Ny. Mahlika tersenyum saat mendengar bunyi pintu kamar yang terbuka lalu tertutup kembali.
Sepertinya Zefran pindah kamar, besok tinggal periksa sprei di kamar Allena. Aku yakin Allena belum pernah disentuh Zefran selama ini, batin Mahlika.
Berkali-kali Ny. Mahlika menanyakan apakah ada tanda-tanda kehamilan pada gadis itu. Namun, Allena selalu memberikan jawaban yang mengecewakannya hingga Ny. Mahlika akhirnya mencurahkan kesedihannya pada kakak sepupunya yang berdomisili di Seoul.
"Kak Annisa, apa mungkin putraku yang bermasalah? Bahkan istri keduanya pun belum memberikan tanda-tanda kehamilan." Curhat Mahlika melalui Sambungan Langsung Internasional.
"Jangan putus asa, aku juga pernah mengalami ketakutan sepertimu. Kamu yakin Zefran sudah mencoba istri keduanya?" tanya Annisa.
"Mana mungkin laki-laki menolak disodorkan perempuan di hadapannya?" ucap Mahlika.
"Zefran itu seorang pecinta sejati, jika sudah mencintai seseorang tidak mudah baginya untuk berpindah ke lain hati. Apalagi dia menikah lagi bukan atas kemauannya sendiri. Bukan karena tergoda oleh gadis itu, putramu itu laki-laki yang berpendirian teguh. Dia bukan laki-laki yang mudah berpindah-pindah dari satu wanita ke wanita yang lain. Mana mungkin dia mau mengambil resiko ditinggalkan istri yang dicintainya demi gadis yang baru dikenalnya," jelas Annisa.
"Lalu apa yang harus aku lakukan Kak, aku sudah kehabisan akal," ucap Mahlika dengan raut wajah yang sedih.
"Jangan khawatir aku punya solusinya, Razzan, putraku itu kalau sudah di Lab, jangankan ingat istrinya ingat rumahnya pun tidak. Gila kerja, orang tua mana yang tidak khawatir. Untung saja tetanggaku yang kuat memegang tradisi keluarganya memberikan solusi padaku. Ika, datanglah kesini, kita lakukan perjalanan untuk mencari obatnya. Razzan yang biasanya tidak ingat pulang. Pagi minum ramuan itu siangnya sudah nongol di depan pintu," ucap Annisa sambil tertawa.
Mendengar itu Ny. Mahlika langsung tertarik untuk mencoba. Dengan semangat wanita yang tetap cantik di usia senja itu langsung mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi saudara sepupunya di luar negeri.
Saat kembali mendapati Zefran berada di rumah hanya berdua dengan Allena sementara Frisca sedang dalam perjalanan bisnis.
Ini kesempatan untuk mencoba keampuhan ramuan herbal itu, saat Frisca tidak berada di rumah. Tidak ada yang bisa menghalangi Zefran untuk mendekati Allena, batin Mahlika sambil tersenyum.
Ny. Mahlika mengajak Zefran berbincang-bincang. Nyonya besar itu menunjukkan rasa bahagianya bisa berbincang-bincang lagi dengan putranya yang biasa pulang kerja selalu lewat tengah malam.
Meski tidak tahu apa yang menyebabkan Zefran bertingkah di luar kebiasaannya. Ny. Mahlika tidak peduli dan justru memanfaatkan kesempatan itu untuk merayu putranya meminum ramuan herbal itu.
Dan kini Ny. Mahlika yakin kalau Zefran telah keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar Allena. Wanita usia senja itu berdoa agar hati anaknya tergugah untuk bisa menerima istri keduanya itu.
Allena yang tidak menyangka Zefran akan masuk ke kamarnya malam itu memilih mencoba lingerie yang selama ini hanya terpajang di walk in closet.
Allena yang sedang terlelap di ranjang didatangi laki-laki itu. Sangat terkejut saat mendapati Zefran telah berada di atasnya.
Gadis yang belum sadar sepenuhnya dengan apa yang terjadi hanya diam termangu menatap mata Zefran yang terlihat begitu mengharapkannya.
"Allena tolong aku, aku membutuhkanmu!" ucap Zefran.
Allena yang masih terpaku membuat Zefran tidak sabar, laki-laki itu langsung membuka selimut yang menutupi tubuh Allena. Gadis yang sedang mengenakan pakaian yang dirancang agar pemakainya terlihat seksi itu semakin membuat Zefran tidak bisa berpikir lama.
Laki-laki itu menelan ludahnya saat lingerie yang hanya sepaha dan berlengan tali itu mampu menggambarkan bentuk tubuh Allena yang sesungguhnya. Zefran tidak bisa menunggu gadis itu melepasnya.
