BAB 18 ~ Menolak ~

Allena berdiri di depan kamar Zefran dan menanyakan keadaan laki-laki itu namun tidak terdengar jawaban apapun.

Allena ingin kembali ke kamarnya tapi urung mendengar Zefran membukakan pintu. Allena merasakan tubuhnya ditarik ke dalam pelukan laki-laki itu. Zefran menutup pintu dan langsung mencium bibir gadis itu. Laki-laki itu menciumnya begitu bernafsu hingga membuat Allena tidak bisa bernafas. Berkali-kali membenamkan bibirnya lebih dalam mencari dan mengejar lidah lembut gadis itu.

Tak cukup sampai di situ, Zefran menggendong Allena dan menghempaskannya ke ranjang. Semakin bernafsu menciumi leher gadis itu dan perlahan melucuti pakaiannya. Zefran membuat Allena menikmati ciumannya hingga tak sadar laki-laki itu telah menanggalkan seluruh pakaiannya.

Allena kaget saat menyadari blouse-nya telah terlepas dan membuatnya polos tidak mengenakan apa-apa. Zefran ingin kembali merasakan sensasi bercinta dengan Allena.

Tadi, Zefran memilih pulang dari Night Club lebih cepat karena tidak tahan melihat perlakuan manis Valendino terhadap istrinya. Valendino memanjakan gadis itu dan Allena tersenyum setiap kali memandang laki-laki itu. Zefran cemburu, sepanjang perjalanan menyesali kehadirannya di Night Club itu.

Kurang ajar, mengajakku bergabung hanya untuk memperlihatkan kemesraanmu pada istriku, kurang ajar kamu Valen, jerit hati Zefran

Berkali-kali Zefran memukul stir mobil untuk melampiaskan kekesalannya. Semakin kesal saat melihat mobil yang berjalan pelan di depannya. Zefran sangat ingin sampai di rumahnya lebih cepat.

Awas kamu Allena, beraninya tersenyum pada laki-laki lain. Beraninya kamu lakukan itu di depan suamimu. Kamu adalah milikku, hatimu, tubuhmu adalah milikku. Kamu adalah milikku, Allena, batin Zefran.

"KAMU ADALAH MILIKKU ALLENA, KAMU ADALAH MILIKKU. KAMU HARUS SADAR ITU!" teriak Zefran semakin kesal dengan jalanan yang macet.

Sesampai di rumah laki-laki itu uring-uringan menunggu Allena.

"Lihat saja Allena, kamu harus membayar perbuatanmu. Malam ini kamu harus melayaniku. Karena kamu hanyalah pemuas nafsuku, kamu adalah penghasil keturunanku. Kamu adalah milikku!" ucap Zefran berulangkali menguatkan hatinya bahwa Allena memang miliknya.

Sekian lama mondar-mandir di dalam kamar sambil terus membayangkan perlakuan manis Valendino terhadap Allena. Membuat laki-laki itu semakin geram hingga akhirnya mendengar ketukan pintu dan suara Allena yang memanggil.

"Akhirnya kamu pulang juga, terimalah hukumanmu. Kamu harus melayaniku semalaman," ucap Zefran kemudian membuka pintu dan langsung menarik gadis itu ke dalam kamarnya.

Zefran hampir saja merasakan kembali sensasi bercinta dengan Allena saat tiba-tiba gadis itu mendorongnya. Setelah bermesraan sekian jauh, setelah menikmati pelukan dan ciumannya, Allena mendorong laki-laki itu sambil menitikkan air mata.

"Apa yang Tuan lakukan?" tanya Allena menghentikan Zefran.

Allena menggelengkan kepala, air matanya langsung mengalir. Menangis menyesali dirinya yang begitu lemah mengikuti keinginan laki-laki itu. Allena berharap suaminya akan menghargainya sebagai seorang istri yang dicintai. Bukan sebagai pemuas nafsu dan penghasil keturunan saja.

Allena tidak rela dirinya hanya dijadikan pemuas nafsu laki-laki itu. Sementara cinta Zefran hanya dipersembahkan untuk istri pertamanya.

"Kenapa kamu bertanya? Tentu saja ingin bercinta denganmu," ucap Zefran kesal karena dihentikan.

"Benarkah bercinta? Adakah cinta di sini, adakah cinta untukku?" tanya gadis itu sambil mendorong Zefran.

Allena tidak ingin memenuhi keinginan laki-laki itu hanya sebagai pengganti Frisca yang dirindukannya. Ditambah lagi sekarang Zefran melakukannya dengan kemarahan yang terpancar dari wajahnya. Allena tidak bersedia lagi melayani laki-laki itu. Mengambil blouse-nya untuk menutupi dadanya.

