Valendino mengambil kembali lembaran uang yang ditaruh Allena dan menyelipkannya di saku gadis itu. Laki-laki itu mengucapkan kata-kata yang mirip dengan ucapan Zefran dan Allena membalas dengan ucapan yang mirip dengan kata-kata yang pernah dilontarkannya pada Zefran.
Semua yang melihat kejadian itu terpana seperti melihat kejadian dulu lagi namun dengan pemeran yang berbeda. Zefran merasa geram karena ucapan Allena adalah untuk mengolok-oloknya. Valendino merangkul pinggang Allena dan menatap gadis itu lekat-lekat.
"Aku ingat kamu pernah ingin memberikan jas bekas Zefran untukku," ucap Valendino.
"Ya, Kak Valen menolaknya dan menyuruhku memberikannya pada suamiku," jawab Allena.
"Aku tidak terbiasa menerima barang bekas tapi jika itu darimu aku bersedia menerimanya," ucap Valendino.
Ketiga sahabat Valendino hanya termangu tanpa sadar mengikuti pembicaraan Valendino dan Allena seolah-olah penasaran dengan ucapan kejutan lainnya.
"Bukannya Kak Valen bilang jas itu untuk suamiku?" tanya Allena.
"Ya, bukankah aku calon suamimu?" ucap Valendino dengan senyum yang manis.
Laki-laki itu mengecup bibir Allena, gadis itu sedikit terkejut. Namun, yang lebih terkejut adalah Zefran laki-laki itu langsung membuang muka.
"Tapi jas itu sepertinya tidak pas untuk Kak Valen. Aku rasa tubuh Kak Valen lebih kekar pasti Kak Valen juga lebih kuat," ucap Allena.
Valendino tertawa, Ronald dan Altop bersorak mendengar obrolan yang mengejek Zefran. Laki-laki itu tidak sanggup menahan amarah lagi, berdiri dari tempat duduknya itu dan melangkah ke luar Night Club. Altop akhirnya menyesali Zefran yang pulang lebih cepat. Laki-laki itu menyesal mendukung Valendino dan Allena yang mengejek Zefran.
"Kalian kelewatan menggodanya, dia jadi marah," ucap Altop pada Valendino.
Ronald tertawa terbahak-bahak dan Valendino hanya tersenyum. Dari dulu memang cuma Altop yang paling takut menyinggung perasaan Zefran sementara Ronald dah Valendino lebih santai menanggapinya. Bagi mereka Zefran terlalu arogan, dingin dan temperamen. Namun, mereka tidak yakin Zefran bisa memutuskan persahabatan mereka karena laki-laki itu memiliki sifat setia kawan yang sangat tinggi.
Sementara itu Allena tercenung, melihat Zefran yang kesal dan marah hingga membuat laki-laki itu meninggalkan Night Club. Ada rasa bahagia dalam hatinya setelah mengolok-olok suaminya itu. Semua dilakukannya untuk membalas perbuatan Zefran yang selalu mempermainkannya. Tapi setelah Zefran pergi, justru timbul rasa takut memikirkan pembalasan apa yang akan dilakukan laki-laki itu padanya
Allena pamit untuk kembali bekerja. Valendino menghalangi namun gadis itu tetap teguh ingin melanjutkan tugasnya. Meski kecewa akhirnya Valendino membiarkan Allena kembali bekerja.
Dan seperti biasa saat pulang ke rumah, Allena mendapati sebagian rumah sudah dalam keadaan gelap. Allena berjalan pelan menaiki tangga menuju kamarnya. Allena ingin membuka pintu kamarnya namun teringat saat Zefran telah berada di kamarnya dan melayangkan tamparan di wajahnya.
Allena urung membuka pintu, gadis itu tidak siap menghadapi kemarahan Zefran. Jika waktu itu kemarahan Zefran tidak sampai membuatnya meninggalkan Night Club, Allena mendapatkan dua kali tamparan dan pelecehan secara fisik maupun verbal.
Apa yang akan terjadi padaku kali ini? Saking marahnya tuan Zefran bahkan meninggalkan teman-temannya di Night Club. Apa yang akan tuan Zefran lakukan atas perbuatanku tadi? batin Allena bertanya-tanya.
