Zefran terkejut mendapati dirinya jatuh menimpa Allena. Dan lebih membuatnya kesal adalah bibirnya yang menempel di bibir gadis itu.
Zefran berdiri lalu segera menghapus rasa yang menempel di bibirnya dengan kasar. Tatapan matanya menunjukkan kekesalan, laki-laki itu segera melangkah keluar dari walk in closet itu.
Sikap Zefran yang segera mengusap bibirnya tentu saja tak luput dari pandangan Allena. Pedih, meski kejadian itu tidak di sengaja namun terlihat jelas kalau Zefran merasa jijik. Allena berdiri dengan menunduk mengikuti laki-laki yang ingin keluar dari ruangan itu. Allena masih ingin meminta tolong pada Zefran untuk mencarikan tas yang berisi pakaiannya.
Tapi Allena tidak berani lagi, hanya diam mengikuti laki-laki yang membuka pintu dan keluar dari kamarnya itu. Zefran tercenung saat berdiri di depan pintu kamar. Dihadapannya, Frisca berdiri di depan pintu, mengenakan lingerie yang seksi dan langsung tersenyum pada suaminya. Zefran langsung mendekati istrinya, meninggalkan Allena yang berdiri mematung memandang ke arah mereka.
Frisca tersenyum pada Allena kemudian merangkul suaminya dan menyatukan bibir mereka. Zefran menyambut ciuman Frisca dengan hangat. Frisca membanting pintu kamar mereka, meninggalkan Allena yang masih berdiri terpaku menatap pintu kamar yang berseberangan dengan kamarnya itu.
Allena kembali masuk ke kamarnya dengan langkah yang tertunduk. Berjalan ke arah jendela besar di kamarnya lalu duduk memandang taman asri di belakang rumah. Termenung memikirkan apa yang telah terjadi padanya saat ini
Apa yang kupikirkan? Apa yang kuharapkan? Dalam sekejap tuan Zefran bisa menerimaku? Mengharapkan dia memperlakukanku sama seperti istri pertamanya? Muluk, harapan yang terlalu muluk. Tidak memakiku saja sudah sangat baik baginya, jerit hati Allena.
Gadis itu menunduk, meletakkan dagunya di tepian jendela sambil bertumpu pada lengannya. Teringat saat Zefran mengusap kasar bibirnya, Allena menitikkan air mata.
Kejam, haruskah dia menunjukkan sikap itu? Haruskah dia menunjukkan rasa jijik itu padaku? Aku juga tidak menginginkan kejadian itu, aku menyesali kejadian itu, aku juga tidak mau, aku tidak mau, jerit hati Allena.
Gadis itu menghapus air matanya, belum pernah Allena merasa sesedih itu karena orang lain. Sikap Zefran benar-benar terasa menghinanya.
"Lihat saja nanti, aku tidak akan pernah memberikan bibirku padamu. Aku tidak rela, aku tidak akan rela!" teriak Allena.
Allena menangis sesenggukan, dadanya terasa perih. Dipandang rendah, dihina murahan, kampungan, miskin, bodoh, tidak ada satu pun yang sempat masuk ke dalam hatinya. Didengar lalu segera melupakannya. Allena tidak pernah ambil pusing dengan semua hinaan itu.
Tapi kali ini, harga dirinya sebagai perempuan terasa diinjak, dadanya terasa terhimpit, menepuk dadanya berkali-kali tak bisa melegakan himpitan di dadanya.
Malam pertama berlalu begitu saja dia tidak peduli tapi penghinaan yang didapatnya pagi ini membuat Allena sakit hati. Rasanya gadis itu tidak ingin lagi bertemu dengan laki-laki yang berstatus suaminya itu.
Allena segera menghapus air matanya saat terdengar bunyi ketukan pintu. Seorang pelayan yang masih terlihat sangat muda datang membawa travel bag-nya. Allena memandang gadis pelayan yang tertunduk itu.
"Maaf nyonya, ini tas pakaian nyonya. Kemarin saat menyiapkan kamar pengantin, tas nyonya disimpan di tempat lain" ucap gadis pelayan itu.
Allena merasa kalau itu hanyalah sebuah alasan, tas pakaian itu sengaja disembunyikan agar dia terpaksa mengenakan lingerie yang tersedia banyak di walk in closet. Jika sekedar menyiapkan kamar pengantin, tas itu bisa saja di simpan di walk in closet.
Gara-gara tas itu, tuan Zefran kesal karena aku menanyakan tas itu, batin Allena.
Memejamkan matanya berusaha melupakan kejadian tadi pagi. Allena benar-benar menyesal meminta tolong Zefran mencarikan tas pakaiannya yang membuat laki-laki itu akhirnya berbalik lagi dan mendekatinya. Allena memalingkan wajahnya untuk menepis bayangan kejadian tadi.
"Siapa namamu?" tanya Allena.
"Rahma, Nyonya," jawab Rahma.
"Berapa usiamu?" tanya Allena lagi.
"Dua puluh satu tahun, Nyonya," jawab Rahma.