Dengan cepat Zefran mengoyak lingerie Allena hingga terbelah. Gadis itu menjerit, Zefran langsung menyumpal mulut manis Allena dengan ciumannya yang begitu bernafsu. Allena meronta, mendorong laki-laki itu dan mengingatkannya pada cintanya pada Frisca.
Namun, telinga Zefran seperti telah tertutup. Matanya hanya tertuju pada gadis yang telah polos di hadapannya itu. Allena menangis, sangat takut dengan sikap Zefran yang membabi buta. Zefran masih terus menciumi gadis itu hingga akhirnya tersadar mendengar tangisan Allena.
Laki-laki itu menangkup wajah istrinya.
"Aku mohon jangan menolakku, aku membutuhkanmu. Aku sangat menginginkanmu," ucap Zefran lalu kembali menyesap bibir Allena.
Kemudian beralih menciumi leher Allena yang terbuka.
"Tidak, tuan tidak menginginkanku. Tuan hanya menginginkan Nyonya Frisca. Tuan menikahiku hanya untuk mempertahankan rumah tangga tuan dengan Nyonya Frisca. Aku tidak mau tuan, tolong lepaskan aku!" tolak Allena.
"Kamu lupa tujuan pernikahan kita adalah untuk memberikan keturunan untukku. Allena, inilah caranya," ucap Zefran lalu memeluk erat tubuh Allena dan mencium leher hingga ke dadanya.
Laki-laki itu meminta Allena melayaninya, menutup telinga atas ucapan Allena yang mengingatkannya bahwa dia tidak akan pernah menyentuh Allena. Zefran tidak peduli lagi atas ucapannya dulu.
Allena telah berusaha menolak namun akhirnya pasrah membiarkan suaminya melepaskan hasratnya. Meski harus merasakan sakit yang luar biasa, membuat air matanya mengalir tanpa disadarinya.
Allena mencoba melupakan apa yang pernah dilakukan Zefran padanya. Pelecehan dan penghinaan Zefran terhapus oleh perlakuan dan kesungguhan laki-laki itu. Zefran benar-benar menunjukkan aksi bercintanya yang menggebu-gebu hingga membuat nafas laki-laki itu terengah-engah.
Zefran terlihat begitu menginginkannya, begitu membutuhkannya hingga membuat hati Allena melayang. Menatap mata laki-laki yang begitu menginginkannya. Berulangkali menyesap bibirnya sambil memeluk erat tanpa ada sehelai benang pun yang membatasi mereka.
Allena yang merasa takut dipermainkan lagi tidak berani membalas perlakuan Zefran lagi. Namun justru laki-laki itu yang menginginkannya. Zefran menyatukan jari jemari mereka lalu meletakkan tangan gadis itu di punggungnya.
Zefran ingin gadis itu membalas pelukannya dan Allena menuruti. Semakin merasa sakit, gadis itu semakin mengencangkan pelukannya. Zefran tersenyum, semakin bernafsu melancarkan aksinya dengan nafas yang memburu.
Allena pasrah, Allena bahagia memberikan apa yang diinginkan suaminya. Memeluk dan mencium pundak laki-laki itu dengan sesekali meringis menahan rasa sakit.
Allena bahagia karena telah menjadi istri Zefran yang sesungguhnya hingga saat mencapai puncaknya Zefran mengucapkan rasa cintanya pada istrinya.
"Aku mencintaimu Frisca, aku sangat mencintaimu," ucap Zefran dengan mata yang terpejam.
Air mata Allena langsung mengalir, bukan karena rasa sakit yang harus ditahannya namun ungkapan cinta Zefran yang masih tertuju pada Frisca meski saat ini sedang bercinta dengannya.
Zefran melepaskan pelukannya dan tidur di samping Allena yang menangis tertahan mendengar ucapan suaminya.
Allena beranjak duduk menatap wajah suaminya yang tidur dengan damai. Sementara Allena menangis terisak-isak, menatap tubuhnya yang sekarang terasa berbeda. Merasa ada sesuatu yang telah hilang. Allena meraih kain putih pelapis selimut itu dan melilitkannya ke seluruh tubuh. Meraih selimut untuk menutupi tubuh suaminya dan berjalan tertatih menuju kamar mandi.
Allena pasrah menyerahkan dirinya pada laki-laki itu namun kenyataan yang dihadapinya sangat menyakitkan. Di mata suaminya hanya ada Frisca, yang dipandangnya, yang dipeluknya, yang diciumnya dan ungkapan kata cintanya hanya untuk Frisca. Di kamar mandi Allena menangis sejadi-jadinya.