Gadis itu berbalik arah berjalan ke dapur, Allena benar-benar tidak sanggup bertemu dengan Zefran. Gadis itu melangkah gontai turun dari lantai atas menuju dapur. Mendapati dapur dalam keadaan gelap, gadis itu menekan saklar dan dapur itu pun menjadi terang.
Saat membalik badan menuju kulkas gadis itu terkejut mendapati Zefran yang sedang duduk di meja dapur dengan tatapan yang sayu, kosong menatap lurus ke depan.
Air mata Allena langsung meleleh entah apa sebabnya. Takut akan pembalasan Zefran, rasa menyesal atas perbuatannya atau karena pemandangan yang ada di hadapannya ini.
Allena menatap wajah Zefran yang terlihat begitu sedih. Entah kenapa hati gadis itu merasa teriris, sekarang Allena lebih memilih mendapatkan kemurkaan Zefran dari pada melihat kesedihan di wajah laki-laki itu. Allena berjalan ke hadapan Zefran, laki-laki itu mengangkat wajahnya dan menatap Allena.
"Apakah cukup? Balasan atas perbuatanku padamu, apakah sudah cukup? Sudah impaskah?" tanya Zefran dengan tatapan yang sayu.
"Apa?" tanya Allena tidak mengerti.
"Kamu lakukan itu, mengolok-olok dan menghina suamimu untuk membalas apa yang telah aku lakukan padamu bukan? Apa kamu merasa puas sekarang? Mempermalukanku di depan teman-temanku? Bekerja sama dengan laki-laki lain untuk menghina suamimu? Aku terima semuanya sebagai rasa bersalahku padamu. Aku memang kejam, aku merendahkanmu, aku melecehkanmu, aku menghinamu. Tapi setidak-tidaknya aku tidak melakukannya di depan teman-temanmu. Kamu tidak merasa terhina di depan teman-temanmu" ucap Zefran lalu berdiri beranjak meninggalkan Allena yang menatapnya dengan tatapan yang merasa bersalah.
Sepeninggalan Zefran, Allena menangis seorang diri. Menyesali perbuatan yang telah melukai hati suaminya. Allena merasa apa yang diucapkan Zefran adalah benar. Zefran kejam tapi tidak sekejam dirinya yang menghina di depan teman-temannya.
Maafkan aku tuan, maafkan aku yang sudah keterlaluan, jerit hati Allena menangis tersedu-sedu hingga menelungkupkan wajahnya di meja dapur.
Gadis itu menangis seorang diri di dapur sementara Zefran duduk termenung di balkon kamarnya.
Amarahnya memuncak hingga akhirnya memilih meninggalkan teman-temannya. Melajukan mobilnya sekencang-kencangnya sambil memukul stir mobil berulang kali karena merasakan kesal yang luar biasa. Sesampai di rumah laki-laki itu masih merasa kesal, bertekad kembali menunggu gadis itu di dalam kamarnya.
Lihat saja nanti, aku akan melakukan lebih dari yang aku lakukan waktu itu. Kamu akan lebih merasa terhina lagi. Kamu akan memohon padaku untuk menceraikanmu lihatlah, lihat saja nanti, batin Zefran yang telah dikuasai kemarahan yang memuncak.
Duduk termenung dan tidak sabar menunggu Allena pulang. Laki-laki itu akhirnya masuk ke kamar Frisca untuk menemui istrinya. Namun, apa yang dilihatnya secarik kertas memberitahukan kalau istri yang sangat dicintainya itu sedang melakukan perjalanan bisnis.
Perjalan bisnis, perjalanan bisnis, meninggalkan suami setiap saat. Dasar istri tidak tahu diri, dasar istri tidak berguna, hanya mementingkan diri sendiri, batin Zefran sambil mengamuk mengacak-acak ranjang.
"PERGILAH..., PERGI SAJA TERUS..., TIDAK USAH MENGURUS SUAMIMU..., TAK USAH PEDULIKAN SUAMIMU…, TINGGALKAN SAJA…, BIARKAN DIA KESAL SENDIRI…, BIARKAN DIA MARAH SENDIRI…, BIARKAN DIA SAKIT SENDIRI…," teriak Zefran menggema hingga terdengar ke seluruh rumah.
