Zefran menyesal akan perbuatannya, mencium kening gadis itu saat Valendino tidak berada di ruangan. Namun, saat ingin pergi dari tempat itu Zefran tertegun karena melihat Valendino yang berdiri menatapnya di depan pintu.
Laki-laki itu gelagapan karena mengira Valendino pasti melihat perbuatannya.
"Kamu datang juga? Mereka bilang kamu tidak mau diajak," ucap Valendino santai berjalan mendekati Allena.
Apa dia melihat perbuatanku? batin Zefran.
"Ya, tadinya ingin langsung pulang tapi akhirnya mampir di sini juga," ucap Zefran yang bersiap-siap menunggu reaksi dari sahabatnya.
Laki-laki itu mempersiapkan jawaban jika Valendino bertanya alasannya mencium kening gadis itu. Tapi ternyata Valendino tidak menanyakan apa pun. Zefran merasa lega, laki-laki itu merasa tidak perlu menyiapkan jawaban bohong untuk menutupi perbuatannya. Kalau perlu Zefran menceritakan hubungan yang sebenarnya dengan Allena jika Valendino tidak percaya.
"Aku mencarimu tapi kamu tidak ada di tempat jadi aku masuk saja," ucap Zefran.
"Ya ini rumah sakit, siapa pun boleh berkunjung," ucap Valendino sambil berjalan mendekati Allena.
Laki-laki itu mengusap lembut pipi Allena. Pemandangan seperti inilah yang tidak ingin dilihat Zefran. Sikap lembut penuh kasih sayang yang ditunjukkan laki-laki itu pada istrinya. Zefran tidak tahan dan ingin segera pamit pulang.
"Apa kamu masih membenci Allena?" tanya Valendino tiba-tiba hingga menghentikan langkah kaki Zefran.
"Ya, aku sangat membencinya," ucap Zefran cepat seperti tidak berpikir.
Sedikit pun Zefran tidak ingin bersikap lunak pada Allena. Zefran ingin membentengi dirinya agar tidak jatuh cinta pada gadis itu terlebih lagi saat ini Frisca menuduhnya cemburu pada hubungan Allena dan Valendino.
"Kalau begitu restuilah kami!" ucap Valendino.
"Apa maksudmu?" tanya Zefran heran dan membalik badan kembali menghadap Valendino.
Meminta restu karena aku membenci Allena, apa maksudnya? pikir Zefran.
"Dengan merestui kami artinya kamu benar-benar tidak mencintainya. Aku tidak ingin bersaing denganmu. Kadang orang menunjukkan sikap benci untuk menutupi rasa cinta," ucap Valendino seperti menyindir.
"Aku mencintai istriku," ucap Zefran menunjukkan dirinya tidak akan mencintai wanita lain selain istrinya.
Zefran melanjutkan langkahnya keluar dari ruang rawat inap itu. Laki-laki itu melangkah dengan pikiran yang berkecamuk. Mendengar ucapan Valendino yang terasa sedang menyindirnya.
Apa maksudnya? Apa dia mencurigai hubunganku dengan Allena? Apa menurutnya aku menyukai gadis itu? batin Zefran.
Laki-laki itu berhenti lalu memandangi pintu kamar rawat inap itu.
Apa dia melihatku tadi? Apa dia pura-pura tidak melihatnya? Kenapa tidak tanyakan langsung? Aku bisa memberikan jawabannya. Ya, Allena itu istriku, meminta restu dariku, jangan harap, jerit hati Zefran.
Laki-laki itu kesal, jika Valendino melihatnya mencium Allena artinya dia menutup mata terhadap hubungan Zefran dan Allena. Zefran selalu merasa tidak menyukai Allena dan dia membenci gadis itu namun saat Valendino mendekati Allena, laki-laki itu merasa tidak rela.
Sementara itu Valendino merasa heran melihat Zefran ada di kamar Allena. Laki-laki itu melihat Zefran sedang memandangi wajah Allena lalu melangkah untuk pulang.
Mungkin hanya ingin menjenguk Allena sebentar karena tidak melihatku, dia ingin segera pulang. Tapi kenapa dia memandangi wajah Allena? Apa dia menyesal bersikap jahat pada Allena? Atau dia mulai menyukai Allena, pikir Valendino.
