Allena mendengar namanya dipanggil, gadis itu membalik badan. Belum sempat melihat siapa orang yang memanggilnya, Allena telah dipeluk erat oleh seseorang. Sejak memiliki keinginan untuk bekerja lagi, sama sekali tidak terpikirkan olehnya akan bertemu lagi dengan Valendino. Allena terpaku, matanya berkaca-kaca. Saat tersadar gadis itu segera berusaha melepaskan pelukannya.
"Jangan seperti ini, aku mohon. Jangan menghindar lagi dariku. Jangan lari dariku, aku tidak peduli kamu belum bisa menerimaku tapi tolong biarkan aku tetap di sisimu. Biarkan aku tetap melihatmu" ucap Valendino masih tetap memeluk Allena.
Zefran, Altop dan Ronald termangu saat tiba-tiba Valendino berdiri dari tempat duduknya, berlari mengejar Allena dan langsung memeluk gadis itu.
"Aku mencarimu di hotel, aku sangat kecewa saat mengetahui kamar yang kamu tempati sudah kosong. Kenapa? Kenapa check out tanpa memberitahuku. Aku sangat sedih Allena, aku pikir kita tidak akan bertemu lagi," ucap Valendino semakin erat memeluk tubuh gadis itu.
Valendino segera mengajak gadis itu berkenalan dengan teman-temannya. Allena mengelak, gadis itu mencari alasan untuk menolak. Namun, Valendino sangat bersemangat memperkenalkan Allena pada teman-temannya.
"Tidak apa-apa sayang, mereka teman-temanku. Mereka harus tahu siapa gadis yang aku sukai," ucap Valendino.
Allena berharap saat itu Zefran tidak berada di sana. Harapan yang sia-sia karena setiap hari Zefran dan teman-temannya memang selalu berkumpul di situ. Allena terperangah saat dengan pasti melihat Zefran yang sedang duduk di sana sambil meneguk minumannya.
Allena hendak berbalik namun Valendino justru mendorong gadis itu untuk menemui fraternity-nya. Zefran terkejut, matanya tajam menatap ke arah Allena.
Rupanya ini tujuanmu kembali bekerja, agar bisa bertemu lagi dengan Valen, dasar perempuan murahan selalu mencari cara untuk berselingkuh, batin Zefran.
Valendino memperkenalkan gadis yang dicintainya itu. Ronald dengan cepat mengulurkan tangannya.
"Setelah sekian lama akhirnya kami tahu seperti apa seleramu Valen," ucap Ronald sambil tersenyum pada Allena.
"Apa aku juga perlu berkenalan dengannya? Jelas-jelas dia bekerja untukku," ucap Altop sambil berdiri mendekati Allena.
Gadis itu menunduk, belum pernah sebelumnya Allena berbicara secara langsung dengan pemilik Night Club mewah ini. Altop tersenyum lalu mengulurkan tangannya. Dengan ragu-ragu Allena menjabat tangan atasannya itu.
"Aku berkenalan bukan sebagai atasan kepada bawahan tapi sebagai teman dari pacarmu," ucap Altop sambil tersenyum.
Valendino tertawa sambil merengkuh bahu Allena menatap gadis itu dengan tatapan yang lembut.
"Valen kamu tidak mengenalkan Allena pada Zefran?" tanya Ronald.
"Mereka sudah berkenalan saat bertemu di hotel tempo hari," ucap Valendino menjelaskan.
"Tunggu dulu, setelah ku perhatikan pacarmu ini bukannya gadis pelayan yang jatuh di pelukan Zefran waktu itu? Yang ngotot mengembalikan jas tapi ditolak mentah-mentah oleh Zefran?" tanya Ronald.
"Benar…, benar…, dia orangnya yang membuatku pusing gara-gara Zefran ingin aku memecatnya sedangkan Valen ingin aku mempertahankannya. Benar dia orangnya, wah tidak disangka ternyata kamu membela karena ada maksud rupanya," ucap Altop sambil tertawa.
Semua tertawa kecuali Zefran dan Allena. Zefran menatap tajam pada Allena sementara gadis itu hanya diam menunduk. Valendino kembali menatap gadis itu, tangannya tak lepas dari pinggang gadis itu. Valendino terlihat sangat bahagia.
"Tapi ternyata ucapanku tidak menjadi kenyataan, kalian ingat? Allena jatuh dipelukan Zefran persis seperti Frisca dulu. Aku pikir Allena akan menjadi istri Zefran juga tapi rupanya malah jadi calon istri Valen," ucap Roland yang dibalas dengan anggukan oleh Altop.
