Zefran mengingatkan alasan Allena menikah dengannya, gadis itu akhirnya berhenti meronta. Melihat Allena yang pasrah membuat Zefran semakin leluasa melanjutkan aksinya. Laki-laki itu membenamkan bibirnya sedalam-dalamnya sambil memeluk erat tubuh gadis itu.
Berkali-kali dan perlahan-lahan, Zefran membuat gadis itu merasa nyaman dengan ciumannya. Tangis Allena mereda, ingatan gadis itu akan ciuman di mobil yang hanya untuk melecehkannya itu perlahan meredup. Allena merasakan keseriusan ciuman Zefran kali ini.
Laki-laki itu tidak lagi kasar, terburu-buru dan penuh amarah. Namun, perlahan, lembut dan menikmati. Allena merasa Zefran sungguh-sungguh ingin bercinta dengannya. Laki-laki itu hingga menciumi leher dan bahunya. Allena memejamkan mata menikmati ciuman Zefran. Tanpa disadari Allena membalas ciuman Zefran. Perlahan tangannya naik dan melingkar di punggung laki-laki itu.
Tiba-tiba ciuman Zefran terhenti, laki-laki itu berdiri memandang Allena yang termangu dan heran melihat sikap Zefran. Laki-laki itu tersenyum mengejek sambil menatap Allena yang telah duduk memandanginya.
"Benar-benar murahan!" ucap Zefran kemudian melangkah keluar dari kamar itu.
Lalu masuk ke kamar Frisca dan berbaring sambil memeluk istrinya dari belakang. Mengecup tengkuk wanita itu kemudian memejamkan mata sambil tersenyum.
Rasakan pembalasanku, bermesraan lagi di depan mataku akan aku buat kamu lebih terhina lagi, batin Zefran.
Zefran terlelap sambil memeluk istrinya sementara Allena duduk sambil membenahi kemejanya. Gadis itu menangis terisak-isak. Untuk kedua kalinya Zefran mempermainkannya, melecehkannya dan menghinanya.
Kenapa aku begitu bodoh? Setelah bertekad menolaknya kenapa aku masih mau dibohongi olehnya? Kenapa aku masih percaya dengan rayuan palsunya? Kenapa aku masih mengharapkannya? Kenapa berharap dia sungguh-sungguh menginginkanku? Kenapa dia begitu jahat padaku? Apa salahku? Kenapa dia begitu kejam padaku? batin Allena yang menangis.
Gadis itu duduk di ranjang sambil menyesali kebodohannya yang percaya rayuan palsu Zefran. Kelembutan ciuman yang palsu, hasrat yang terlihat menggebu namun ternyata palsu.
Hingga menjelang pagi air mata Allena masih mengalir. Tatapan matanya kosong seperti seorang yang telah mengalami pelecehan yang tidak dapat dilupakan. Allena hanya duduk semalaman, penyesalan membuatnya tak bisa memejamkan mata.
Saat matahari merangkak masuk melalui jendela kaca kamar itu, barulah Allena tersadar. Bergerak menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kerja. Saat sarapan gadis itu banyak melamun, membuat Ny. Mahlika khawatir pada Allena.
"Allena kenapa wajahmu terlihat pucat dan tubuhmu terlihat lemas. Ada apa? Kamu sakit? tanya Mahlika dengan wajah yang cemas.
"Tidak apa-apa Mommy, saya baik-baik saja," jawab Allena kembali menatap sarapannya yang tak banyak berkurang.
Hanya itu yang bisa diucapkan gadis itu, tubuhnya memang terasa lemas dan selera makannya jauh berkurang. Perasaan gadis itu masih terasa sedih, hatinya masih terasa sakit. Gadis itu ingin menangis untuk mencurahkan kesedihannya.
Namun menangis saja rasanya tidaklah cukup, setelah menangis semalaman tetap saja tidak mengurangi beban di dadanya. Zefran melirik ke arah Allena melihat wajah murung gadis itu. Zefran merasa sikap Allena ada hubungannya dengan peristiwa tadi malam. Ada rasa menyesal menyelubungi hati laki-laki itu. Zefran merasa apa yang dilakukannya sudah sangat keterlaluan.