Zefran telah pulang dan Valendino kembali termenung menatap Allena yang masih memejamkan mata. Pandangan matanya beralih menatap infus yang menetes pelan mengalir melalui selang medis dan berakhir di pergelangan tangan gadis itu.
Mata Valendino berjalan menelusuri cairan infus kristaloid yang mengandung air, elektrolit dan glukosa itu. Cairan yang digunakan dokter untuk mengatasi kondisi dehidrasi yang diderita Allena.
Valendino menatap gadis itu dengan perasaan iba. Tak bosan-bosannya Valendino memandang wajah cantik gadis itu. Terlihat begitu diam dan begitu tenang. Valendino membelai rambut gadis itu lembut, merapikan helaian rambut Allena yang menutupi sebagian matanya.
Pandangan mata Valendino menelusuri lekuk wajah gadis itu. Kening, mata, hidung hingga bibir. Mata Valendino bertahan di bibir mungil gadis itu. Bibir yang selalu menampilkan senyum yang manis. Hingga membuat Valendino selalu ingin mengecupnya.
"Bangunlah sayang, apa istirahatnya belum cukup? Aku sangat ingin melihat senyummu," bisik Valendino di depan wajah Allena.
Seperti mendengar ucapan Valendino, perlahan kelopak mata Allena bergerak. Gadis itu membuka matanya namun masih diam. Berkali-kali gadis itu memejamkan matanya lalu membuka kembali hingga akhirnya dengan jelas melihat Valendino yang begitu dekat dihadapannya.
"Kak Valen?" ucap Allena pelan dengan nada heran.
"Akhirnya Putri Tidur bangun juga, padahal belum aku cium," ucap Valendino sambil tersenyum.
Allena tersenyum tipis, gadis itu melihat ke sekeliling ruangan dan merasa asing dengan apa yang dilihatnya. Menoleh perlahan dan langsung bangun terduduk saat menatap tiang infus dan selang medis yang tertancap di pergelangan tangannya.
Ruangan dengan interior mewah, sofa, TV LED, kulkas tak ubahnya kamar hotel bintang lima.
VIP, jerit hati Allena.
"Kenapa aku bisa berada di ruangan ini? Aku tidak akan sanggup membayarnya, aku harus pergi dari sini!" ucap Allena dengan suara yang masih lemah.
Allena ingin turun dari ranjang rumah sakit itu namun Valendino menahannya.
"Jangan khawatirkan itu, aku yang akan membayarnya," jawab Valedino sambil terus meminta Allena untuk beristirahat.
"Jangan lakukan itu Kak, aku tidak akan sanggup membayarnya," ucap Allena pelan.
Allena ingin mencabut jarum infus yang tertancap di pergelangan tangannya. Valendino langsung menghentikannya.
"Apa yang kamu lakukan? Ini bisa membahayakanmu" ucap Valendino panik.
"Aku tidak mau berhutang budi terlalu banyak padamu. Aku tidak akan sanggup membayarnya, aku ingin segera keluar dari rumah sakit ini Kak," ucap Allena sambil menangis.
Terbayang uang yang di tabungnya untuk membayar Ny. Mahlika akan lenyap dalam sekejap untuk biaya rawat di rumah sakit ini. Allena menangis terisak-isak saat mengingat semakin lama dirinya harus terikat dalam pernikahan yang membuatnya menderita itu.
"Biarkan aku pulang Kak," mohon Allena.
"Tentu saja kamu boleh pulang tapi bukan sekarang. Saat ini tubuhmu masih lemah, kamu bisa jatuh pingsan lagi," jelas Valendino.
Allena menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Teringat pernikahannya yang ingin segera diakhirinya terancam gagal dan Allena harus menunggu lebih lama lagi hidup sebagai istri kedua dari suami yang berhati dingin itu.
"Sayang, jangan seperti ini. Tolonglah, aku tidak sanggup melihatmu bersedih," ucap Valendino sambil memeluk Allena.