"Katakan padaku apa yang kamu rasakan pada laki-laki itu. Apa kamu menyukainya? Apa menurutmu dia akan menerimamu jika tahu kamu sudah tidak suci lagi? Kamu pikir kamu pantas untuknya?" tanya laki-laki itu emosi karena Allena berani menolak melayaninya.

Allena merasakan sakit di lengannya, Zefran menggenggamnya begitu erat hingga membuat lengan Allena memerah. Gadis itu kesakitan namun Zefran tidak peduli.

"Apa kamu sadar, siapa dirimu. Jika bukan karena perjanjian itu, apa menurutmu aku bersedia menikah denganmu? Kamu tidak ada artinya bagiku!!!" teriak Zefran sambil menggenggam erat lengan gadis itu.

Allena menatap mata yang penuh amarah itu. Air matanya mengalir deras, baru kali ini Allena tahu isi hati Zefran yang sesungguhnya. Laki-laki itu benar-benar tidak pernah menghargainya. Laki-laki itu sama sekali tidak menganggapnya. Dirinya sama sekali tidak ada artinya bagi laki-laki itu. Allena sedih mendengar ucapan Zefran, dengan berteriak wanita itu menumpahkan isi hatinya.

"Aku tahu ... aku tahu, aku tidak ada artinya bagimu. Aku sudah mendengarnya sendiri. Tuan sudah mengucapkan sendiri waktu itu!" teriak Allena sambil menangis menggelengkan kepala.

Zefran tercenung mendengar teriakan Allena. Laki-laki itu menatap wajah Allena yang begitu sedih. Zefran tidak mengerti apa yang diucapkan gadis itu.

"Apa maksudmu? Mendengar sendiri? Apa yang aku ucapkan?" tanya Zefran.

"Apa tuan lupa? Di saat-saat terakhir bercinta denganku tuan mengucapkan kata cinta pada Nyonya Frisca. Yang ada di mata tuan hanyalah Nyonya Frisca. Memelukku tapi mengucapkan cinta untuk Nyonya Frisca. Aku tahu, aku tidak artinya bagimu. Aku tahu! Aku tahu! Aku tahu!" teriak Allena terisak sambil menatap tajam mata suaminya.

Zefran tercenung, tidak yakin dengan ucapan Allena. Namun, akhirnya laki-laki itu sadar, sudah menjadi kebiasaannya meneriakkan nama Frisca saat bercinta dengannya. Tanpa sadar laki-laki itu pun mengucapkannya saat bersama Allena.

Aku memanggil nama Frisca saat bersamanya? Kejam sekali, apa yang telah kulakukan? Maafkan aku Allena, batin Zefran.

Lagi-lagi Zefran meminta maaf namun hanya mampu diucapkannya di dalam hati. Egonya membuat Zefran tidak mampu mengungkapkan rasa bersalahnya. Laki-laki yang tidak pernah mau mengakui kesalahannya. Laki-laki itu tidak pernah mau meminta maaf.

Allena menghentakan lengannya hingga membuat genggaman Zefran terlepas. Allena menyambar roknya dan berlari keluar dari kamar itu. Allena masuk ke dalam kamarnya dan terduduk di balik pintu kamar itu. Menangis terisak, sambil memeluk kedua lututnya.

Setelah berusaha melupakan apa yang dipendamnya sejak tadi malam. Lagi-lagi Allena menerima penghinaan dari Zefran.

Aku tahu Tuan, aku tidak pantas untuk siapa pun. Aku tidak pantas untukmu, aku tidak pantas untuk Kak Valen. Dia tidak akan menerimaku jika tahu siapa aku. Seorang gadis miskin yang menjual dirinya demi melunasi hutang. Aku tahu, aku tahu, tidak perlu mengingatkanku lagi. Sungguh, tidak perlu ingatkan lagi siapa aku, jerit hati Allena.

Gadis itu menangis semalaman hingga akhirnya tertidur di lantai.

Saat sarapan Ny. Mahlika merasa heran karena tidak kunjung melihat menantunya turun dari lantai atas. Zefran yang sedang menyantap sarapannya juga merasa risau sejak tadi. Ny. Mahlika hendak berdiri melihat keadaan gadis itu.

"Tunggu Mom, biar aku yang melihatnya," ucap Zefran langsung meninggalkan sarapannya.

Ny. Mahlika tersenyum melihat putranya yang mulai terlihat peduli pada Allena. Zefran mengetuk pintu kamar Allena namun tidak ada jawaban.

Apa sudah berangkat? Tidak mungkin sepagi ini dia berangkat kerja, batin Zefran.