Para pelayan yang tengah tidur langsung terbangun. Yang sedang berbincang langsung kaget. Yang tengah beristirahat langsung berlari melihat apa yang terjadi.
Terdengar Zefran yang tengah mengamuk hingga memecahkan vas bunga yang ada di kamarnya. Figura-figura yang menampilkan senyum cantik istrinya pun tak luput dari hantamannya hingga jatuh ke lantai pecah berkeping-keping.
Tak ada satu pun pelayan yang berani mendekat. Mereka hanya bisa menunggu hingga kemarahan tuan muda mereka mereda.
Ada yang meninggalkan tempat, ada yang tetap bertahan menunggu keadaan. Ada yang merasa khawatir jika Zefran akan bertindak nekat karena merasa depresi. Namun tidak terdengar apa-apa lagi. Seorang pelayan laki-laki nekat masuk ke kamar Zefran dan melihat kamar yang hancur berantakan.
Sementara laki-laki itu duduk dengan luka di jari-jari tangannya. Pelayan itu segera meminta pelayan lain untuk mengambilkan kotak P3K dan mengobati luka laki-laki yang diam memandang kosong itu.
Laki-laki itu bahkan tidak mempedulikan para pelayannya yang sibuk membersihkan pecahan-pecahan kaca di kamarnya. Zefran masih menatap kosong ke depan hingga akhirnya dia menatap seorang pelayan laki-laki yang duduk sambil menahan kantuk di lantai.
Zefran teringat pada Allena yang juga duduk tertidur di lantai setelah mengurus dan merawatnya. Tertidur setelah menahan lelah dan kantuk demi menjaganya yang sedang jatuh sakit.
Zefran berdiri dan membangunkan pelayan itu. Menyuruhnya beristirahat di kamarnya. Pelayan itu menanyakan keadaan tuan mudanya dengan wajah yang penuh rasa khawatir. Zefran baru menyadari seperti apa Allena merawatnya. Seberapa letih gadis itu mengurusnya.
Kemarahan laki-laki itu mereda, menyadari kebaikan hati gadis itu. Setelah dilecehkan, dihina dan membuatnya jatuh sakit tapi tetap tidak membuat gadis itu mengabaikannya. Masih mau merawatnya dengan sepenuh hati.
Zefran akhirnya berjalan ke dapur untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering setelah berteriak mengamuk di dalam kamarnya. Duduk di dalam gelap hingga akhirnya Allena datang dan menyalakan lampu.
Kini laki-laki itu duduk sendiri di balkon kamarnya merasa kesepian yang amat sangat. Penghinaan yang dilakukan Allena terhadapnya tak dipikirkannya lagi. Laki-laki itu akhirnya tertidur di kursi di balkon kamarnya.
Keesokan paginya Allena melihat Zefran yang berjalan menunduk menuju meja makan. Laki-laki itu langsung menyantap sarapan paginya itu. Tanpa menoleh sedikit pun padanya. Hanya Allena yang setiap saat melirik ke arah laki-laki itu.
"Maafkan aku Tuan, maafkan atas perbuatanku yang sudah sangat keterlaluan," ucap Allena pelan.
Meski pelan tapi terdengar sangat jelas. Namun, laki-laki itu bertingkah seolah-olah tak mendengarkannya. Melihat itu Allena merasa Zefran masih sangat marah padanya. Gadis itu menyantap sarapannya dengan pandangan yang kabur terhalang air mata. Berlinang dan akhirnya turun meleleh di pipinya. Allena merasa lebih baik jika Zefran menamparnya dari pada mendiamkannya.
Zefran memang tidak pernah menyapanya, tidak pernah berbasa basi padanya, tidak pernah ingin mengajaknya bicara namun saat Allena mengeluarkan kata-kata setidaknya laki-laki itu melihatnya meski akhirnya mengacuhkannya.
Saat mengantar laki-laki itu hingga ke teras mata Allena masih berkaca-kaca. Diamnya Zefran dianggap sebagai sinyal laki-laki itu belum memaafkannya. Allena merasa sakitnya tamparan lebih mudah hilang daripada sakitnya diabaikan.
Terlebih lagi Zefran mengabaikan bukan karena tidak peduli padanya tapi karena sakit hatinya pada Allena hingga membuat gadis itu merasa sangat bersalah. Terlihat murung sepanjang hari bahkan saat Valendino mampir di toko bunganya, gadis itu masih terlihat murung meski Valendino berusaha menghiburnya.