Gadis itu pasrah, baru saja bertekad mengumpulkan uang dan sekarang dia harus mengeluarkannya untuk biaya rumah sakit. Namun, jelas hal itu tidak dibiarkan oleh Valendino.
Tiga hari setelah di rawat di rumah sakit itu Allena mendapati biaya rumah sakit telah dilunasi oleh Valendino. Laki-laki itu juga memaksa untuk mengantar pulang namun Allena menolak.
"Tapi Allena..," ucap Valendino dengan nada khawatir.
"Tolong jangan memaksaku, biarkan aku pulang sendiri Kak," ucap Allena yang tidak ingin Valendino mengetahui di mana dia tinggal saat ini.
Akhirnya Valendino pasrah membiarkan gadis itu pulang menggunakan taksi. Valendino hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Kenapa kamu begitu sulit Allena. Kenapa begitu sulit bagimu untuk menerima kebaikanku," ucap Valendino.
Laki-laki itu berjalan ke parkiran rumah sakit dan duduk termenung di belakang kemudi.
Sementara itu Allena pulang ke kediaman keluarga Dimitrios. Berjalan pelan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Rumah ini biasanya sepi namun rasanya tidak sesepi ini. Perasaan Allena semakin merasa asing dengan rumah ini.
Para pelayan yang tahu nyonya mudanya baru pulang dari rumah sakit segera datang menemuinya.
"Nyonya ingin makan sesuatu?" tanya Rahma, gadis pelayan yang masih sangat muda itu.
"Terima kasih Rahma tapi aku baru saja makan di rumah sakit," jawab Allena.
"Baiklah nyonya," ucap gadis itu hendak keluar dari kamar itu namun dengan langkah yang ragu-ragu.
"Ada apa Rahma?" tanya Allena melihat keraguan gadis pelayan itu.
"Itu.., Nyonya besar masih di Seoul," ucap Rahma.
"Oh, masih belum pulang?" tanya Allena.
"Ya," ucap Rahma namun gadis itu masih berdiri di situ.
"Ada apa? Katakan saja," ucap Allena melihat Rahma yang masih ingin bicara namun ragu-ragu.
"Nyonya Frisca juga sedang dalam perjalanan bisnis," ucap Rahma lagi.
Allena mengangguk dengan wajah yang masih penuh tanda tanya.
"Itu Tuan Zefran sedang sakit di kamarnya," ucap Rahma.
"APA?" teriak Allena langsung berlari ke kamar Zefran.
Terlihat laki-laki itu sedang tidur bergelung di ranjangnya seperti sangat kedinginan. Allena meraba kening Zefran dan kaget merasakan panas yang amat sangat.
"Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?" tanya Allena panik.
"Tuan tidak mau Nyonya, setiap kali kami mengajaknya ke rumah sakit, tuan selalu marah-marah. Tuan Zefran cuma ingin Nyonya Frisca cepat pulang," jelas Rahma.
"Kalian sudah menelpon nyonya Frisca?" tanya Allena.
"Sudah tapi cuma disuruh bawa ke rumah sakit. Nyonya Frisca masih belum bisa pulang," jelas Rahma.
"Tuan sudah makan?" tanya Allena.
"Belum Nyonya sejak kemarin tidak mau makan," ucap Allena.
Allena meminta Rahma membuatkan bubur yang biasa dibuatkan ibunya saat dia sakit. Gadis itu memberikan resepnya pada para pelayan sementara gadis itu juga menyiapkan air dingin untuk kompres.
"Tidak mau makan dan tidak mau dibawa ke rumah sakit. Cuma ingin istrinya pulang, memangnya bisa sembuh hanya dengan menyuruhnya pulang?" ucap Allena pelan.
Gadis itu bicara pada dirinya sendiri, melihat laki-laki yang sudah setua itu masih begitu manja. Saat sakit tidak mau makan dan hanya ingin ditemani. Allena menaruh sapu tangan handuk yang telah dibasahi air dingin itu di kening Zefran.
Laki-laki itu langsung mengeluh dan memanggil nama Frisca. Allena memandang iba pada laki-laki itu. Tubuhnya terasa panas namun dia seperti kedinginan.