Kembali laki-laki itu mengetuk pintu, berkali-kali hingga dia mulai tidak sabar. Laki-laki itu membuka pintu dan terkejut saat melihat Allena yang pingsan di lantai tidak mengenakan apa pun. Gadis itu hanya menutupi tubuhnya dengan rok dan blouse yang sempat ditanggalkan Zefran tadi malam.

Zefran langsung melepas jas nya dan langsung menggendong Allena dan meletakkannya di ranjang. Laki-laki itu merasakan tubuh Allena yang begitu dingin.

Kenapa tidur di lantai? Tidak berpakaian lagi? batin Zefran.

Zefran menarik selimut dan menutupi tubuh polos gadis itu. Wajahnya pucat dan bibirnya membiru. Zefran menyetuh pipi Allena, laki-laki itu merasakan pipi Allena yang begitu dingin.

Zefran berdiri dan mengunci pintu. Laki-laki itu tidak ingin ibunya masuk ke kamar itu karena penasaran dengan keadaan Allena. Zefran meraih ponselnya dan menghubungi personal assistant-nya.

"Patrick, aku tidak masuk hari ini. Cancel semua jadwalku hari ini." perintah laki-laki itu lalu menutup panggilan ponselnya.

Zefran melepas sepatunya dan naik ke ranjang. Memeluk Allena dengan erat untuk memberikan kehangatan pada gadis itu.

Merasakan halusnya kulit tubuh Allena dan memandang bibir mungil itu. Membuat Zefran tidak tahan ingin melepaskan hasratnya. Perlahan mendekatkan bibirnya pada gadis itu, menyesapnya perlahan dan lembut.

Zefran mulai melepas kemejanya dan mendekati istrinya. Memeluk gadis yang jatuh pingsan itu. Zefran menciumi leher Allena dan bersiap memulai aksinya namun tiba-tiba terhenti.

Zefran urung melakukannya, dia tidak ingin mengambil kesempatan saat gadis itu tidak sadar. Akhirnya memilih hanya memeluk Allena di bawah selimut untuk menghangatkan tubuh gadis itu.

"Kamu sangat berarti bagiku Allena," bisik Zefran lalu mengecup kening gadis itu.

Zefran memeluk gadis itu erat, tak peduli tubuhnya yang terasa gerah di bawah selimut. Demi menemani istrinya yang kedinginan Zefran membiarkan tubuhnya bermandikan peluh.

Tak lama kemudian Allena membuka matanya dan merasakan dekapan Zefran begitu erat hingga membuatnya sulit bernafas. Allena ingin melonggarkan pelukan Zefran tapi itu membuat laki-laki itu terbangun.

"Sudah bangun?" ucapnya langsung menyentuh pipi Allena.

Zefran merasa pipi Allena telah hangat namun tetap memeluk gadis itu. Allena merasa heran dengan sikap laki-laki itu.

"Aku harus berangkat kerja," ucap Allena sambil duduk di ranjang.

"Tidak boleh," ucap Zefran singkat sambil menahan tangan gadis itu.

"Kenapa? Aku harus berangkat kerja, jika tidak uang kehadiranku akan dipotong," ucap Allena kembali ingin menjauh.

"Aku bayar uang kehadiranmu sepuluh bahkan seratus kali lipat jika kamu tetap di sini bersamaku," ucap Zefran geram.

"Kenapa? Kenapa tuan membayarku? Apa tuan menganggap aku ini wanita penghibur?" tanya Allena kembali menangis.

"Kamu bukan wanita penghibur, kamu adalah istriku," ucap Zefran.

Allena terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Hatinya merasa berbunga-bunga mendapat pengakuan dari Zefran.

"Tetaplah di sini sampai benar-benar sehat. Aku bahkan cancel semua jadwalku demi menemanimu," ucap Zefran sambil menelan ludahnya memandang bibir istrinya.

Allena tercengang tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Lalu menunduk, menatap tubuhnya.

"Bisakah tuan melihat ke arah lain dulu, aku ingin ke kamar mandi," ucap Allena.

"Kenapa? Aku sudah melihatmu, kamu pikir siapa yang menggendong kamu ke sini?" tanya Zefran.

Allena baru ingat kalau dia menangis semalaman di depan pintu dan akhirnya tertidur di lantai. Melihat gadis itu kembali murung Zefran akhirnya menuruti. Laki-laki itu memalingkan wajahnya saat gadis itu berjalan ke kamar mandi. Zefran tersenyum lalu berdiri menunggu sambil menatap keluar jendela.

Rasanya seperti berselingkuh dengan istri sendiri, batin Zefran lalu tersenyum.

Tiba-tiba Zefran mendengar suara Frisca memanggil namanya. Zefran kaget dan langsung mengenakan kembali kemeja lengan panjangnya. Dan segera keluar dari kamar Allena menyambut istrinya. Frisca sedang menaiki tangga, telat sedikit saja Frisca akan tahu kalau dia keluar dari kamar istri keduanya.

