BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~

Langkah kaki gadis itu terhenti, Allena belum pernah membayangkan hal seperti ini bisa terjadi. Mendengar desah nafas laki-laki yang berstatus suaminya sedang bercinta dengan istri pertamanya. Allena menghela nafas berat dan melangkah kembali ke kamarnya.

Allena duduk di balkon sambil melihat cahaya di langit yang semakin terang. Sesekali gadis itu menghapus air matanya.

Sakit, rasanya perih sekali, bolehkah aku pergi Tuan? Bisakah Tuan mencari wanita lain saja untuk menggantikanku. Aku tidak sanggup hidup seperti ini. Mengharapkan cinta dari suami orang lain. Kalau Tuan bukan suamiku, aku tidak akan peduli. Aku tidak peduli Tuan melakukan apa pun, jerit hati Allena. 

Allena merasa tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Di satu sisi membenci laki-laki yang selalu menghina dan dan merendahkannya itu. Selalu bertekad tidak akan takluk pada laki-laki itu, tidak akan peduli padanya. Namun, hanya karena sedikit kebaikan darinya membuat hati gadis itu luluh dan langsung berharap cinta dari laki-laki itu.

Setiap kali dia ingin menetapkan hatinya untuk tidak akan mengharapkan cinta dari laki-laki berstatus suaminya itu setiap kali itu pula muncul hal yang menggugah hatinya untuk kembali berharap cinta dari laki-laki itu.

Allena menghapus air matanya, kembali bertekad tidak lagi mengharapkan perhatian dari suaminya itu. Kembali menumbuhkan rasa tak peduli dalam dirinya pada laki-laki itu. Allena menghela nafas berkali-kali untuk menenangkan diri kemudian bangun dari kursi malas itu dan membersihkan diri. Allena pun melangkah turun dari lantai dua untuk menemui ibunya.

"Aaah, pengantin baru pagi-pagi sudah bangun?" tanya Mahlika.

Allena berdiri di samping ibu mertua dan ibunya.

"Selamat pagi Mommy, selamat pagi Ibu," sapa Allena.

"Selamat pagi sayang, mari duduklah kita sarapan sama-sama," ajak Mahlika begitu ramah.

Bu Vina terharu melihat keramahan Ny. Mahlika terhadap putrinya. Bu Vina tersenyum sambil bersyukur di dalam hatinya.

Seperti sebelumnya Allena duduk di samping ibunya. Allena pun menyiapkan sarapan untuk dirinya. Tak lama kemudian turun dari lantai atas pasangan mesra itu. Sambil menggandeng tangan Zefran, Frisca tertawa sambil mencubit pinggang suaminya itu. Zefran seperti tengah menggoda istri cantiknya. Allena langsung teringat suara desah mereka. Gadis itu segera mencari kesibukan dengan mulai menyantap sarapannya.

"Kalian masuk kerja hari ini?" tanya Mahlika.

"Ya Mom, itu sebabnya kami pulang lebih cepat," jawab Zefran sambil tersenyum pada Bu Vina untuk menyapa.

Bohong, kamu pulang karena cemburu melihat kedekatan Allena dan Valen. Kamu tidak ingin memberikan kesempatan bagi Valen untuk mendekati Allena bukan? Kamu hanya ingin memisahkan mereka, batin Frisca sambil menatap kosong menu sarapan di hadapannya.

"Sayang sekali? Terlalu cepat untuk kembali. Tapi tidak apa-apa kalian bisa melanjutkan bulan madunya di rumah," ucap Mahlika sambil tersenyum menatap Allena.

Allena mengangguk tertunduk, gadis itu merasa bersalah. Ny. Mahlika sangat menginginkan pernikahan mereka segera menghadirkan seorang anak. Namun, hingga kini Zefran masih belum mau menyentuhnya. Dan Allena telah berjanji akan menutupi kenyataan bahwa dia sama sekali belum berhubungan dengan suaminya.

Maaf Mommy, harapan Mommy belum bisa terpenuhi. Tidak akan mungkin terjadi meski berbulan madu selama apa pun. Menghadirkan anak di rahimku tidak akan mungkin Mommy. Aku berharap suamiku melakukannya bukan karena sekedar menginginkan bayi namun melakukannya karena dia juga mencintaiku, karena dia menginginkan aku, maafkan aku Mommy, batin Allena.

