~ Beralih ~
131 BAB 131 ~ Di Mall ~
132 BAB 132 ~ Menjelaskan ~
133 BAB 133 ~ Pertemuan ~
134 BAB 134 ~ Lembar Hidup Baru Lagi ~
135 BAB 135 ~ Berbagi ~
136 BAB 136 ~ Sahabat Baru ~
137 BAB 137 ~ Curiga ~
138 BAB 138 ~ Mempertahankan ~
139 BAB 139 ~ Jangan Lagi ~
140 BAB 140 ~ Tak Ingin yang Lain ~
141 BAB 141 ~ Tekad Masa Lalu ~
142 BAB 142 ~ Persaingan Masa Lalu ~
143 BAB 143 ~ Selalu Ingin ~
144 BAB 144 ~ Gerak Cepat ~
145 BAB 145 ~ Janji ~
146 BAB 146 ~ Janji yang Terlupakan ~
147 BAB 147 ~ Mundur ~
148 BAB 148 ~ Tetap Maju ~
149 BAB 149 ~ Rencana Bertemu ~
150 BAB 150 ~ Rahma & Patrick' s Wedding ~
151 BAB 151 ~ Yang Bisa Mengalihkan ~
152 BAB 152 ~ Cinta Menggebu ~
153 BAB 153 ~ Undangan ~
154 BAB 154 ~ Percaya ~
155 BAB 155 ~ Happy Ending ~
Episodes

Updated 155 Episodes

1
BAB 1 ~ The Perfect Couple ~
2
BAB 2 ~ Janji Perjodohan ~
3
BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~
4
BAB 4 ~ Malam Pertama ~
5
BAB 5 ~ Honeymoon ~
6
BAB 6 ~ Di Hotel ~
7
BAB 7 ~ Harapan ~
8
BAB 8 ~ Bunga Pelengkap ~
9
BAB 9 ~ Pernyataan ~
10
BAB 10 ~ Kembali ~
11
BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~
12
BAB 12 ~ Kembali Bekerja ~
13
BAB 13 ~ Menyesal ~
14
BAB 14 ~ S A K I T ~
15
BAB 15 ~ Harapan Bunga Pelengkap ~
16
BAB 16 ~ Pembalasan ~
17
BAB 17 ~ Penyerahan Diri ~
18
BAB 18 ~ Menolak ~
19
BAB 19 ~ The Proposal ~
20
BAB 20 ~ Menerima ~
21
BAB 21 ~ Menunggu ~
22
BAB 22 ~ Mengejar ~
23
BAB 23 ~ Menginginkan ~
24
BAB 24 ~ Terlanjur ~
25
BAB 25 ~ Sedih dan Bahagia ~
26
BAB 26 ~ Dia Milikku ~
27
BAB 27 ~ Jangan Menunggu ~
28
BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
29
BAB 29 ~ Di Rumah Sakit ~
30
BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
31
BAB 31 ~ Welcome Home ~
32
BAB 32 ~ Masa Lalu ~
33
BAB 33 ~ Membuktikan ~
34
BAB 34 ~ Birth of Day ~
35
BAB 35 ~ Menerima ~
36
BAB 36 ~ Meragukan ~
37
BAB 37 ~ Rencana ~
38
BAB 38 ~ Jangan Pergi ~
39
BAB 39 ~ Keputusan ~
40
BAB 40 ~ Kesempatan ~
41
BAB 41 ~ Z E N O' S ~
42
BAB 42 ~ Kembali Lagi ~
43
BAB 43 ~ Kemunculan ~
44
BAB 44 ~ Tak Rela ~
45
BAB 45 ~ Berharap Kembali ~
46
BAB 46 ~ Permintaan ~
47
BAB 47 ~ Saya Zeno ~
48
BAB 48 ~ J A N J I ~
49
BAB 49 ~ Terkuak ~
50
BAB 50 ~ Mengejutkan ~
51
BAB 51 ~ Vonis ~
52
BAB 52 ~ Curhat ~
53
BAB 53 ~ Berita ~
54
BAB 54 ~ Ingkar Janji ~
55
BAB 55 ~ Zeno adalah Zefano ~
56
BAB 56 ~ Mengakui ~
57
BAB 57 ~ Kembali Bersama ~
58
BAB 58 ~ Ingin Memiliki ~
59
BAB 59 ~ Berharap Dimaafkan ~
60
BAB 60 ~ Menolak ~
61
BAB 61 ~ Menjelaskan ~
62
BAB 62 ~ Di Ruang Rawat Inap ~
63
BAB 63 ~ Hilang ~
64
BAB 64 ~ Menunggu Kabar ~
65
BAB 65 ~ Pelarian ~
66
BAB 66 ~ Yang Kedua ~
67