"Mommy bilang kamu belum berangkat kerja kenapa? Sakit?" tanya Frisca.

"Aku baik-baik saja," ucap Zefran.

"Temani aku sarapan sayang, aku mengejar pesawat hingga belum sempat sarapan," ucap Frisca sambil menarik lengan suaminya.

Zefran melangkah sambil melirik kamar Allena. Gadis itu memang berada di balik pintu mendengar percakapan mereka. Allena tertunduk, hatinya ciut saat mendengar suara Frisca. Wanita kaya yang temperamen itu pernah menamparnya sekali hanya karena tidur di samping suaminya.

Bagaimana jika dia tahu kalau Tuan Zefran telah meniduriku, Oh ya ampun dia mungkin akan membunuhku, batin Allena dengan mata yang berkaca-kaca.

Zefran dan Frisca sarapan bersama, melihat itu Ny. Mahlika menyuruh pelayannya memanggil Allena untuk sarapan bersama. Gadis itu turun dari lantai atas lalu menemui Ny. Mahlika.

"Maaf Mom, aku kesiangan," ucap Allena.

"Tidak apa-apa, ayo sarapan Allena. Zefran dan Frisca masih sarapan, kamu bisa sarapan bersama mereka," ucap Mahlika.

Allena mengangguk, gadis itu berjalan menuju meja makan. Kakinya terasa berat melangkah saat menatap kemesraan pasangan suami istri itu.

Apa yang terjadi padaku, aku merasa cemburu. Akulah orang ketiga dalam rumah tangga ini tapi kenapa justru aku yang merasa cemburu? batin Allena.

Allena duduk di hadapan pasangan itu dan menyantap sarapannya perlahan. Zefran melirik ke arah Allena lalu kembali menoleh dan tersenyum pada Frisca.

Frisca bercerita tentang perjalanan bisnisnya. Allena merasa tidak mengerti sama sekali dengan apa yang mereka bicarakan. Allena duduk dan makan sendiri seperti orang asing. Frisca sama sekali tidak mau meliriknya. Membuat gadis itu juga tidak bisa menyapanya.

Frisca adalah seorang gadis kelas atas dan dalam pergaulannya selalu berlagak elegan dan tidak sombong. Frisca bertingkah seperti gadis kaya yang baik hati. Awalnya gadis itu tidak peduli sedikit pun pada Allena. Namun, demi citra gadis kaya yang ramah Frisca akhirnya menyapa Allena. Gadis yang sedang menyantap sarapannya itu pun terkejut dan membalas senyuman Frisca.

"Tuan dan Nyonya-nyonya jika sudah selesai, Nyonya besar ingin berbincang di ruang tengah," ucap seorang pelayan.

"Baiklah nanti kami ke sana," ucap Frisca.

Pelayan itu pun menyampaikan ucapan Frisca pada Ny. Mahlika kalau selesai sarapan nanti mereka akan menghadap Ny. Mahlika.

"Mommy ingin bicara apa ya?" tanya Frisca pada Zefran.

"Entahlah, aku tidak tahu," ucap Zefran.

Setelah selesai sarapan mereka pun berkumpul di ruang tengah.

"Ada apa Mom?" tanya Frisca sambil bergelayut manja pada suaminya.

"Mumpung semua ada di rumah Mommy cuma ingin mengobrol dengan kalian," ucap Mahlika.

"Oh, kami pikir ada apa?" tanya Frisca.

"Hari biasa kalian semua sibuk dengan pekerjaan, tidak pernah bisa pulang sebelum larut malam. Jika di hari libur kalian ingin refreshing lalu kapan kita berkumpul seperti ini?" tanya Mahlika.

Frisca mengangguk.

"Mommy ingin bertanya padamu, bagaimana rasanya setelah meminum ramuan herbal itu?" tanya Mahlika pada Zefran.

"Aku tidak tahu, rasanya sama saja. Tidak ada yang berubah," ucap Zefran.

"Ramuan herbal apa Mom?" tanya Frisca.

Ny. Mahlika menjelaskan mengenai ramuan yang diberi oleh kakak sepupunya. Frisca mengenal ramuan itu sebagai penambah gairah seksual. Zefran kaget dan protes pada ibunya.

"Mommy bilang itu hanya untuk menjaga stamina agar tetap bugar. Kalau begitu aku tidak mau meminumnya lagi," ucap Zefran kesal karena merasa ditipu.

"Apa kamu meminumnya?" tanya Frisca tiba-tiba.

"Ya," jawab Zefran singkat.