Allena bersedih namun mencoba untuk tetap tenang. Gadis itu mengalihkan pandangan pada hidangan sarapannya pagi ini. Allena tercenung menatap mangkuk berisi soup sosis brokoli dihadapannya.

Kembali gadis itu teringat saat menyantap semua brokoli yang ada di piring Valendino. Bukan hanya itu arti brokoli baginya. Itu adalah salah satu bentuk kesukaan yang bertolak belakang antara dirinya dan suaminya. Allena sangat menyukai brokoli sementara brokoli justru sayuran yang dibenci oleh suaminya.

"Kenapa sarapan kita selalu menambah brokoli di dalamnya?" tanya Allena akhirnya.

"Kamu tidak tahu alasannya? Brokoli itu sangat baik untuk kesehatan kulit dan rambut. Brokoli juga bisa membantu menurunkan berat badan. Mengandung antibakteri dan menambah sistem kekebalan tubuh. Kaya akan vitamin C dan antioksidan, juga kaya akan serat dan nutrisi. Sarapan dengan brokoli sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan," jelas Frisca dengan semangat.

Ternyata demi penampilan, nyonya Frisca tanpa sadar memaksa tuan Zefran memakan sayuran yang tidak disukainya hanya demi sebuah penampilan, batin Allena.

"Tapi tidak semua orang suka brokoli, kenapa harus ada brokoli setiap hari?" tanya Allena pelan seperti bicara pada dirinya sendiri.

Namun, terdengar oleh semua orang yang ada di meja makan itu. Zefran mengangkat wajahnya demi menatap Allena. Dalam hatinya laki-laki itu mendukung apa yang diungkapkan gadis itu.

"Hanya orang bodoh yang tidak suka dengan brokoli," ucap Frisca tegas namun menyindir.

Zefran langsung menoleh menatap istrinya, Frisca tidak sadar kalau ucapannya justru menyindir dirinya. Mendengar itu Ny. Mahlika angkat bicara, Nyonya besar itu tidak suka dengan cara bicara Frisca yang terdengar sangat kasar.

"Frisca, jangan bicara seperti itu. Makanan kesukaan orang itu berbeda-beda dan dalam memilih kesukaan itu tidak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan. Jika Allena tidak menyukainya maka jangan dipaksakan," ucap Mahlika membela.

"Terima kasih Mommy, tapi bukan begitu, saya sangat menyukai brokoli. Saya sanggup memakan brokoli tiga kali sehari setiap hari. Tapi apa mungkin semua orang di rumah ini menyukai brokoli? Hingga harus disuguhkan setiap hari? Ada banyak sayuran lain yang memiliki kandungan yang sama dengan brokoli, bayam misalnya dibandingkan brokoli kandungan airnya lebih tinggi, jumlah gulanya juga lebih sedikit dan lebih kaya akan protein, magnesium, vitamin E, mangan, dan kalium. Untuk menurunkan berat badan tidak selalu harus dengan makan brokoli.  Bisa juga dengan cara yang lain seperti berolahraga misalnya," ucap Allena.

Frisca menatap tajam pada Allena yang berani mengajarinya. Sementara Zefran hanya tersenyum tipis sambil menunduk.

"Saya tidak meminta untuk berhenti mengkonsumsi brokoli. Hanya ingin sesekali berganti dengan sayuran yang lain," ucap Allena sambil menyantap soup sosis brokolinya.

"Di rumah ini tidak ada yang suka makan sayur murahan itu. Di rumah ini semuanya suka makan brokoli," ucap Frisca.

"Apa nyonya yakin? Apa benar di sini tidak ada orang  yang mau mencoba memakan sayuran yang lain?" tanya Allena langsung.

Seperti takut kehilangan kesempatan bertemu dengan artis idola dengan cepat laki-laki itu menjawab.

"Ya, aku mau!" ucap Zefran yang dia sendiri kaget karena begitu cepatnya dia menjawab.

Allena tersenyum tipis, Ny. Mahlika mengangguk. Baginya tidak masalah memakan sayur apa saja. Ny. Mahlika menatap Allena lalu merasa aneh.

"Kamu sakit Allena, wajahmu terlihat pucat?" tanya Mahlika.

Allena langsung menyentuh pipinya, seperti ingin merasakan suhu tubuhnya. Terasa dingin, Allena teringat tadi malam tidur di balkon, gadis itu langsung berpikir pucat wajahnya akibat terkena angin malam.