"Betul, ramalanmu benar-benar payah," ucap Altop.
Valendino tersenyum pada Allena, laki-laki itu begitu bahagia teman-temannya menganggap Allena sebagai calon istrinya. Tak henti-hentinya laki-laki itu menatap wajah Allena yang tertunduk. Tidak ada yang tahu betapa besar rasa rindu Valendino pada gadis itu.
Valendino segera menangkup wajah Allena, mengangkat wajah gadis itu hingga mata mereka saling bertemu. Dengan lembut Valendino menyatukan bibir mereka. Zefran membelalakkan matanya. Sementara Ronald dan Altop tertawa memberi dukungan.
"Get a room" ucap Ronald.
"Siap bos!" seru Valendino tersenyum kembali mengecup bibir Allena.
Zefran menghela nafas berat, rahangnya mengencang. Laki-laki itu meneguk minumannya dengan sekali teguk. Kerongkongannya tiba-tiba terasa kering. Sementara Allena termangu tidak percaya. Valendino begitu nekat menciumnya di depan teman-temannya.
Allena ingin segera pergi dari tempat itu namun Valendino menghalangi. Laki-laki itu justru mengajak Allena duduk bersama mereka. Allena duduk berhadapan dengan Zefran, laki-laki itu masih menatap tajam padanya. Allena tidak sanggup melihat tatapan itu lebih lama dan memohon untuk membiarkannya pergi.
"Mau kemana, di sini saja. Aku masih sangat merindukanmu," bisik Valendino.
Allena bingung, gadis itu sudah bertekad untuk menutupi hubungannya dengan Zefran. Karena laki-laki itu memang merahasiakannya dari teman-temannya. Namun sikap Valendino yang begitu mesra padanya membuat Allena serba salah.
"Maaf kak, aku harus bekerja," ucap Allena ingin segera pergi dari tempat itu.
Allena berdiri tapi Valendino menahan tangan gadis itu.
"Jangan pergi, Altop tidak akan marah jika kamu tidak bekerja sebentar saja," ucap Valendino memohon.
Melihat itu Altop angkat bicara, sebagai pemilik Night Club dan orang yang mempekerjakan Allena laki-laki itu merasa perlu memberi kelonggaran pada Allena demi sahabatnya itu.
"Tidak apa-apa Allena, menemani tamu juga termasuk melayani, tugas pelayan adalah melayani," ucap Altop menjelaskan.
"Thank you Top" ucap Valendino tersenyum mendapat dukungan dari Altop.
Valendino menarik tangan Allena dan membuat gadis itu terduduk kembali. Valendino langsung menarik Allena ke dalam pelukannya. Membuat gadis itu bersandar di dada bidangnya.
"Nanti malam aku antar kamu pulang ya," bisik Valendino.
"Tidak, jangan!" seru Allena bangkit dari bersandarnya.
"Kenapa?" tanya Valendino.
"Aku pulang naik mobil karyawan. Aku tidak mau diantar olehmu," ucap Allena tegas.
Melihat keseriusan nada bicara Allena membuat laki-laki itu akhirnya menurut. Valendino sedikit pun tidak ingin memaksakan kehendaknya pada gadis itu.
"Baiklah," ucap Valendino mengalah.
Keempat sahabat itu kembali berbincang-bincang, Allena selalu mencari cara untuk pergi dari situ. Saat minuman terlihat habis, gadis itu berinisiatif untuk mengambilkannya tapi Altop melarang. Laki-laki itu menjentikkan jarinya pada Manager Night Club untuk mengambilkan tambahan minuman.
Sesekali Allena melirik pada Zefran dan setiap kali itu pula Allena melihat Zefran sedang menatapnya. Setiap kali Valendino berbisik padanya, Allena akan melirik pada Zefran.
Apalagi saat laki-laki itu mengecup bibir Allena, reflek gadis itu melirik pada suaminya dan kali ini Zefran tidak hanya sekedar menatapnya. Tapi mengucapkan kata 'murahan' tanpa suara hanya dengan gerak bibirnya.
Mata Allena langsung berkaca-kaca, gadis itu segera berdiri dari tempat itu kemudian berlari. Valendino mengejarnya, laki-laki itu kaget saat melihat Allena yang berlari sambil menangis.
"Ada apa sayang?" tanya Valendino sambil menahan tangan Allena.
"Aku tidak bisa duduk di situ sambil dipeluk olehmu. Aku merasa seperti wanita penghibur di sana. Maafkan aku, aku tidak bisa menemanimu," ucap Allena sambil menangis.