"Lalu bagaimana kamu mengatasi efek ramuan itu?" tanya Frisca.

Zefran reflek menatap Allena, Frisca langsung menoleh ke arah pandangan laki-laki itu.

"Kamu tidur dengannya?" tanya Frisca dengan nada tinggi.

Zefran hanya diam, Frisca beralih bertanya pada Allena. Gadis itu menjawab dengan menunduk.

"Apa yang salah jika mereka tidur bersama, mereka itu suami istri yang sah," ucap Mahlika.

Frisca kesal lalu berlari menaiki anak tangga ke lantai atas. Zefran mengejarnya, Allena memandang kedua orang itu dengan tatapan yang sedih.

"Allena istirahatlah di kamar! Kamu terlihat lelah," ucap Mahlika.

Allena mengangguk, gadis itu pun menaiki anak tangga menuju lantai atas dengan perlahan. Saat melewati kamar Zefran dan Frisca, terdengar mereka yang sedang bertengkar.

"Lalu apa yang harus kulakukan? Ini bukan salahku, jika bukan karena ramuan itu aku tidak akan mungkin menyentuhnya," ucap Zefran dengan suara keras.

Seperti palu besar yang menghantam dadanya. Allena merasa dadanya terasa perih mendengar ucapan laki-laki itu.

Tuan Zefran tidak menginginkanku, semua terjadi karena ramuan herbal itu, jerit hati Allena.

Air matanya menitik, Allena masuk ke kamarnya dan langsung menangis terisak-isak hingga membuat tubuhnya berguncang.

...~ Bersambung ~...

Terpopuler

Comments

Delfianti

Delfianti

aku lihat di sini Alena perempuan bodoh dan tolol di buat athor sudah berkali2 di sakiti. dihina dan di acuh masih juga perhatian pada suaminya sehingga aku malas meninggal kan jejak. dan sampai sini aja aku membaca.ceritanya kayak sinetron kuda terbang

2024-06-30

0

Asti Sugiyo

Asti Sugiyo

Ketiganya ( Zefran , Frisca dan Allena ) korban keegoisan ibunya ...pd akhirnya mrk semua terluka ( bukan hanya Allena , Frisca , Zefran dan ibunya Allenapun terluka )

2024-03-05

0

Rhmad Flash

Rhmad Flash

coba pergi menjauh Alina kjr orang yg mencintai d Jngan pernah menghrp orang yg TK pernah mencintaimu