"Apa mungkin?" tanya Mahlika.

Kedua orang wanita tua di situ langsung menatap Allena sedangkan Frisca langsung menatap suaminya seolah-olah bertanya apa mungkin Zefran telah menghamili Allena. Zefran bersikap tak acuh, Frisca menyentuh tangan suaminya untuk meminta jawaban. Zefran hanya menggeleng, Frisca menghembuskan nafas lega.

"Mungkin karena kurang tidur Mommy," jawab Allena.

"Kamu yakin? Apa kamu tidak ingin periksa ke dokter? Mommy bisa mengantarmu," ucap Mahlika menawarkan diri.

"Tidak perlu Mommy," ucap Allena cepat.

"Jadi belum ada tanda-tanda?" tanya Mahlika akhirnya lebih berani menanyakan.

Allena hanya menggelengkan kepala lalu menunduk. Bagaimana mungkin ada tanda-tanda kehamilan, jika suaminya sendiri tidak pernah menyentuhnya.

"Mereka masih baru Ika, kita harus lebih bersabar," ucap Vina.

"Kurang sabar apa aku menunggu Vina?" ucap Mahlika dengan nada kecewa.

Maaf Mommy, jangan berharap itu dariku. Tetaplah berharap pada nyonya Frisca, jerit hati Allena.

"Aku berencana pulang ke rumah hari ini, Ika," ucap Vina tiba-tiba.

Zefran langsung menatap ibu mertuanya itu.

"Loh, kenapa begitu cepat? Tak betah di sini? Apa ada yang kurang nyaman?" tanya Mahlika.

"Bukan begitu Ika, rasanya sudah cukup lama aku meninggalkan rumah. Di sini tidak ada kurangnya sama sekali dan sangat nyaman tapi ada hal-hal yang rasanya ingin dinikmati sendiri. Di sini aku sama sekali tidak melakukan apa-apa, semuanya serba ada. Sehari-hari kita hanya berbincang lalu beristirahat di kamar. Jika di rumahku aku bisa ke pasar memilih sayur dan lauk, berbincang dengan tetangga dan ibu-ibu pedagang sayur. Sekarang Allena sudah menikah, hatiku sudah tenang. Allena juga harus belajar mandiri, belajar mengurus rumah tangganya sendiri. Dia juga harus berani hidup tanpa didampingi ibunya," ucap Vina.

"Ibu," ucap Allena langsung berderai air mata.

"Ibu ada di rumah Nak, kapan pun kamu kangen sama Ibu, kamu bisa mampir ke rumah tapi ingat harus minta izin dulu pada suamimu, ya!" ucap Vina.

Zefran diam menatap kosong, dalam hatinya tidak perlu mendapatkan izin apa pun darinya. Begitu juga dengan Allena, gadis itu merasa tidak perlu meminta izin pada suaminya karena Zefran juga tidak akan peduli.

Zefran dan Frisca berangkat ke kantor, Allena mengantar mereka hingga ke teras. Sebuah kegiatan yang sia-sia. Karena tidak akan ada kecupan berangkat kerja atau lambaian tangan dari suaminya, sekedar kata-kata 'aku berangkat' pun tak ada.

Yang Allena lihat Zefran dan Frisca saling mengecup bibir lalu berpisah naik ke atas mobil masing-masing. Membunyikan klakson atau melambaikan tangan saat lewat di depan Allena? Tidak mungkin, Zefran seperti tidak menganggap Allena itu ada.

Setelah menghilang di balik pagar barulah Allena berjalan pelan ke dalam rumah. Allena teringat ibunya yang ingin pulang. Ibunya pun telah siap dengan travel bag-nya.

"Bu…," ucap Allena berderai air mata.

Bu Vina langsung memeluk putrinya, ibu itu juga ikut menangis. Mereka menangis sesenggukan bersama. Ada kekhawatiran meninggalkan putrinya namun ibu itu tidak bisa berbuat apa-apa. Sejak menyetujui untuk menikah Allena sudah harus siap menerima konsekuensinya.

Apa dosaku hingga akhirnya putriku yang baik ini harus menjadi istri kedua? Dia seperti diabaikan oleh suaminya, dia terlihat menderita. Meski dia berusaha untuk menutupinya tapi aku tahu suaminya sama sekali tidak sudi menatapnya, maafkan ibu nak, maafkan ibu, jerit hati Vina.