"Hari ini Mommy mau berangkat ke Seoul menemui kakak sepupu Mommy. Sudah cukup lama rasanya tidak berkunjung ke sana. Tidak apa-apa kan?" tanya Mahlika meminta izin.
"Ya nggak apa-apa dong Mom, semoga perjalanan Mommy menyenangkan ya," ucap Frisca dengan senyum penuh semangat.
Ny. Mahlika menoleh pada Zefran, laki-laki itu hanya mengangguk tanda menyetujui. Kemudian Ny. Mahlika beralih menatap Allena, nyonya itu juga ingin meminta persetujuan Allena. Namun, gadis itu hanya diam tidak menanggapi. Tatapannya kosong, gadis itu sama sekali tidak memperhatikan ucapan Ny. Mahlika.
"Allena.., Allena!" panggil Mahlika berkali-kali.
Allena kaget dan meminta maaf karena tidak memperhatikan. Ny. Mahlika mengulangi perkataannya dan Allena mengangguk untuk menyetujui.
"Kalau tidak enak badan, tidak usah masuk kerja dulu. Istirahat saja di rumah!" nasehat Mahlika.
"Nggak apa-apa Mom, saya baik-baik saja," jawab Allena untuk kesekian kalinya.
Ny. Mahlika pun pasrah membiarkan Allena berangkat kerja. Di toko bunga, gadis itu terlihat lesu, keringatnya senantiasa membasahi keningnya. Berkali-kali gadis itu mengusap keringat di dahinya itu dengan ujung lengan kemejanya. Membuat Tiara, pemilik toko bunga merasa kasihan padanya.
"Allena sepertinya kamu sedang sakit, wajahmu terlihat pucat dan keringat dingin, sebaiknya kamu istirahat di rumah biar saya yang menggantikan kamu di toko," ucap Tiara.
"Saya nggak apa-apa Kak, cuma agak capek," ucap Allena dengan nafas yang terengah-engah.
Kadang-kadang gadis itu memejamkan matanya.
"Kenapa kamu memaksakan diri masuk kerja?" tanya Tiara.
"Saya butuh uang kak, saya nggak mau uang kehadiran saya dipotong," ucap Allena jujur.
"Untuk apa Allena? Untuk apa uang itu sampai kamu memaksakan diri seperti ini?" tanya Tiara.
"Saya ingin segera mengembalikan uang orang Kak. Saya ingin segera mengembalikannya, saya ingin bebas Kak!" ucap Allena dengan berlinang air mata.
Tiara terenyuh mendengar ucapan Allena meski tidak tahu persis apa permasalahan yang dialami gadis itu. Tiara memeluk Allena yang terlihat lemah.
"Jika kamu butuh uang, aku bisa meminjamkannya Allena. Kamu tidak perlu bekerja keras saat tubuhmu lemah begini," ucap Tiara.
Pemilik toko bunga yang bijak itu menyandarkan Allena di dadanya. Kasihan melihat wajah gadis itu yang semakin pucat.
"Kak, saya nggak apa-apa kok. Kakak lanjutkan saja pekerjaan kakak, biar saya yang jaga toko," ucap Allena dengan senyum yang dipaksakan.
Air mata Allena masih berlinang namun gadis itu berusaha untuk tersenyum agar atasannya itu tidak lagi merasa khawatir padanya. Melambaikan tangan sambil tersenyum agar pemilik toko itu kembali ke ruangannya.
Allena kembali termenung saat Tiara kembali ke ruangannya. Gadis itu mencari kesibukan dengan menyirami bunga-bunga dengan semprotan.
Terdengar bunyi bel pintu, gadis itu langsung menyambut dan menyapa pengunjung yang datang.
"Oh, Kak Valen," sapa Allena sambil tersenyum.
Valendino diam tak membalas sapaan Allena. Laki-laki itu lebih tertarik untuk menatap wajah Allena yang terlihat sangat pucat.
"Kamu lagi sakit Allena?" tanya Valendino.