Zefran bangun di tengah malam dan mendapati dirinya berada di kamar Allena dengan pakaian yang telah berhamburan di mana-mana. Zefran menoleh ke sampingnya dan mendapati noda merah di sprei putih itu.
Ternyata bukan mimpi, ini benar-benar terjadi. Aku telah meniduri Allena. Di mana dia? batin Zefran dan langsung bangkit mencari Allena.
Zefran berjalan sambil mengumpulkan pakaian-pakaian yang berserakan. Merasa heran sendiri saat melihat lingerie yang telah terkoyak. Laki-laki itu seperti orang mabuk yang tidak sadar dengan apa yang telah diperbuatnya.
Kembali mencari Allena di walk in closet, namun tak menemukannya. Laki-laki itu mencari hingga ke kamar mandi dan menemukan gadis itu bergelung di dalam bathtub. Zefran menatap iba gadis yang tertidur sambil terisak itu.
Maafkan aku Allena, aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi, aku tidak akan melakukannya jika kamu tidak menginginkannya, aku tidak ingin menyakitimu lagi, batin Zefran.
Lalu menggendong gadis itu kembali ke ranjang. Memeluk tubuh Allena yang masih berguncang karena sisa isak tangisnya.
Maafkan aku sayang, aku tidak bermaksud merusakmu, batin Zefran.
Seperti baru sadar dari mabuknya laki-laki itu baru menyadari kesalahannya. Tidak pernah terniat di hatinya untuk merusak gadis itu. Zefran masih berharap Allena suci saat dia melepasnya nanti. Namun, Frisca yang tak kunjung hamil membuat Zefran belum memiliki alasan untuk melepas gadis itu.
Zefran memeluk Allena erat setiap kali tubuh gadis itu berguncang. Teringat olehnya saat tubuhnya kedinginan karena demam. Allena memeluk erat tubuhnya saat berguncang menggigil kedinginan. Hingga rasa dingin itu hilang barulah gadis itu duduk di lantai beralaskan karpet.
Zefran memeluk Allena sambil membelai rambut gadis itu dan sesekali mengecup keningnya hingga akhirnya kembali tertidur.
Di pagi hari Allena terbangun dan berusaha untuk duduk. Zefran sudah tidak ada di kamarnya lagi. Gadis itu kembali berjalan tertatih ke kamar mandi. Lalu berdiri termangu.
Bukannya kemarin aku ke kamar mandi? Lalu kapan kembali ke ranjang? Kenapa aku bisa lupa? batin Allena.
Setelah membersihkan diri, Allena keluar dari kamar dan menemukan Zefran juga baru keluar dari kamarnya. Laki-laki itu sedang merapikan ujung lengannya. Dadanya berdegup kencang saat beradu pandang dengan gadis cantik itu. Zefran memalingkan wajah dan berjalan menuruni tangga dengan setelan jasnya yang sangat rapi.
Allena langsung menunduk, matanya terasa panas, setelah apa yang dilakukan Zefran semalam kini untuk menyapanya pun laki-laki itu enggan. Allena duduk di meja makan setelah menyapa Ny. Mahlika.
"Mari makan yang banyak Allena, wajahmu terlihat pucat. Mommy dengar kamu jatuh pingsan dan dirawat di rumah sakit? Apa yang pernah Mommy bilang? Kamu tidak usah bekerja di dua tempat lagi," ucap Mahlika.
Allena hanya tertunduk, gadis itu tidak mungkin memberitahu alasannya bertahan bekerja di dua tempat itu adalah untuk membayar kembali uang yang telah diberikan Ny. Mahlika. Jelas wanita kaya itu pasti akan sangat marah.
Zefran melirik sekilas lalu melanjutkan menyantap sarapannya. Sementara Allena sama sekali tidak berani menatap mata Zefran. Hatinya terasa pedih saat melihat perbedaan cara memandang laki-laki itu.
Saat laki-laki itu masuk ke kamarnya terlihat pancaran mata yang begitu mengharapkannya. Namun, sekarang mata itu kembali terlihat dingin. Allena menggigit bibirnya untuk menahan air matanya yang mulai menggenang.
Sepertinya memang telah terjadi sesuatu, mereka terlihat canggung, aku tinggal menyuruh Rahma mengganti sprei di kamar Allena untuk melihat jejak nodanya. Itu jika dia memang masih perawan selama ini, batin Mahlika.
"Aku berangkat dulu Mommy," ucap Zefran.
"Baiklah anakku, kalau bisa jangan pulang malam lagi ya?" ucap Mahlika.