Untuk kesekian kalinya ibu itu meminta maaf meski hanya mampu diucapkan di dalam hatinya. Ibu Vina pun berangkat pulang sementara Ny. Mahlika sibuk dengan organisasi wanitanya. Allena termenung seorang diri di kamarnya.

Merasa bosan di kamar gadis itu berjalan-jalan di taman. Duduk termenung di pinggir kolam renang atau berbincang dengan para pelayan di rumah itu. Namun itu tidak bisa dilakukannya lama-lama, karena Allena merasa kasihan pada para pelayan yang mungkin membutuhkan istirahat setelah lelah bekerja. Gadis itu pun kembali ke kamarnya.

Saat mendengar mobil Ny. Mahlika datang, gadis itu langsung turun dari lantai atas untuk menyambutnya.

"Ibumu sudah pulang?" tanya Mahlika.

"Sudah Mom," ucap Allena sambil mengikuti Ny. Mahlika.

"Mom, bisa kita bicara sebentar?" tanya Allena.

Langkah kaki Ny. Mahlika terhenti, Allena terlihat begitu serius. Ny. Mahlika mengajak gadis itu duduk di ruang tengah. Allena langsung mengemukakan keinginannya untuk kembali bekerja.

"Di toko bunga dan Night Club? Apa uang bulanan yang diberikan Zefran tidak cukup?" tanya Mahlika.

"Bukan begitu Mom, uang bulanan yang diberikan tuan Zefran lebih dari cukup. Tapi saya merasa bingung tidak memiliki kegiatan apa pun. Mom tolong izinkan saya bekerja lagi," mohon Allena.

"Kamu bosan di rumah saja?" ucap Mahlika yang dibalas dengan anggukan oleh Allena.

"Terserah padamu tapi kamu harus meminta izin dulu pada suamimu. Jika dia mengizinkan, Mommy juga ikut mengizinkan," ucap Mahlika.

"Baiklah Mom, terima kasih Mommy" ucap Allena dengan wajah riang.

Malamnya gadis itu tidak sabar menunggu suaminya pulang. Dan seperti biasa, Zefran selalu pulang lewat dari tengah malam hingga Allena ketiduran di ruang tengah demi menunggu laki-laki itu. Seorang gadis pelayan membangunkan Allena saat mobil Zefran telah masuk ke garasi.

Allena segera menyambut suaminya. Zefran merasa heran, Allena langsung mengemukakan keinginannya. Sambil berjalan ke lantai atas gadis itu berusaha menyakinkan suaminya untuk memberinya izin. Zefran yang menunjukkan sikap tidak peduli akhirnya mengizinkan Allena kembali bekerja.

Sambil tersenyum riang Allena berterima kasih pada suaminya. Zefran tercenung menatap senyum Allena yang sangat manis itu. Malam ini Zefran masih tidur di kamarnya karena begitu senang gadis itu langsung tertidur lelap. Gadis itu tidak peduli sama sekali apa yang akan dilakukan Zefran. Tetap tidur di kamarnya atau kembali ke kamar Frisca dan bercinta dengan istri pertamanya itu, Allena benar-benar tidak peduli.

Keesokan harinya Allena bersiap-siap berangkat ke tempat kerjanya. Tidak seperti Zefran dan Frisca yang berangkat dengan mengenakan pakaian kantor yang mahal. Allena berangkat dengan pakaian biasa yang dipakainya saat bekerja.

Setelah melihat mobil Zefran dan Frisca menghilang di balik pagar tinggi itu. Allena pun bersiap-siap untuk berangkat kerja. Setelah mencium punggung tangan mertuanya, gadis itu berangkat ke toko bunga.

Pulang di sore hari untuk istirahat sebentar dan kembali bersiap-siap bekerja di malam hari. Allena kembali bekerja di Night Club Luxury. Sebagian besar pelayan di sana merasa kehilangan gadis itu saat tidak masuk bekerja selama beberapa hari.

Allena sengaja mengambil cuti yang tidak pernah diambilnya setelah bertahun-tahun bekerja di Night Club itu.

"Allena"

Gadis itu langsung membalik badan mencari suara yang memanggilnya. Belum sadar melihat siapa orang yang memanggilnya, orang itu telah memeluk erat tubuhnya.