"Nggak, cuma sedikit capek," jawab Allena.
Valendino diam memperhatikan gadis itu, sedikit pun dia tidak percaya dengan ucapan Allena.
"Kakak ada keperluan apa datang ke sini?" tanya Allena.
"Sebenarnya ingin mencari gadis yang aku rindukan tapi sepertinya dia sedang kurang enak badan. Bagaimana kalau kita periksa ke dokter?" tanya Valendino membujuk.
"Aku baik-baik saja kenapa harus periksa ke dokter?" tanya Allena sambil tertawa yang dipaksakan.
Namun, tiba-tiba pandangannya kabur, lantai tempat berpijaknya terasa bergoyang. Pandangannya berkunang-kunang Allena tak kuasa mempertahankan keseimbangannya. Dunianya menjadi gelap. Allena ambruk kehilangan kesadaran. Segera Valendino meraih tubuh gadis itu sebelum jatuh ke lantai. Valendino berteriak memanggil namanya.
"Allena.., Allena bangun, Allena!" jerit Valendino sambil menepuk pipi Allena.
Namun gadis itu tak merespon sama sekali. Pemilik toko datang mendengar teriakan Valendino. Bersama-sama mereka akhirnya membawa Allena ke rumah sakit.
"Apa yang terjadi Allena? Kenapa kamu terlihat begitu menderita?" ucap Valendino bicara pada dirinya sendiri.
Dokter menjelaskan bahwa Allena terkena dehidrasi karena stress. Dokter juga menjelaskan kalau kadar glukosa dalam tubuh Allena menurun dan itu membuatnya menjadi lemas dan hilang kesadaran.
"Aku sudah memintanya istirahat di rumah namun Allena bersikeras tetap bekerja. Allena sepertinya sangat membutuhkan uang," bisik Tiara sambil menyentuh tangan gadis itu.
Allena terbaring di sebuah ruangan rawat inap, Valendino meminta gadis itu di rawat di ruangan terbaik dengan fasilitas yang mewah. Ruang rawat inap yang lebih mirip kamar hotel sekelas VVIP itu dipilihnya demi kenyamanan gadis yang dicintainya itu.
"Membutuhkan uang? Untuk apa?" tanya Valendino penasaran.
"Entahlah tapi dia mengatakan ingin mengembalikan uang seseorang," ucap Tiara.
"Apa dia berhutang?" tanya Valendino penasaran.
"Saya tidak tahu pasti, Allena tidak begitu jelas menceritakannya. Itu juga baru tadi pagi dia mau bercerita," ucap Tiara.
Valendino yang teringat belum memperkenalkan diri pada atasan Allena itu segera memperkenalkan diri. Tiara melihat ketulusan dan perhatian Valendino terhadap pekerjanya itu. Karena itulah Tiara berani bercerita tentang kesulitan Allena.
Pemilik toko bunga itu minta diri untuk kembali ke toko bunganya karena tidak ada yang bisa menggantikan Allena saat ini. Valendino sangat berterima kasih atas perhatian dan kebaikan atasan Allena itu.
"Saya yang harusnya berterima kasih karena Tuan sudah perhatian pada pekerja kami," ucap Tiara.
Valendino mengangguk, baginya Allena sangat berarti. Tentunya saja dia perhatian pada gadis itu. Tiara telah pulang dan Valendino tinggal seorang diri. Laki-laki itu menatap wajah Allena lalu menggenggam tangan gadis itu.
Kamu harus ceritakan masalahmu padaku, aku tidak akan membiarkanmu menderita seorang diri. Allena, aku bisa memberikan segalanya untukmu, batin Valendino sambil mencium telapak tangan gadis itu.
Valendino menjaga Allena bahkan hingga malam. Sedikit pun perhatian Valendino tidak beralih dari gadis itu. Valendino sangat mengkhawatirkan kondisi gadis itu meski dokter menyatakan kondisi Allena telah stabil dan hanya butuh istirahat.
Menatap Allena yang terbaring lemah dengan jarum infus yang menancap di pergelangan tangannya itu membuat Valendino lupa segalanya. Mengabaikan ponselnya yang bergetar di sakunya hingga berkali-kali.