BAB 67 ~ Saat Pelarian ~
68
BAB 68 ~ Sesaat Bahagia ~
69
BAB 69 ~ Mencari ~
70
BAB 70 ~ Menyusul Zefano ~
71
BAB 71 ~ Namanya Siapa? ~
72
BAB 72 ~ Memaafkan ~
73
BAB 73 ~ Seperti Semula ~
74
BAB 74 ~ Pesta Kelahiran ~
75
BAB 75 ~ Pesta dan Persahabatan ~
76
BAB 76 ~ Dirindukan ~
77
BAB 77 ~ Saling Memaafkan ~
78
BAB 78 ~ Direstui ~
79
BAB 79 ~ Kunjungan ke RS ~
80
BAB 80 ~ Dejavu yang Berbeda ~
81
BAB 81 ~ Bertanya ~
82
BAB 82 ~ Salah Paham~
83
BAB 83 ~ Menyendiri ~
84
BAB 84 ~ Pengertian ~
85
BAB 85 ~ Berbaikan ~
86
BAB 86 ~ Kesempatan ~
87
BAB 87 ~ Frisca's Prewedding ~
88
BAB 88 ~ Frisca's Wedding ~
89
BAB 89 ~ Di Pesta Frisca ~
90
BAB 90 ~ Resepsi Valen dan Shinta ~
91
BAB 91 ~ Surat yang Terselip ~
92
BAB 92 ~ Tamu dari Masa Lalu ~
93
BAB 93 ~ Cincin ~
94
BAB 94 ~ Di Villa Frisca ~
95
BAB 95 ~ The Proposals ~
96
BAB 96 ~ Kembali ke Rumah ~
97
BAB 97 ~ Di Paris ~
98
BAB 98 ~ Menyusul ~
99
BAB 99 ~ Kenapa Robert? ~
100
BAB 100 ~ Kembali dari Paris ~
101
BAB 101 ~ Menjenguk Dion ~
102
BAB 102 ~ Karena Masa Lalu ~
103
BAB 103 ~ Kembali Menyesal ~
104
BAB 104 ~ Menolak ~
105
BAB 105 ~ Masih Mencintai ~
106
BAB 106 ~ Dejavu ~
107
BAB 107 ~ Pulang ke Rumah ~
108
BAB 108 ~ Memaafkan ~
109
BAB 109 ~ Z love Z ~
110
BAB 110 ~ Menyadari ~
111
BAB 111 ~ Selesai ~
112
BAB 112 ~ Zifara's Show ~
113
BAB 113 ~ Dokter Cintaku ~
114
BAB 114 ~ Keluarga Kecilku ~
115
BAB 115 ~ Keluarga Sempurna ~
116
BAB 116 ~ Mundur ~
117
BAB 117 ~ Prasangka ~
118
BAB 118 ~ Ronald & Kayla's Wedding ~
119
BAB 119 ~ Soft Opening Rivaldo's Cafe ~
120
BAB 120 ~ Memilih ~
121
BAB 121 ~ Tak Sia-Sia ~
122
BAB 122 ~ Tidak Kenal ~
123
BAB 123 ~ Pengalaman ~
124
BAB 124 ~ Resepsi yang Tertunda ~
125
BAB 125 ~ Insiden di Resepsi ~
126
BAB 126 ~ Resepsi ~
127
BAB 127 ~ Di Taman ~
128
BAB 128 ~ Berjanji ~
129
BAB 129 ~ Awal Cinta ~
130
BAB 130 ~ Beralih ~
131
BAB 131 ~ Di Mall ~
132
BAB 132 ~ Menjelaskan ~
133
BAB 133 ~ Pertemuan ~
134
BAB 134 ~ Lembar Hidup Baru Lagi ~
135
BAB 135 ~ Berbagi ~
136
BAB 136 ~ Sahabat Baru ~
137
BAB 137 ~ Curiga ~
138
BAB 138 ~ Mempertahankan ~
139
BAB 139 ~ Jangan Lagi ~
140
BAB 140 ~ Tak Ingin yang Lain ~
141
BAB 141 ~ Tekad Masa Lalu ~
142
BAB 142 ~ Persaingan Masa Lalu ~
143
BAB 143 ~ Selalu Ingin ~
144
BAB 144 ~ Gerak Cepat ~
145
BAB 145 ~ Janji ~
146
BAB 146 ~ Janji yang Terlupakan ~
147
BAB 147 ~ Mundur ~
148
BAB 148 ~ Tetap Maju ~
149
BAB 149 ~ Rencana Bertemu ~
150
BAB 150 ~ Rahma & Patrick' s Wedding ~
151
BAB 151 ~ Yang Bisa Mengalihkan ~
152
BAB 152 ~ Cinta Menggebu ~
153
BAB 153 ~ Undangan ~
154
BAB 154 ~ Percaya ~
155
BAB 155 ~ Happy Ending ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!