Hatinya terasa sakit saat Zefran mengucapkan kata itu. Kembali suaminya mengucapkan kata-kata yang menghinanya. Valendino sedih menatap gadis yang sedang menangis itu dan mengalah pada keinginannya.
"Baiklah sayang, baiklah…, maafkan aku, maafkan aku ya?" ucap Valendino memohon sambil menangkup wajah Allena yang penuh dengan air mata.
Laki-laki itu memeluk Allena lalu membelai lembut rambut gadis itu. Valendino sebenarnya tidak tega membiarkan gadis itu bekerja sementara dia duduk-duduk santai bersama dengan teman-teman.
Berkali-kali laki-laki itu mencari di mana Allena berada namun Valendino selalu kecewa karena setiap kali itu pula dia tidak menemukannya. Valendino semakin merindukan Allena.
Dan hari ini Valendino menemukan gadis itu lagi. Rasanya laki-laki itu tidak ingin melepaskan tangannya lagi. Ingin selalu memeluknya dan ingin memilikinya.
Valendino terpaksa mengalah saat melihat Allena menangis sambil memohon untuk membiarkannya pergi. Zefran tersenyum melihat Valendino yang termangu melihat Allena menghilang di antara pengunjung Night Club itu.
Saat semua teman-temannya pulang, Valendino masih bertahan di Night Club itu, menunggui gadis impiannya hingga Night Club itu di tutup.
"Kenapa kakak menungguku, aku udah bilang akan pulang dengan mobil pekerja," ucap Allena saat melihat Valendino berdiri di depan pintu masuk Night Club.
"Aku tidak akan mengantarmu pulang. Aku hanya ingin memastikan kamu benar-benar pulang dengan diantar," jawab Valendino.
"Tolong kakak jangan bersikap seperti ini, ini bukan hari pertamaku bekerja. Aku sudah bertahun-tahun bekerja di sini. Sikap Kak Valen membuat aku merasa terbebani," ucap Allena menangis.
Gadis itu merasakan sedih yang sangat dalam, laki-laki yang justru menjadi suaminya sama sekali tidak peduli padanya. Sementara laki-laki lain yang bukan siapa-siapa baginya justru mengkhawatirkannya.
"Baiklah, baiklah aku tidak akan seperti itu lagi. Sekali ini saja Ok?" ucap Valendino.
Laki-laki itu selalu patuh pada permintaan Allena, demi ingin membahagiakan gadis itu. Bagi Allena sikap Valendino justru terasa membebaninya. Meski tidak rela, terpaksa Valendino mengikuti keinginan Allena.
"Pulanglah kak, bukankah besok kakak harus bekerja?" ucap Allena sambil menghapus air matanya dengan kasar lalu berjalan bergabung dengan pekerja lain untuk pulang bersama.
"Allena!" panggil Valendino.
Gadis itu menoleh, Valendino melambaikan tangan dengan senyum bahagia. Sementara Allena membalas senyumannya sambil menahan tangis.
Allena diantar pulang dengan mobil pekerja. Mereka heran saat Allena meminta diantar ke perumahan elit itu.
"Kamu tinggal di sini?" tanya gadis sesama pelayan.
"Ya," jawab Allena singkat.
"Rumahmu di komplek elite ini?" tanya gadis yang lain heran.
Allena baru tersadar dari lamunannya. Hal yang tidak wajar jika seorang gadis pelayan Night memiliki rumah di komplek elite ini.
"Oh, aku bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah itu," ucap Allena asal bicara.
Namun jawaban itu justru masuk akal bagi mereka.
Saat sampai di rumah mewah itu, sebagian besar lampunya telah dimatikan. Allena langsung masuk ke kamarnya. Menutup pintu lalu menyalakan lampu. Gadis itu terkejut saat mendapati Zefran berdiri di hadapannya dan langsung melayangkan tamparan ke wajahnya.
Air mata gadis itu langsung berlinang, tangannya memegang pipinya yang terasa panas. Gadis itu menunduk tidak sanggup menatap mata laki-laki itu. Air matanya mengalir, tamparan itu terasa sangat sakit. Namun tidak sesakit hatinya saat mengingat Zefran mengucapkan kata murahan padanya.
"Puas kamu berciuman di depan suamimu? Kalau aku tidak ada di sana kamu mungkin sudah jadi wanita penghiburnya, bukan?" tanya Zefran.
Allena memberanikan diri menatap mata Zefran, air mata gadis itu menetes tidak tertahan, suara isak tangisnya pun terdengar dengan jelas.