Karena merasa terganggu akhirnya laki-laki itu menerima panggilan telepon dari Altop.
"Kamu di mana? Tumben tidak ke sini? Apa kalian janjian di suatu tempat?" tanya Altop sambil tertawa.
Zefran mendengar percakapan Altop dan Valendino. Laki-laki itu dan kedua temannya dari tadi penasaran karena tidak melihat Valendino di Night Club. Dan rasa penasaran mereka semakin bertambah karena ternyata Allena juga tidak masuk kerja.
Ronald dengan cepat berpikir kalau Valendino dan Allena sedang berduaan di suatu tempat hingga tidak peduli pada panggilan telepon mereka. Mereka membayangkan kalau saat ini Valendino sedang berusaha menaklukkan Allena.
Kedua teman Zefran itu tertawa membayangkan kejadian itu sementara emosi Zefran justru semakin memuncak. Hingga akhirnya giliran Altop yang menelpon dan Valendino menerima panggilan telepon darinya.
"Mereka sudah selesai rupanya, Valen sudah mengangkat teleponnya," bisik Altop saat terdengar sapaan dari Valendino.
Ronald dan Altop tertawa cekikikan sambil menahan khayalan mereka. Ucapan Altop semakin menguatkan bayangan di benak Zefran. Laki-laki itu menahan emosi hingga tubuhnya bergetar.
Altop masih tertawa saat tak mendengar apa pun di balik ponselnya.
"Wah, sepertinya Valen sedang mengatur nafas, dia diam lagi," ucap Altop setelah menanyakan keberadaan Valendino dan Allena hingga menuduh mereka janjian di suatu tempat.
Valendino ragu mengungkapkannya tapi akhirnya menceritakan kondisi Allena. Berharap Altop sebagai atasan tertinggi Allena memberi kelonggaran pada gadis itu karena tidak bisa datang untuk bekerja. Raut wajah Altop berubah serius, Ronald yang tadinya tertawa pun akhirnya diam penasaran.
"Di rumah sakit mana?" tanya Altop.
Terlebih mendengar ucapan itu Ronald dan Zefran semakin penasaran ingin mengetahui isi pembicaraan Altop dan Valendino.
"Baiklah kami akan ke sana," ucap Altop mengakhiri pembicaraannya dengan Valendino.
"Allena pingsan tadi sore, Valen sedang menjaganya di rumah sakit," ucap Altop.
Zefran dan Ronald kaget bukan main, bayangan mereka tadi langsung lenyap. Ronald merasa bersalah karena berpikiran seperti itu pada temannya. Sementara Zefran tercenung karena tidak menyangka istrinya saat ini sedang terbaring sakit di temani sahabatnya.
"Ayo kita ke rumah sakit jenguk Allena," ajak Ronald.
Mengajak Zefran yang hanya diam dengan segala macam pikiran di kepalanya. Rasa penyesalan menyelimuti pikirannya mengingat tadi pagi saat sarapan Allena memang terlihat tidak sehat. Namun laki-laki itu tidak mempedulikannya di tambah lagi ibunya yang sudah bertanya dan Allena menjawab kalau dia baik-baik saja.
"Sebenarnya dia sakit apa?" tanya Ronald lagi.
"Dehidrasi karena stress," jelas Altop.
Zefran tercenung, perasaan menyesal lebih dirasakannya saat mendengar penyebab gadis itu jatuh sakit.
Apa karena perbuatanku kemarin malam? Allena terlihat sangat terpukul. Aku puas, semakin melihatnya menderita aku semakin puas tanpa memikirkan dampaknya di belakang hari, batin Zefran.
Laki-laki itu lebih menyesal lagi saat teringat ekspresi Allena yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Sementara dia hanya tersenyum mengejek melihat tatapan itu. Sekarang Zefran merasa perbuatan dan ucapannya itu sangat keterlaluan.
"Gimana? Kita ke sana temani Valen?" tanya Ronald.