Allena berdiri mengantar Zefran hingga ke teras. Laki-laki itu berjalan menuju garasi dan masuk ke mobilnya. Mobil Zefran melewati Allena yang berdiri menunduk. Laki-laki itu menatap Allena melalui jendela kaca mobil. Allena kembali menunduk sedih melihat sikap dingin suaminya.
Allena tidak tahu Zefran bersikap seperti itu untuk menutupi perasaannya yang bergejolak setiap kali melihat gadis itu. Jantungnya berdegup kencang setiap kali melihat gadis itu ada di sekitarnya dan Zefran tak ingin perasaannya itu terlihat oleh siapa pun.
Laki-laki itu memutuskan untuk kembali mendatangi Night Club semata-mata hanya untuk menatap gadis itu. Zefran tidak ingin membiarkan gadis itu didekati Valendino. Laki-laki itu masih tidak mau memberitahukan status hubungan mereka namun Zefran berusaha membuat Allena tidak leluasa berdekatan dengan Valendino.
Kamu milikku Allena, aku tidak akan mengizinkanmu jatuh ke pelukan Valen, batin Zefran.
Zefran menatap Allena yang sedang sibuk melayani tamu. Hilir mudik membawakan minuman untuk tamu Night Club. Gadis itu terlihat lelah namun harus tetap melaksanakan tugasnya. Valendino juga melihat tubuh Allena yang terlihat lelah. Segera memanggil gadis itu untuk beristirahat.
Allena menggelengkan kepalanya bukan karena tidak ingin beristirahat namun karena gadis itu sama sekali tidak ingin berhadapan dengan Zefran. Air matanya akan langsung menetes saat teringat apa yang diucapkan Zefran tadi malam.
Valendino kewalahan mengajak gadis itu hingga akhirnya Altop turun tangan meminta Manager untuk memanggil Allena. Gadis itu patuh pada atasannya. Datang menghadap Altop dengan wajah yang menunduk.
"Duduklah di sini, istirahatlah dulu, temanku sangat khawatir padamu," ucap Altop sambil melirik Valendino.
Valendino terlihat senang saat Allena akhirnya menuruti perintah atasan tertingginya itu. Valendino menarik tangan Allena dan mengajak gadis itu duduk disampingnya. Valendino mengangkat kedua kaki Allena ke pangkuannya dan memijat kaki gadis itu sambil tersenyum.
Allena berusaha menolak namun Valendino tetap memaksanya. Laki-laki itu sangat ingin memanjakan Allena. Gadis itu memandang Valendino yang tersenyum sambil terus memijat kakinya. Allena terharu melihat perlakuan manis Valendino.
Tatapan mata Allena itulah yang membuat Zefran merasakan darahnya bergejolak, sangat ingin rasanya menarik tangan gadis itu dan membawanya pulang. Sekuat tenaga Zefran menahan kemarahannya melihat Allena tersenyum setiap kali Valendino menoleh ke arahnya. Tak tahan dengan apa yang dilihatnya, Zefran akhirnya memutuskan untuk pulang.
"Aku pulang Top!" ucap Zefran.
Semua orang yang ada di situ langsung menoleh ke arah Zefran.
"Kenapa buru-buru pulang? Kamu bilang Frisca masih dalam perjalanan bisnis. Ngapain di rumah?" tanya Altop.
"Mau istirahat, kepalaku sakit," jawab Zefran.
"Mau diantar pulang?" tanya Altop.
"Tidak usah aku bisa pulang sendiri," ucap Zefran dan langsung meninggalkan tempat itu.
Allena memandang Zefran yang pergi dengan tergesa-gesa. Gadis itu khawatir jika Zefran benar-benar merasa sakit kepala.
Saat pulang ke rumah Allena langsung berdiri di depan pintu kamar Zefran. Mengetuk pintu kamar laki-laki itu perlahan.
"Tuan? Apa tuan baik-baik saja? Apa masih sakit?" tanya Allena namun tidak terdengar jawaban apapun.
Allena membalik badan hendak masuk ke kamarnya namun Zefran membuka pintu. Allena menoleh, tiba-tiba Allena merasakan tubuhnya ditarik. Zefran memang menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan langsung mencium bibirnya. Menggendong gadis itu dan menghempaskannya ke ranjang. Sambil terus membenamkan bibirnya di bibir gadis itu, Zefran melucuti pakaiannya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
✨viloki✨
Yeee ketagihan jg lo Z! Dasar egois !
2022-06-04
3
Mira
Alena murahan, sdh jd istri, mau aja d peluk dan d cium laki lain, kalau ga suka, minta cerai aja, suruh valen bayar uang mertuanya
2022-06-01
1
NekoLevitate
😐😐😐
2022-02-28
2