Allena terpaku, sama sekali tidak terpikirkan olehnya akan bertemu lagi dengan Valendino. Allena menangis sambil berusaha melepaskan pelukannya.

...~   Bersambung  ~...

Terpopuler

Comments

Lily

Lily

kamu nggak perlu merasa bersalah Allena, anaknya aja nggak merasa bersalah membohongi ibunya, mengabaikan keinginan ibunya. jangan menghancurkan diri sendiri demi orang lain

2024-02-25

0

Hera

Hera

kerja keras banget allena menata hatinya agar dia ga tergantung dgn zefran berusaha buat tegar diantara terpuruk rasa karena perlakuan zefran n frisca

2022-06-05

1

Endang Priya

Endang Priya

kenapa msh ambil kedja di night club. harusnga cukup di toko bunga dong.

2022-06-04

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ The Perfect Couple ~
2 BAB 2 ~ Janji Perjodohan ~
3 BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~
4 BAB 4 ~ Malam Pertama ~
5 BAB 5 ~ Honeymoon ~
6 BAB 6 ~ Di Hotel ~
7 BAB 7 ~ Harapan ~
8 BAB 8 ~ Bunga Pelengkap ~
9 BAB 9 ~ Pernyataan ~
10 BAB 10 ~ Kembali ~
11 BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~
12 BAB 12 ~ Kembali Bekerja ~
13 BAB 13 ~ Menyesal ~
14 BAB 14 ~ S A K I T ~
15 BAB 15 ~ Harapan Bunga Pelengkap ~
16 BAB 16 ~ Pembalasan ~
17 BAB 17 ~ Penyerahan Diri ~
18 BAB 18 ~ Menolak ~
19 BAB 19 ~ The Proposal ~
20 BAB 20 ~ Menerima ~
21 BAB 21 ~ Menunggu ~
22 BAB 22 ~ Mengejar ~
23 BAB 23 ~ Menginginkan ~
24 BAB 24 ~ Terlanjur ~
25 BAB 25 ~ Sedih dan Bahagia ~
26 BAB 26 ~ Dia Milikku ~
27 BAB 27 ~ Jangan Menunggu ~
28 BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
29 BAB 29 ~ Di Rumah Sakit ~
30 BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
31 BAB 31 ~ Welcome Home ~
32 BAB 32 ~ Masa Lalu ~
33 BAB 33 ~ Membuktikan ~
34 BAB 34 ~ Birth of Day ~
35 BAB 35 ~ Menerima ~
36 BAB 36 ~ Meragukan ~
37 BAB 37 ~ Rencana ~
38 BAB 38 ~ Jangan Pergi ~
39 BAB 39 ~ Keputusan ~
40 BAB 40 ~ Kesempatan ~
41 BAB 41 ~ Z E N O' S ~
42 BAB 42 ~ Kembali Lagi ~
43 BAB 43 ~ Kemunculan ~
44 BAB 44 ~ Tak Rela ~
45 BAB 45 ~ Berharap Kembali ~
46 BAB 46 ~ Permintaan ~
47 BAB 47 ~ Saya Zeno ~
48 BAB 48 ~ J A N J I ~
49 BAB 49 ~ Terkuak ~
50 BAB 50 ~ Mengejutkan ~
51 BAB 51 ~ Vonis ~
52 BAB 52 ~ Curhat ~
53 BAB 53 ~ Berita ~
54 BAB 54 ~ Ingkar Janji ~
55 BAB 55 ~ Zeno adalah Zefano ~
56 BAB 56 ~ Mengakui ~
57 BAB 57 ~ Kembali Bersama ~
58 BAB 58 ~ Ingin Memiliki ~
59 BAB 59 ~ Berharap Dimaafkan ~
60 BAB 60 ~ Menolak ~
61 BAB 61 ~ Menjelaskan ~
62 BAB 62 ~ Di Ruang Rawat Inap ~
63 BAB 63 ~ Hilang ~
64 BAB 64 ~ Menunggu Kabar ~
65 BAB 65 ~ Pelarian ~
66 BAB 66 ~ Yang Kedua ~
67 BAB 67 ~ Saat Pelarian ~