Saat pulang kerja dari toko bunga gadis itu terkejut melihat mobil Zefran yang telah terparkir di garasi.
Jam segini sudah pulang? Biasanya tuan Zefran tidak akan pulang sebelum lewat tengah malam, batin Allena.
Allena masuk ke dalam rumah dan bertanya pada para pelayan.
"Apa tuan sakit?" tanya Allena khawatir.
"Tidak Nyonya, Tuan Muda baik-baik saja. Tadi istirahat di kamarnya lalu sekarang bekerja di ruang kerjanya," jelas pelayan itu.
"Oh benarkah?" ucap Allena tidak yakin.
Allena masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan yang berkecamuk. Ada keinginan untuk menyapa laki-laki itu namun jelas Allena tidak berani. Gadis itu hanya bertahan diam di dalam kamarnya.
Saat makan malam gadis itu juga melihat Zefran telah duduk menikmati makan malamnya seorang diri. Allena duduk dan melirik laki-laki itu. Sementara Zefran tetap tidak acuh.
Sejak itu Zefran tidak datang lagi ke Night Club. Allena tidak melihatnya berkumpul dengan teman-temannya. Meski teman-temannya membujuk bahkan meminta Valendino meminta maaf. Zefran memilih untuk tidak datang lagi ke Night Club langganannya itu.
Valendino merasa menyesal, menelpon bahkan mendatangi kantornya. Tapi Zefran bersikap datar dan tidak peduli. Valendino mengungkapkan penyesalannya dengan sungguh-sungguh. Zefran memaafkannya namun tidak membuat laki-laki itu mau datang ke Night Club milik sahabatnya itu lagi. Valendino kehilangan akal.
Allena menjalani hari-hari yang terasa sangat sepi. Sejak ibunya pulang ke rumahnya, Zefran tidak pernah tidur di kamarnya lagi dan Allena tidak peduli itu. Apalagi saat tak ada siapa pun karena Ny. Mahlika yang masih di luar negeri. Sementara Frisca masih melakukan perjalanan bisnis.
Rumah itu semakin terasa sepi bagi Allena, bahkan tetap sepi meski mereka sarapan bersama atau makan malam bersama. Sarapan dan makan malam yang canggung, hening dan asing.
"Mommy pulang," teriak Ny. Mahlika.
Allena dan Zefran tersentak dari makan malam hening mereka. Allena segera menyusul Ny. Mahlika. Nyonya besar itu langsung memeluk menantu dan juga putranya. Ny. Mahlika merasa heran dengan situasi itu.
"Tak biasanya kamu ada di rumah jam segini, ada apa ini?" tanya Mahlika.
Zefran hanya diam, Allena langsung mengajak mertuanya untuk makan malam. Saat makan malam Ny. Mahlika menceritakan perjalanan serunya ke rumah kakak sepupunya. Zefran hanya tersenyum tipis. Allena tidak bisa lama-lama menemani mertuanya berbincang karena harus berangkat kerja di Night Club.
"Tak bisakah kamu berhenti saja dari Night Club? Suamimu bahkan ada di rumah jam segini, kamu malah berangkat kerja lalu kapan kalian bisa bersama?" tanya Mahlika.
Allena tercenung, hal yang sama sekali belum di pikirkannya karena terfokus ingin segera mengumpulkan uang.
"Biarkan saja Mom. Dia berhak menjalani hidup sesuai dengan keinginannya. Jika dilarang sama saja menghalangi kebahagiaannya. Dia juga berhak bertemu dengan orang-orang yang dirindukannya?" ucap Zefran tanpa menoleh sedikit pun.
Ny. Mahlika mengernyitkan dahinya.
"Siapa orang yang dirindukannya?" tanya Mahlika.
"Bisa saja teman-temannya, pacarnya atau siapa saja, entahlah," ucap Zefran sambil tersenyum pada ibunya.
"Ada-ada saja kamu ini, dia itu sudah menikah mana mungkin masih punya pacar?" ucap Mahlika
Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab Allena. Ny. Mahlika menganggap itu adalah perkataan yang tidak masuk akal. Tapi ucapan yang sungguh-sungguh bagi Zefran. Laki-laki itu tetap memalingkan wajahnya saat Allena pamit berangkat bekerja.