2024-01-22

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ The Perfect Couple ~
2 BAB 2 ~ Janji Perjodohan ~
3 BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~
4 BAB 4 ~ Malam Pertama ~
5 BAB 5 ~ Honeymoon ~
6 BAB 6 ~ Di Hotel ~
7 BAB 7 ~ Harapan ~
8 BAB 8 ~ Bunga Pelengkap ~
9 BAB 9 ~ Pernyataan ~
10 BAB 10 ~ Kembali ~
11 BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~
12 BAB 12 ~ Kembali Bekerja ~
13 BAB 13 ~ Menyesal ~
14 BAB 14 ~ S A K I T ~
15 BAB 15 ~ Harapan Bunga Pelengkap ~
16 BAB 16 ~ Pembalasan ~
17 BAB 17 ~ Penyerahan Diri ~
18 BAB 18 ~ Menolak ~
19 BAB 19 ~ The Proposal ~
20 BAB 20 ~ Menerima ~
21 BAB 21 ~ Menunggu ~
22 BAB 22 ~ Mengejar ~
23 BAB 23 ~ Menginginkan ~
24 BAB 24 ~ Terlanjur ~
25 BAB 25 ~ Sedih dan Bahagia ~
26 BAB 26 ~ Dia Milikku ~
27 BAB 27 ~ Jangan Menunggu ~
28 BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
29 BAB 29 ~ Di Rumah Sakit ~
30 BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
31 BAB 31 ~ Welcome Home ~
32 BAB 32 ~ Masa Lalu ~
33 BAB 33 ~ Membuktikan ~
34 BAB 34 ~ Birth of Day ~
35 BAB 35 ~ Menerima ~
36 BAB 36 ~ Meragukan ~
37 BAB 37 ~ Rencana ~
38 BAB 38 ~ Jangan Pergi ~
39 BAB 39 ~ Keputusan ~
40 BAB 40 ~ Kesempatan ~
41 BAB 41 ~ Z E N O' S ~
42 BAB 42 ~ Kembali Lagi ~
43 BAB 43 ~ Kemunculan ~
44 BAB 44 ~ Tak Rela ~
45 BAB 45 ~ Berharap Kembali ~
46 BAB 46 ~ Permintaan ~
47 BAB 47 ~ Saya Zeno ~
48 BAB 48 ~ J A N J I ~
49 BAB 49 ~ Terkuak ~
50 BAB 50 ~ Mengejutkan ~
51 BAB 51 ~ Vonis ~
52 BAB 52 ~ Curhat ~
53 BAB 53 ~ Berita ~
54 BAB 54 ~ Ingkar Janji ~
55 BAB 55 ~ Zeno adalah Zefano ~
56 BAB 56 ~ Mengakui ~
57 BAB 57 ~ Kembali Bersama ~
58 BAB 58 ~ Ingin Memiliki ~
59 BAB 59 ~ Berharap Dimaafkan ~
60 BAB 60 ~ Menolak ~
61 BAB 61 ~ Menjelaskan ~
62 BAB 62 ~ Di Ruang Rawat Inap ~
63 BAB 63 ~ Hilang ~
64 BAB 64 ~ Menunggu Kabar ~
65 BAB 65 ~ Pelarian ~
66 BAB 66 ~ Yang Kedua ~
67 BAB 67 ~ Saat Pelarian ~
68 BAB 68 ~ Sesaat Bahagia ~
69 BAB 69 ~ Mencari ~
70 BAB 70 ~ Menyusul Zefano ~
71 BAB 71 ~ Namanya Siapa? ~
72 BAB 72 ~ Memaafkan ~
73 BAB 73 ~ Seperti Semula ~
74 BAB 74 ~ Pesta Kelahiran ~
75 BAB 75 ~ Pesta dan Persahabatan ~
76 BAB 76 ~ Dirindukan ~
77 BAB 77 ~ Saling Memaafkan ~
78 BAB 78 ~ Direstui ~
79 BAB 79 ~ Kunjungan ke RS ~
80 BAB 80 ~ Dejavu yang Berbeda ~
81 BAB 81 ~ Bertanya ~
82 BAB 82 ~ Salah Paham~
83 BAB 83 ~ Menyendiri ~
84 BAB 84 ~ Pengertian ~
85 BAB 85 ~ Berbaikan ~
86 BAB 86 ~ Kesempatan ~
87 BAB 87 ~ Frisca's Prewedding ~
88 BAB 88 ~ Frisca's Wedding ~
89 BAB 89 ~ Di Pesta Frisca ~
90 BAB 90 ~ Resepsi Valen dan Shinta ~
91 BAB 91 ~ Surat yang Terselip ~
92 BAB 92 ~ Tamu dari Masa Lalu ~
93 BAB 93 ~ Cincin ~
94 BAB 94 ~ Di Villa Frisca ~
95 BAB 95 ~ The Proposals ~
96 BAB 96 ~ Kembali ke Rumah ~
97 BAB 97 ~ Di Paris ~
98 BAB 98 ~ Menyusul ~
99 BAB 99 ~ Kenapa Robert? ~
100 BAB 100 ~ Kembali dari Paris ~
101 BAB 101 ~ Menjenguk Dion ~
102 BAB 102 ~ Karena Masa Lalu ~
103 BAB 103 ~ Kembali Menyesal ~
104 BAB 104 ~ Menolak ~
105 BAB 105 ~ Masih Mencintai ~
106 BAB 106 ~ Dejavu ~
107 BAB 107 ~ Pulang ke Rumah ~
108 BAB 108 ~ Memaafkan ~
109 BAB 109 ~ Z love Z ~
110 BAB 110 ~ Menyadari ~
111 BAB 111 ~ Selesai ~
112 BAB 112 ~ Zifara's Show ~
113 BAB 113 ~ Dokter Cintaku ~
114 BAB 114 ~ Keluarga Kecilku ~
115 BAB 115 ~ Keluarga Sempurna ~
116 BAB 116 ~ Mundur ~
117 BAB 117 ~ Prasangka ~
118 BAB 118 ~ Ronald & Kayla's Wedding ~
119 BAB 119 ~ Soft Opening Rivaldo's Cafe ~
120 BAB 120 ~ Memilih ~
121 BAB 121 ~ Tak Sia-Sia ~
122 BAB 122 ~ Tidak Kenal ~
123 BAB 123 ~ Pengalaman ~
124 BAB 124 ~ Resepsi yang Tertunda ~
125 BAB 125 ~ Insiden di Resepsi ~
126 BAB 126 ~ Resepsi ~
127 BAB 127 ~ Di Taman ~
128 BAB 128 ~ Berjanji ~
129 BAB 129 ~ Awal Cinta ~
130 BAB 130 ~ Beralih ~
131 BAB 131 ~ Di Mall ~
132 BAB 132 ~ Menjelaskan ~
133 BAB 133 ~ Pertemuan ~
134 BAB 134 ~ Lembar Hidup Baru Lagi ~
135 BAB 135 ~ Berbagi ~
136 BAB 136 ~ Sahabat Baru ~
137 BAB 137 ~ Curiga ~
138 BAB 138 ~ Mempertahankan ~
139 BAB 139 ~ Jangan Lagi ~
140 BAB 140 ~ Tak Ingin yang Lain ~
141 BAB 141 ~ Tekad Masa Lalu ~
142 BAB 142 ~ Persaingan Masa Lalu ~
143 BAB 143 ~ Selalu Ingin ~
144 BAB 144 ~ Gerak Cepat ~
145 BAB 145 ~ Janji ~
146 BAB 146 ~ Janji yang Terlupakan ~
147 BAB 147 ~ Mundur ~
148 BAB 148 ~ Tetap Maju ~
149 BAB 149 ~ Rencana Bertemu ~
150 BAB 150 ~ Rahma & Patrick' s Wedding ~
151 BAB 151 ~ Yang Bisa Mengalihkan ~
152 BAB 152 ~ Cinta Menggebu ~
153 BAB 153 ~ Undangan ~
154 BAB 154 ~ Percaya ~
155 BAB 155 ~ Happy Ending ~
Episodes