68 BAB 68 ~ Sesaat Bahagia ~
69 BAB 69 ~ Mencari ~
70 BAB 70 ~ Menyusul Zefano ~
71 BAB 71 ~ Namanya Siapa? ~
72 BAB 72 ~ Memaafkan ~
73 BAB 73 ~ Seperti Semula ~
74 BAB 74 ~ Pesta Kelahiran ~
75 BAB 75 ~ Pesta dan Persahabatan ~
76 BAB 76 ~ Dirindukan ~
77 BAB 77 ~ Saling Memaafkan ~
78 BAB 78 ~ Direstui ~
79 BAB 79 ~ Kunjungan ke RS ~
80 BAB 80 ~ Dejavu yang Berbeda ~
81 BAB 81 ~ Bertanya ~
82 BAB 82 ~ Salah Paham~
83 BAB 83 ~ Menyendiri ~
84 BAB 84 ~ Pengertian ~
85 BAB 85 ~ Berbaikan ~
86 BAB 86 ~ Kesempatan ~
87 BAB 87 ~ Frisca's Prewedding ~
88 BAB 88 ~ Frisca's Wedding ~
89 BAB 89 ~ Di Pesta Frisca ~
90 BAB 90 ~ Resepsi Valen dan Shinta ~
91 BAB 91 ~ Surat yang Terselip ~
92 BAB 92 ~ Tamu dari Masa Lalu ~
93 BAB 93 ~ Cincin ~
94 BAB 94 ~ Di Villa Frisca ~
95 BAB 95 ~ The Proposals ~
96 BAB 96 ~ Kembali ke Rumah ~
97 BAB 97 ~ Di Paris ~
98 BAB 98 ~ Menyusul ~
99 BAB 99 ~ Kenapa Robert? ~
100 BAB 100 ~ Kembali dari Paris ~
101 BAB 101 ~ Menjenguk Dion ~
102 BAB 102 ~ Karena Masa Lalu ~
103 BAB 103 ~ Kembali Menyesal ~
104 BAB 104 ~ Menolak ~
105 BAB 105 ~ Masih Mencintai ~
106 BAB 106 ~ Dejavu ~
107 BAB 107 ~ Pulang ke Rumah ~
108 BAB 108 ~ Memaafkan ~
109 BAB 109 ~ Z love Z ~
110 BAB 110 ~ Menyadari ~
111 BAB 111 ~ Selesai ~
112 BAB 112 ~ Zifara's Show ~
113 BAB 113 ~ Dokter Cintaku ~
114 BAB 114 ~ Keluarga Kecilku ~
115 BAB 115 ~ Keluarga Sempurna ~
116 BAB 116 ~ Mundur ~
117 BAB 117 ~ Prasangka ~
118 BAB 118 ~ Ronald & Kayla's Wedding ~
119 BAB 119 ~ Soft Opening Rivaldo's Cafe ~
120 BAB 120 ~ Memilih ~
121 BAB 121 ~ Tak Sia-Sia ~
122 BAB 122 ~ Tidak Kenal ~
123 BAB 123 ~ Pengalaman ~
124 BAB 124 ~ Resepsi yang Tertunda ~
125 BAB 125 ~ Insiden di Resepsi ~
126 BAB 126 ~ Resepsi ~
127 BAB 127 ~ Di Taman ~
128 BAB 128 ~ Berjanji ~
129 BAB 129 ~ Awal Cinta ~
130 BAB 130 ~ Beralih ~
131 BAB 131 ~ Di Mall ~
132 BAB 132 ~ Menjelaskan ~
133 BAB 133 ~ Pertemuan ~
134 BAB 134 ~ Lembar Hidup Baru Lagi ~
135 BAB 135 ~ Berbagi ~
136 BAB 136 ~ Sahabat Baru ~
137 BAB 137 ~ Curiga ~
138 BAB 138 ~ Mempertahankan ~
139 BAB 139 ~ Jangan Lagi ~
140 BAB 140 ~ Tak Ingin yang Lain ~
141 BAB 141 ~ Tekad Masa Lalu ~
142 BAB 142 ~ Persaingan Masa Lalu ~
143 BAB 143 ~ Selalu Ingin ~
144 BAB 144 ~ Gerak Cepat ~
145 BAB 145 ~ Janji ~
146 BAB 146 ~ Janji yang Terlupakan ~
147 BAB 147 ~ Mundur ~
148 BAB 148 ~ Tetap Maju ~
149 BAB 149 ~ Rencana Bertemu ~
150 BAB 150 ~ Rahma & Patrick' s Wedding ~
151 BAB 151 ~ Yang Bisa Mengalihkan ~
152 BAB 152 ~ Cinta Menggebu ~
153 BAB 153 ~ Undangan ~
154 BAB 154 ~ Percaya ~
155 BAB 155 ~ Happy Ending ~
Episodes