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Mengaku padanya kalau aku adalah istrimu? Kenapa tidak Tuan saja yang mengungkapkannya? Bolehkah aku mengakui bahwa aku ini adalah istrimu? Benarkah aku ini istrimu, Tuan? Pernahkah Tuan menganggap aku ini sebagai istri?" teriak Allena.
Sekali lagi tamparan mengenai wajah Allena. Gadis itu hingga jatuh terduduk. Melihat Allena terjatuh Zefran merasa menyesal tapi ucapan Allena benar-benar memancing emosinya.
"Kamu ingin aku memperlakukanmu sebagai seorang istri? Memasak, mengurus rumah semua ada yang mengerjakannya di sini. Satu-satunya tugas seorang istri di rumah ini hanya melayani suami. Itu yang kamu mau? Itu yang kamu inginkan?" bentak Zefran.
Zefran mendekat, Allena ketakutan dan berusaha untuk lari menuju pintu. Namun, Zefran meraih tangannya dan membanting gadis itu hingga jatuh di ranjang. Dalam sekejap Zefran telah berada di atas tubuh Allena dan memegang kedua tangannya. Allena menjerit, meronta sementara Zefran menatapnya dengan penuh nafsu dan amarah.
"Ini yang kamu inginkan? Menjadi istriku yang sesungguhnya? Baiklah, sebelum Valen melakukannya padamu lebih baik aku yang lebih dulu merasakanmu," ucap Zefran yang telah kehilangan akal.
"Tidak, tidak, sadarlah tuan.., sadarlah. Tuan Zefran tidak menginginkanku. Tuan hanya inginkan Nyonya Frisca. Sadarlah.., aku mohon lepaskan aku Tuan," jerit Allena dengan air matanya yang terus mengalir.
Zefran sudah tidak peduli, laki-laki itu menarik kerah baju Allena hingga membuat kancing kemeja gadis itu terlepas.
"Tidak tyuan…, Jangan!" jerit Allena semakin meronta.
Allena menjerit ketakutan, laki-laki itu seperti tidak bisa disadarkan lagi. Allena menangis sejadi-jadinya. Zefran menciumi gadis itu dengan kasar, Allena meronta namun itu justru membuat Zefran semakin beringas. Laki-laki itu menciumi seluruh leher Allena hingga ke bahunya yang telah terbuka.
"Bukankah ini yang kamu inginkan? Menjadi istriku yang sesungguhnya?" ucap Zefran sambil memandangi wajah Allena yang berada dibawahnya.
Laki-laki itu berusaha melepas kemeja Allena.
"Tidak Tuan, jangan. Tuan sadarlah, aku tidak menginginkan Tuan seperti ini…, aku mohon," ucap Allena.
"Apa yang kamu pertahankan? Perempuan sepertimu mau menikah dengan laki-laki yang telah beristri semua demi uang bukan? Dan kamu telah mendapatkannya. Kamu menjual dirimu pada keluargaku demi uang bukan? Dan sekarang tugasmu adalah melayaniku dan melahirkan anak untukku," ucap Zefran mengingatkan tujuan gadis itu menikah dengannya.
Allena tercenung, ucapan Zefran menyadarkannya.
Benar, apa lagi yang aku pertahankan, aku telah menerima bantuan dari Ny. Mahlika dan tugasku adalah memberikan keturunan padanya. Aku tidak memiliki hak untuk menolak. Aku memang wanita murahan, keluarga ini telah membeliku, aku tidak bisa berharap dia melakukannya karena dia mencintaiku. Aku ingin dia melakukannya karena mencintaiku bukan karena kewajibanku memberikan anak untuknya aku ingin tuan mencintaiku. Aku mohon jangan lakukan ini jika Tuan tidak mencintaiku, batin Allena sambil terus menangis.
Allena berhenti meronta gadis itu sadar akan kewajibannya. Gadis itu membiarkan Zefran melepas semua kancing kemejanya. Zefran menyelipkan tangannya di balik punggung halus gadis itu dan menatap Allena yang pasrah. Laki-laki itu menempelkan bibirnya, membenamkan bibirnya sedalam-dalamnya sambil memeluk erat tubuh gadis itu. Berkali-kali menyesap manisnya bibir gadis yang terus mengeluarkan air mata itu.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Lily
tukeran nomor ponsel dong Valen biar bisa komunikasi
2024-02-25
0
Nur Liana
lagian allena jngn murah2 banget dong masa gak hubungan mau2 aja di cium2 ama valend
2022-06-30
2
Nurhaeda Ajala
Bagus deh ceritanya
2022-06-12
1