Updated 155 Episodes

1
BAB 1 ~ The Perfect Couple ~
2
BAB 2 ~ Janji Perjodohan ~
3
BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~
4
BAB 4 ~ Malam Pertama ~
5
BAB 5 ~ Honeymoon ~
6
BAB 6 ~ Di Hotel ~
7
BAB 7 ~ Harapan ~
8
BAB 8 ~ Bunga Pelengkap ~
9
BAB 9 ~ Pernyataan ~
10
BAB 10 ~ Kembali ~
11
BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~
12
BAB 12 ~ Kembali Bekerja ~
13
BAB 13 ~ Menyesal ~
14
BAB 14 ~ S A K I T ~
15
BAB 15 ~ Harapan Bunga Pelengkap ~
16
BAB 16 ~ Pembalasan ~
17
BAB 17 ~ Penyerahan Diri ~
18
BAB 18 ~ Menolak ~
19
BAB 19 ~ The Proposal ~
20
BAB 20 ~ Menerima ~
21
BAB 21 ~ Menunggu ~
22
BAB 22 ~ Mengejar ~
23
BAB 23 ~ Menginginkan ~
24
BAB 24 ~ Terlanjur ~
25
BAB 25 ~ Sedih dan Bahagia ~
26
BAB 26 ~ Dia Milikku ~
27
BAB 27 ~ Jangan Menunggu ~
28
BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
29
BAB 29 ~ Di Rumah Sakit ~
30
BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
31
BAB 31 ~ Welcome Home ~
32
BAB 32 ~ Masa Lalu ~
33
BAB 33 ~ Membuktikan ~
34
BAB 34 ~ Birth of Day ~
35
BAB 35 ~ Menerima ~
36
BAB 36 ~ Meragukan ~
37
BAB 37 ~ Rencana ~
38
BAB 38 ~ Jangan Pergi ~
39
BAB 39 ~ Keputusan ~
40
BAB 40 ~ Kesempatan ~
41
BAB 41 ~ Z E N O' S ~
42
BAB 42 ~ Kembali Lagi ~
43
BAB 43 ~ Kemunculan ~
44
BAB 44 ~ Tak Rela ~
45
BAB 45 ~ Berharap Kembali ~
46
BAB 46 ~ Permintaan ~
47
BAB 47 ~ Saya Zeno ~
48
BAB 48 ~ J A N J I ~
49
BAB 49 ~ Terkuak ~
50
BAB 50 ~ Mengejutkan ~
51
BAB 51 ~ Vonis ~
52
BAB 52 ~ Curhat ~
53
BAB 53 ~ Berita ~
54
BAB 54 ~ Ingkar Janji ~
55
BAB 55 ~ Zeno adalah Zefano ~
56
BAB 56 ~ Mengakui ~
57
BAB 57 ~ Kembali Bersama ~
58
BAB 58 ~ Ingin Memiliki ~
59
BAB 59 ~ Berharap Dimaafkan ~
60
BAB 60 ~ Menolak ~
61
BAB 61 ~ Menjelaskan ~
62
BAB 62 ~ Di Ruang Rawat Inap ~
63
BAB 63 ~ Hilang ~
64
BAB 64 ~ Menunggu Kabar ~
65
BAB 65 ~ Pelarian ~
66
BAB 66 ~ Yang Kedua ~
67
BAB 67 ~ Saat Pelarian ~
68
BAB 68 ~ Sesaat Bahagia ~
69
BAB 69 ~ Mencari ~
70
BAB 70 ~ Menyusul Zefano ~
71
BAB 71 ~ Namanya Siapa? ~
72
BAB 72 ~ Memaafkan ~
73
BAB 73 ~ Seperti Semula ~
74
BAB 74 ~ Pesta Kelahiran ~
75
BAB 75 ~ Pesta dan Persahabatan ~
76
BAB 76 ~ Dirindukan ~
77
BAB 77 ~ Saling Memaafkan ~
78
BAB 78 ~ Direstui ~
79
BAB 79 ~ Kunjungan ke RS ~
80
BAB 80 ~ Dejavu yang Berbeda ~