"Itu karena tuan belum makan sejak kemarin. Tuan harus makan sesuatu agar bisa menghangatkan tubuh," ucap Allena sambil menyentuh pipi suaminya dengan tatapan iba.
"Kenapa begitu Nyonya?" tanya Rahma yang baru saja membawakan bubur pesanan Allena.
"Proses menghangatkan tubuh melalui makanan disebut dengan proses thermogenesis. Makanan yang dicerna ini akan diubah menjadi energi untuk bergerak sedangkan energi sisanya diubah menjadi panas yang digunakan untuk memelihara temperatur dalam tubuh," jelas Allena.
Gadis pelayan itu mengangguk-angguk mengerti.
"Setelah makan Tuan harus minum obat turun panas," ucap Allena.
"Baik Nyonya akan saya siapkan obatnya," ucap Rahma.
Allena membangunkan Zefran dan memintanya untuk makan bubur.
"Aku tidak mau!" ucap Zefran pelan dengan mata yang masih terpejam.
"Kalau tidak mau makan, bisa terus sakit. Tuan suka merasa sakit?" tanya Allena.
"BERISIK, AKU TIDAK MAU MAKAN!" teriak Zefran.
"Apa yang Tuan mau?" tanya Allena.
"FRISCA.., AKU INGIN FRISCA PULANG!" lagi-lagi Zefran berteriak.
"Nyonya Frisca belum bisa pulang. Sebaiknya Tuan sembuh dulu baru bisa menyambut Nyonya Frisca," ucap Allena membujuk.
"Aku tidak mau makan!" ucap Zefran sedikit melunak.
"Nyonya Frisca tidak mau pulang jikaTuan tidak mau makan," ucap Allena masih membujuk.
Rahma tersenyum mendengar ucapan Allena. Allena merasa kasihan pada Zefran namun sifatnya yang manja saat sakit, membuatnya memperlakukan Zefran seperti anak kecil.
Zefran diam, Allena menyodorkan bubur ke mulut Zefran. Laki-laki itu membuka mulutnya, Allena menyuapi suaminya itu sambil tersenyum. Rahma yang menemaninya juga ikut tersenyum.
Setelah sapu tangan handuk di kening Zefran terasa hangat. Gadis itu kembali membasahinya dengan air dingin dan meletakkannya di kening Zefran. Gadis itu tersenyum saat Zefran tidak lagi menolak untuk makan.
Laki-laki itu sebenarnya butuh perhatian namun tidak ingin mendapatkannya dari para pelayan. Dengan bujukan dari Allena laki-laki itu akhirnya mau patuh. Menghabiskan bubur lengkap dengan lauk dan sayurannya yang penuh gizi itu.
Allena meminumkan obat turun panas pada laki-laki itu setelah Zefran menghabiskan makanannya. Allena menjaga suaminya itu hingga larut malam.
"Tidurlah Rahma, kamu sudah mengantuk," ucap Allena pada pelayan yang seperti menahan kantuknya.
Meski ragu meninggalkan Allena menjaga sendiri tuannya yang sedang sakit akhirnya Rahma bersedia untuk pergi tidur.
"Kalau perlu apa-apa Nyonya bangunkan saya saja," ucapnya sebelum kembali ke kamarnya.
Allena mengangguk, bersyukur gadis itu sangat membantunya mengurus Zefran. Meski Allena sendiri juga merasa mengantuk tapi gadis itu mencoba bertahan.
Membasahi sapu tangan handuknya dan merapikan selimut laki-laki itu. Bahkan menggenggam tangan Zefran saat melihatnya kedinginan. Allena seperti ingin menyalurkan hawa panas dari tubuhnya pada laki-laki itu.
Tak berapa lama kemudian rasa kedinginan Zefran mulai berkurang. Gadis itu juga tidak terlalu sering membasahi sapu tangan handuknya.
Saking mengantuknya Allena tertidur di sisi ranjang. Tangannya masih menggenggam tangan Zefran. Lewat tengah malam laki-laki itu terbangun dan merasakan sapu tangan handuk yang masih menempel di keningnya.