Updated 155 Episodes

1
BAB 1 ~ The Perfect Couple ~
2
BAB 2 ~ Janji Perjodohan ~
3
BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~
4
BAB 4 ~ Malam Pertama ~
5
BAB 5 ~ Honeymoon ~
6
BAB 6 ~ Di Hotel ~
7
BAB 7 ~ Harapan ~
8
BAB 8 ~ Bunga Pelengkap ~
9
BAB 9 ~ Pernyataan ~
10
BAB 10 ~ Kembali ~
11
BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~
12
BAB 12 ~ Kembali Bekerja ~
13
BAB 13 ~ Menyesal ~
14
BAB 14 ~ S A K I T ~
15
BAB 15 ~ Harapan Bunga Pelengkap ~
16
BAB 16 ~ Pembalasan ~
17
BAB 17 ~ Penyerahan Diri ~
18
BAB 18 ~ Menolak ~
19
BAB 19 ~ The Proposal ~
20
BAB 20 ~ Menerima ~
21
BAB 21 ~ Menunggu ~
22
BAB 22 ~ Mengejar ~
23
BAB 23 ~ Menginginkan ~
24
BAB 24 ~ Terlanjur ~
25
BAB 25 ~ Sedih dan Bahagia ~
26
BAB 26 ~ Dia Milikku ~
27
BAB 27 ~ Jangan Menunggu ~
28
BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
29
BAB 29 ~ Di Rumah Sakit ~
30
BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
31
BAB 31 ~ Welcome Home ~
32
BAB 32 ~ Masa Lalu ~
33
BAB 33 ~ Membuktikan ~
34
BAB 34 ~ Birth of Day ~
35
BAB 35 ~ Menerima ~
36
BAB 36 ~ Meragukan ~
37
BAB 37 ~ Rencana ~
38
BAB 38 ~ Jangan Pergi ~
39
BAB 39 ~ Keputusan ~
40
BAB 40 ~ Kesempatan ~
41
BAB 41 ~ Z E N O' S ~
42
BAB 42 ~ Kembali Lagi ~
43
BAB 43 ~ Kemunculan ~
44
BAB 44 ~ Tak Rela ~
45
BAB 45 ~ Berharap Kembali ~
46
BAB 46 ~ Permintaan ~
47
BAB 47 ~ Saya Zeno ~
48
BAB 48 ~ J A N J I ~
49
BAB 49 ~ Terkuak ~
50
BAB 50 ~ Mengejutkan ~
51
BAB 51 ~ Vonis ~
52
BAB 52 ~ Curhat ~
53
BAB 53 ~ Berita ~
54
BAB 54 ~ Ingkar Janji ~
55
BAB 55 ~ Zeno adalah Zefano ~
56
BAB 56 ~ Mengakui ~
57
BAB 57 ~ Kembali Bersama ~
58
BAB 58 ~ Ingin Memiliki ~
59
BAB 59 ~ Berharap Dimaafkan ~
60
BAB 60 ~ Menolak ~
61
BAB 61 ~ Menjelaskan ~
62
BAB 62 ~ Di Ruang Rawat Inap ~
63
BAB 63 ~ Hilang ~
64
BAB 64 ~ Menunggu Kabar ~
65
BAB 65 ~ Pelarian ~
66
BAB 66 ~ Yang Kedua ~
67
BAB 67 ~ Saat Pelarian ~
68
BAB 68 ~ Sesaat Bahagia ~
69
BAB 69 ~ Mencari ~
70
BAB 70 ~ Menyusul Zefano ~
71
BAB 71 ~ Namanya Siapa? ~
72
BAB 72 ~ Memaafkan ~
73
BAB 73 ~ Seperti Semula ~
74
BAB 74 ~ Pesta Kelahiran ~
75
BAB 75 ~ Pesta dan Persahabatan ~
76
BAB 76 ~ Dirindukan ~
77
BAB 77 ~ Saling Memaafkan ~
78
BAB 78 ~ Direstui ~
79
BAB 79 ~ Kunjungan ke RS ~
80
BAB 80 ~ Dejavu yang Berbeda ~