81
BAB 81 ~ Bertanya ~
82
BAB 82 ~ Salah Paham~
83
BAB 83 ~ Menyendiri ~
84
BAB 84 ~ Pengertian ~
85
BAB 85 ~ Berbaikan ~
86
BAB 86 ~ Kesempatan ~
87
BAB 87 ~ Frisca's Prewedding ~
88
BAB 88 ~ Frisca's Wedding ~
89
BAB 89 ~ Di Pesta Frisca ~
90
BAB 90 ~ Resepsi Valen dan Shinta ~
91
BAB 91 ~ Surat yang Terselip ~
92
BAB 92 ~ Tamu dari Masa Lalu ~
93
BAB 93 ~ Cincin ~
94
BAB 94 ~ Di Villa Frisca ~
95
BAB 95 ~ The Proposals ~
96
BAB 96 ~ Kembali ke Rumah ~
97
BAB 97 ~ Di Paris ~
98
BAB 98 ~ Menyusul ~
99
BAB 99 ~ Kenapa Robert? ~
100
BAB 100 ~ Kembali dari Paris ~
101
BAB 101 ~ Menjenguk Dion ~
102
BAB 102 ~ Karena Masa Lalu ~
103
BAB 103 ~ Kembali Menyesal ~
104
BAB 104 ~ Menolak ~
105
BAB 105 ~ Masih Mencintai ~
106
BAB 106 ~ Dejavu ~
107
BAB 107 ~ Pulang ke Rumah ~
108
BAB 108 ~ Memaafkan ~
109
BAB 109 ~ Z love Z ~
110
BAB 110 ~ Menyadari ~
111
BAB 111 ~ Selesai ~
112
BAB 112 ~ Zifara's Show ~
113
BAB 113 ~ Dokter Cintaku ~
114
BAB 114 ~ Keluarga Kecilku ~
115
BAB 115 ~ Keluarga Sempurna ~
116
BAB 116 ~ Mundur ~
117
BAB 117 ~ Prasangka ~
118
BAB 118 ~ Ronald & Kayla's Wedding ~
119
BAB 119 ~ Soft Opening Rivaldo's Cafe ~
120
BAB 120 ~ Memilih ~
121
BAB 121 ~ Tak Sia-Sia ~
122
BAB 122 ~ Tidak Kenal ~
123
BAB 123 ~ Pengalaman ~
124
BAB 124 ~ Resepsi yang Tertunda ~
125
BAB 125 ~ Insiden di Resepsi ~
126
BAB 126 ~ Resepsi ~
127
BAB 127 ~ Di Taman ~
128
BAB 128 ~ Berjanji ~
129
BAB 129 ~ Awal Cinta ~
130
BAB 130 ~ Beralih ~
131
BAB 131 ~ Di Mall ~
132
BAB 132 ~ Menjelaskan ~
133
BAB 133 ~ Pertemuan ~
134
BAB 134 ~ Lembar Hidup Baru Lagi ~
135
BAB 135 ~ Berbagi ~
136
BAB 136 ~ Sahabat Baru ~
137
BAB 137 ~ Curiga ~
138
BAB 138 ~ Mempertahankan ~
139
BAB 139 ~ Jangan Lagi ~
140
BAB 140 ~ Tak Ingin yang Lain ~
141
BAB 141 ~ Tekad Masa Lalu ~
142
BAB 142 ~ Persaingan Masa Lalu ~
143
BAB 143 ~ Selalu Ingin ~
144
BAB 144 ~ Gerak Cepat ~
145
BAB 145 ~ Janji ~
146
BAB 146 ~ Janji yang Terlupakan ~
147
BAB 147 ~ Mundur ~
148
BAB 148 ~ Tetap Maju ~
149
BAB 149 ~ Rencana Bertemu ~
150
BAB 150 ~ Rahma & Patrick' s Wedding ~
151
BAB 151 ~ Yang Bisa Mengalihkan ~
152
BAB 152 ~ Cinta Menggebu ~
153
BAB 153 ~ Undangan ~
154
BAB 154 ~ Percaya ~
155
BAB 155 ~ Happy Ending ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!