Laki-laki itu ingin mengambilnya namun tangannya masih dalam genggaman Allena. Laki-laki itu urung melepaskan tangannya dan mengambil sapu tangan itu dengan sebelah tangan yang lain.
Zefran menatap Allena yang masih tertidur, laki-laki itu mendekatkan wajahnya dan memperhatikan wajah gadis itu dari dekat.
Kenapa kamu merawatku padahal aku jahat padamu, batin Zefran.
Menyingkirkan helaian rambut yang menutupi mata gadis itu dan menyematkan di telinganya. Zefran menatap wajah cantik itu dan tersenyum. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga malam. Perlahan laki-laki itu melepaskan tangannya yang di genggam Allena lalu turun dari ranjang.
Laki-laki itu masuk ke kamar mandi. Tubuhnya sudah mulai terasa ringan dan tidak lagi demam. Zefran memutuskan berendam di jacuzzi whirlpool bath. Merasakan sensasi relaksasi dengan aroma terapi yang menenangkan.
Terlintas kembali saat pertama kali bertemu dengan Allena. Gadis itu jatuh dalam pelukannya hingga akhirnya menikah dengannya. Zefran tersenyum saat pertama kali memaksa mencium gadis itu.
Aku benar-benar jahat, demi menutupi hasratku, aku tega mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatinya tapi sekarang dia justru merawatku, batin Zefran.
Kembali teringat saat baru pulang dari menjenguk Allena. Laki-laki itu mendapat pesan kalau Frisca pergi melakukan perjalanan bisnis mendadak.
Zefran pulang ke rumah megah yang sepi itu. Bukan hanya rumah itu yang sepi namun hatinya juga ikut terasa sepi. Ibunya berangkat keluar negeri, istrinya melakukan perjalanan bisnis sementara istri mudanya terbaring di rumah sakit.
Laki-laki itu duduk di belakang kemudi mobil yang telah terparkir di garasi. Perasaannya sangat enggan masuk ke dalam rumah yang sepi itu. Zefran merasa kesepian dan baru kali itu dia merasakan perasaan seperti itu.
Zefran memilih bertahan di mobil dan akhirnya tertidur di situ. Merasakan badannya yang terasa pegal saat bangun tidur namun mencoba untuk tetap pergi bekerja.
Hanya setengah hari laki-laki itu bertahan di kantornya. Kemudian meminta kepada supir kantor untuk mengantarnya pulang. Laki-laki itu merasa tubuhnya demam namun tidak mau dibawa ke rumah sakit. Hatinya protes karena keluarganya yang tidak berada disisinya saat dia jatuh sakit.
"Aku tidak mau ke rumah sakit, biarkan aku mati saja. Percuma punya keluarga tapi tidak ada yang peduli padaku!" teriaknya pada para pelayan yang membujuknya.
Laki-laki itu tersenyum saat mengingat sikapnya yang kekanak-kanakan. Zefran kembali ke kamarnya dan melihat Allena yang tertidur dengan posisi duduk beralaskan karpet di samping ranjangnya.
Laki-laki itu menggendong tubuh Allena yang duduk di lantai beralaskan karpet lalu menaruhnya pelan di atas ranjang.
Bukankah kamu juga sakit? Kenapa malah merawatku? batin Zefran sambil memandangi wajah gadis cantik itu.
Zefran berbaring di samping Allena lalu menyelipkan tangannya di tengkuk gadis itu menarik tubuh Allena kedalam dekapannya. Zefran mengecup bibir gadis itu sekilas lalu kembali melanjutkan tidurnya sambil terus memeluk tubuh gadis itu.
Zefran dan Allena tersentak bangun saat mendengar suara ribut. Pintu kamar pun terbuka, mereka kaget saat melihat Frisca berdiri di depan pintu kamar itu.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Lily
egois
2024-02-25
0
Hera
bakal huru hara ga yaaa
2022-06-05
3
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ᙏᴼᙏ'ˢᎯ📴
cemburu nih friska,,, terus nyalahin allena yg sengaja merayu zefran,,,
padahal kalo gk diurus allena blm tentu jg zefran bisa sembuh dgn cepat
2022-03-28
2