81
BAB 81 ~ Bertanya ~
82
BAB 82 ~ Salah Paham~
83
BAB 83 ~ Menyendiri ~
84
BAB 84 ~ Pengertian ~
85
BAB 85 ~ Berbaikan ~
86
BAB 86 ~ Kesempatan ~
87
BAB 87 ~ Frisca's Prewedding ~
88
BAB 88 ~ Frisca's Wedding ~
89
BAB 89 ~ Di Pesta Frisca ~
90
BAB 90 ~ Resepsi Valen dan Shinta ~
91
BAB 91 ~ Surat yang Terselip ~
92
BAB 92 ~ Tamu dari Masa Lalu ~
93
BAB 93 ~ Cincin ~
94
BAB 94 ~ Di Villa Frisca ~
95
BAB 95 ~ The Proposals ~
96
BAB 96 ~ Kembali ke Rumah ~
97
BAB 97 ~ Di Paris ~
98
BAB 98 ~ Menyusul ~
99
BAB 99 ~ Kenapa Robert? ~
100
BAB 100 ~ Kembali dari Paris ~
101
BAB 101 ~ Menjenguk Dion ~
102
BAB 102 ~ Karena Masa Lalu ~
103
BAB 103 ~ Kembali Menyesal ~
104
BAB 104 ~ Menolak ~
105
BAB 105 ~ Masih Mencintai ~
106
BAB 106 ~ Dejavu ~
107
BAB 107 ~ Pulang ke Rumah ~
108
BAB 108 ~ Memaafkan ~
109
BAB 109 ~ Z love Z ~
110
BAB 110 ~ Menyadari ~
111
BAB 111 ~ Selesai ~
112
BAB 112 ~ Zifara's Show ~
113
BAB 113 ~ Dokter Cintaku ~
114
BAB 114 ~ Keluarga Kecilku ~
115
BAB 115 ~ Keluarga Sempurna ~
116
BAB 116 ~ Mundur ~
117
BAB 117 ~ Prasangka ~
118
BAB 118 ~ Ronald & Kayla's Wedding ~
119
BAB 119 ~ Soft Opening Rivaldo's Cafe ~
120
BAB 120 ~ Memilih ~
121
BAB 121 ~ Tak Sia-Sia ~
122
BAB 122 ~ Tidak Kenal ~
123
BAB 123 ~ Pengalaman ~
124
BAB 124 ~ Resepsi yang Tertunda ~
125
BAB 125 ~ Insiden di Resepsi ~
126
BAB 126 ~ Resepsi ~
127
BAB 127 ~ Di Taman ~
128
BAB 128 ~ Berjanji ~
129
BAB 129 ~ Awal Cinta ~
130
BAB 130 ~ Beralih ~
131
BAB 131 ~ Di Mall ~
132
BAB 132 ~ Menjelaskan ~
133
BAB 133 ~ Pertemuan ~
134
BAB 134 ~ Lembar Hidup Baru Lagi ~
135
BAB 135 ~ Berbagi ~
136
BAB 136 ~ Sahabat Baru ~
137
BAB 137 ~ Curiga ~
138
BAB 138 ~ Mempertahankan ~
139
BAB 139 ~ Jangan Lagi ~
140
BAB 140 ~ Tak Ingin yang Lain ~
141
BAB 141 ~ Tekad Masa Lalu ~
142
BAB 142 ~ Persaingan Masa Lalu ~
143
BAB 143 ~ Selalu Ingin ~
144
BAB 144 ~ Gerak Cepat ~
145
BAB 145 ~ Janji ~
146
BAB 146 ~ Janji yang Terlupakan ~
147
BAB 147 ~ Mundur ~
148
BAB 148 ~ Tetap Maju ~
149
BAB 149 ~ Rencana Bertemu ~
150
BAB 150 ~ Rahma & Patrick' s Wedding ~
151
BAB 151 ~ Yang Bisa Mengalihkan ~
152
BAB 152 ~ Cinta Menggebu ~
153
BAB 153 ~ Undangan ~
154
BAB 154 ~ Percaya ~
155
BAB 155 ~ Happy Ending ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!