"Ya, tentu saja. Allena itu bukan pelayan biasa tapi pacarnya Valen. Kalau pelayan lain sakit aku nggak akan peduli. Kita menjenguk gadis itu demi Valen. Gimana Zefran, kamu mau ikut?" tanya Altop.
Zefran tidak menjawab, pikirannya masih penuh dengan penyesalan hingga tidak mendengar ajakan Altop.
Kenapa aku sejahat itu? Perbuatanku membuat jiwa Allena terguncang, jerit hati Zefran.
Altop akhirnya menepuk bahu temannya itu untuk menyadarkannya.
"Aku tidak ikut, aku mau pulang saja!" ucap Zefran menunduk memandangi lantai Night Club itu.
"Hey, kami tahu kamu tidak menyukai Allena karena kejadian tempo hari. Tapi keadaannya sekarang sudah lain, Allena itu pacarnya sahabat kita. Dan kita harus mendukungnya, Allena itu sudah menjadi bagian dari keluarga kita sama seperti Frisca," jelas Ronald.
"C U K U P…, aku bilang tidak ikut ya artinya aku tidak mau ikut," ucap Zefran keras dengan tubuh yang bergetar.
Telah terjadi peperangan di hatinya saat ini mengingat perlakuannya terhadap Allena. Dan laki-laki itu tidak akan suka melihat kenyataan semua teman-temannya saat ini mendukung hubungan Valendino dengan istrinya. Altop menyerah, laki-laki itu berdiri dan hanya mengajak Ronald.
"Kalau kamu berubah pikiran, susul kami ya!" ucap Altop sambil memberi tahu rumah sakit dan ruangan yang ditempati Allena saat ini.
Kedua sahabatnya telah pergi, Zefran duduk termenung menjambak rambutnya sendiri. Setengah hatinya ingin ikut menjenguk Allena namun tidak akan sanggup memandangi Valendino yang akan selalu berdiri di samping istrinya.
Setengahnya lagi ingin melihat keadaan gadis itu dan melihat seberapa parah sakit yang diderita Allena akibat dari perbuatannya itu.
Dan kini laki-laki itu hanya berdiri menatap melalui lobang kaca di pintu ruang rawat inap Allena. Setelah tinggal sendiri di Night Club, laki-laki itu ingin memacu mobilnya pulang ke rumah. Namun, di tengah jalan laki-laki itu menginjak rem dan duduk termenung di depan kemudi.
Hingga akhirnya memutar balik kemudi menuju rumah sakit di mana istrinya sedang dirawat. Zefran termangu menatap Valen yang tidak henti-hentinya memandangi wajah Allena yang masih tertidur. Tangan gadis itu digenggam erat olehnya.
Kedua sahabatnya telah pulang dan membiarkan laki-laki itu berdua bersama gadis yang dicintainya. Zefran hanya mampu mencapai pintu itu, tidak sanggup menemui sahabat yang sedang menemani istrinya itu.
Valendino berdiri dan pergi meninggalkan ruangan Allena. Kesempatan itu dipergunakan Zefran untuk masuk ke ruangan gadis itu. Menatap gadis yang diam memejamkan mata.
Maafkan aku Allena, batin Zefran.
Zefran sungguh-sungguh menyesal dengan perbuatannya. Tanpa disadarinya laki-laki itu telah mendekat dan mencium kening istrinya.
Maafkan aku! Maafkan atas perbuatan jahatku padamu, batin Zefran sekali lagi menyatakan penyesalannya.
Setelah mencium kening gadis itu cukup lama dan dalam, laki-laki itu melangkah untuk meninggalkan tempat itu. Namun, tertegun saat melihat Valendino berdiri menatapnya di depan pintu.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Lily
apa kabar kamu yg sengaja bermesraan bukan hanya didepan Allena saja bahkan didepan ibunya, tidak ada sedikit pun rasa hormat mu pada mertua mu. lagian Valen yang nyosor terus bukan Allena yang sengaja manas manasin kamu
2024-02-25
0
✨viloki✨
Jengjeeeng
2022-06-04
2
Suzzie Liana
naaahh looo konangan 😀
2022-05-31
1