Sepeninggal Allena, Ny. Mahlika menunjukkan rasa bahagianya bisa berbincang-bincang panjang dengan putranya. Ny. Mahlika membongkar kopernya dan memberikan oleh-oleh untuk putra dan menantunya.
"Mana Frisca? Jam segini belum pulang?" tanya Mahlika sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Perjalanan bisnis," jawab Zefran singkat.
"Ow.., akhir-akhir ini dia sering melakukan perjalanan bisnis. Baiklah kalau begitu, yang itu untuk Frisca dan yang ini khusus untukmu. Mommy akan memberikannya secara teratur," ucap Mahlika sambil memberikan semacam obat herbal dengan botol sekali pakai.
"Apa ini?" tanya Zefran.
"Itu ramuan herbal, baik untuk kesehatan, menjaga stamina dan vitalitas. Minumanlah!" ucap Mahlika.
"Tidak usah Mommy, aku tidak suka minuman seperti ini," jawab Zefran.
"Cobalah, itu juga yang dikatakan Razzan tapi setelah dicoba dia merasakan manfaatnya. Cobalah kamu akan merasa bugar," bujuk Mahlika bahkan membukakan tutup botolnya untuk Zefran.
Laki-laki itu terpaksa meminumnya, Ny. Mahlika sangat senang sepanjang malam bisa berbincang dengan putranya. Hingga larut malam barulah masing-masing masuk ke kamarnya.
Seperti biasa Allena pulang saat seisi rumah telah tertidur. Gadis itu langsung menuju kamarnya, membersihkan diri dan bersiap untuk istirahat. Allena memandang lingerie yang tak pernah dipakainya itu.
Kenapa aku tidak pernah mencobanya, aku tidak akan sanggup membeli pakaian tidur semahal ini, lagipula Tuan Zefran juga tidak pernah lagi tidur di kamar ini, batin Allena.
Allena mencoba satu persatu pakaian tidur seksi itu dan memandangnya di cermin. Gadis itu tersenyum sendiri melihat penampilannya yang begitu seksi. Mulai dari yang bermodel minim hingga ke yang tembus pandang.
Setelah mencoba Allena menggelengkan kepala pada lingerie tembus pandang sambil tertawa. Akhirnya memilih lingerie berbahan lembut dengan model sangat minim itu.
"Nyaman, lembut, begitu ringan, rasanya seperti tidak berpakaian," ucapnya sambil memandang di cermin lingerie berwarna maroon berlengan tali itu.
Karena lelah Allena akhirnya tertidur sementara Zefran kelimpungan karena tidak bisa memejamkan mata. Laki-laki itu sangat merindukan istrinya. Meraih ponsel dan meminta istrinya untuk segera pulang.
Tentu saja Zefran mendapatkan penolakan, mengingat waktu yang telah larut malam. Dan Frisca juga belum menyelesaikan urusan bisnisnya. Laki-laki itu semakin kebingungan, dalam otaknya hanya ingin bermesraan dengan Frisca.
Menurunkan suhu AC tidak membuat rasa gerahnya hilang. Zefran hingga melepas kaosnya dan mencoba tidur di balkon. Namun, tetap saja tak bisa membuat matanya terpejam.
Hanya bertelanjang dada laki-laki itu akhirnya masuk ke kamar Allena dan sontak membuat gadis itu terbangun.
"Allena tolong aku, aku membutuhkanmu!" ucap laki-laki itu dan langsung membuka selimut Allena.
Belum sadar sepenuhnya dengan apa yang terjadi, Zefran telah mengoyak lingerie Allena. Gadis itu menjerit, Zefran langsung menyumpal mulut manis gadis itu dengan ciuman yang begitu bernafsu. Zefran melepaskan hasratnya pada istri keduanya itu.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Lily
Allena bego banget sih
2024-02-25
0
Lily
jangan takut Allena. kalau kamu pulang pintu kamar mu dikunci jadi Zafran nggak bisa seenaknya masuk kekamar mu dan membalas mu
2024-02-25
0
Ms
kenapa aku sakit hati .. Allena jg bodoh cuekin az mau dia sedih dia apa kah..
2022-07-08
2