"Sudah berapa lama bekerja di sini?" tanya Allena.
"Sudah tiga tahun, Nyonya," jawab Rahma yang selalu menunduk.
"Tidak perlu memanggilku dengan sebutan Nyonya, aku ini hanyalah seorang gadis miskin" ucap Allena pelan seperti bicara pada dirinya sendiri.
"Tapi Nyonya sudah menikah dengan tuan Zefran, jadi saya harus memanggil Nona dengan sebutan Nyonya," jawab Rahma lagi.
Allena terdiam, gadis itu merasa panggilan Nyonya terlalu terhormat dan tidak pantas di sandangnya.
"Maaf Nyonya, apa ada yang ingin Nyonya tanyakan lagi?" tanya Rahma.
"Tidak ada, terima kasih," ucap Allena.
"Baiklah Nyonya, jika tidak ada yang ingin ditanyakan lagi. Saya permisi, sebelumnya Nyonya besar minta Nyonya Muda untuk sarapan bersama di bawah," ucap Rahma.
"Baiklah," jawab Allena.
Rahma pamit keluar kamar, Allena membersihkan diri dan bersiap-siap untuk sarapan bersama. Di meja makan besar nan mewah itu telah duduk Ny. Mahlika dan Bu Vina. Allena berdiri di samping Ny. Mahlika untuk menyapa. Ny. Mahlika langsung tersenyum dan meminta Allena untuk duduk.
Allena memilih duduk di samping ibunya, Bu Vina tersenyum pada putrinya. Allena membalas senyuman ibunya lalu melihat kursi kosong di hadapannya, pasangan suami istri itu belum terlihat.
"Ayo Allena mulailah sarapannya," ucap Mahlika.
"Baik Tante," ucap Allena.
"Kenapa masih memanggil Tante? Kamu lupa sekarang sudah menjadi menantuku?" tanya Mahlika menggoda Allena.
"Maaf.., Mom," ucap Allena kikuk.
Ny. Mahlika tersenyum, Allena mulai menyantap hidangan di hadapannya. Tak lama kemudian Zefran dan Frisca datang sambil bergandeng tangan. Langsung duduk di hadapan Allena dan Bu Vina. Frisca tersenyum pada Allena yang duduk tepat di hadapannya.
"Kalian mau berangkat kerja?" tanya Mahlika yang melihat Zefran berpenampilan rapi.
"Tentu saja kerja Mom" ucap Zefran mulai menyantap hidangan di hadapannya.
Allena sama sekali tidak mau menatap wajah laki-laki itu.
"Loh, kamu ini baru saja menikah Zefran, masa langsung bekerja?" tanya Mahlika.
"Kenapa aku tidak bekerja? Lagi pula tidak ada yang tahu kalau aku menikah lagi," ucap Zefran.
"Lalu kamu meninggalkan Allena sendiri?" tanya Mahlika.
"Mom, dia bukan anak kecil, lagipula di sini ada banyak orang, tinggal sendiri bagaimana?" tanya Zefran.
Suasana terasa tegang, Allena merasa tak enak hati karena dirinya Ny. Mahlika dan Zefran bersitegang. Frisca mencoba mencairkan suasana.
"Sayang, aku suapi kamu brokoli," ucap Frisca tiba-tiba.
Reflek Allena menoleh menatap Frisca yang menyuapi suaminya. Zefran terlihat menyambut suapan dari Frisca, mengunyah makanan itu dengan cepat dan menelannya. Zefran meminum air putih yang ada di hadapannya, Allena kemudian menunduk.
"Zefran ajaklah Allena berbelanja, pilihkan gaun-gaun terbaik untuknya," ucap Mahlika saat melihat pakaian Allena yang terlihat sangat sederhana.
"Aku akan memberinya kartu dan uang saku, dia bisa membeli sendiri apa pun yang dia mau," ucap Zefran.
"Tapi..," ujar Mahlika.
"Mom, Allena itu sudah dewasa, jika dia tidak memiliki gaun bukan berarti dia tidak tahu mana gaun yang bagus. Dia hanya tidak mampu untuk membelinya," ucap Frisca membela suaminya.
"Tante.., maaf, Mommy, saya tidak apa-apa. Saya merasa nyaman dengan pakaian saya," ucap Allena.
"Tapi Allena..," bantah Mahlika.
"Saya akan mencarinya sendiri jika diperlukan. Mommy jangan khawatir. Jadi tidak perlu membebani Tuan Zefran," jelas Allena.
"Berapa umurmu?" tanya Frisca.
"Dua puluh empat tahun nyonya," jawab Allena.
"Kamu tidak punya pacar?" tanya Frisca tiba-tiba.
"Saya tidak punya teman pria satu pun," ucap Allena.
"Kenapa? Pernah patah hati?" tanya Frisca.
"Itu karena Allena terlalu sibuk bekerja," jawab Vina.
"Allena bekerja? Di mana? Di perusahaan apa?" tanya Frisca.
"Saya bekerja di dua tempat. Sebagai Florist di sebuah toko bunga dan pelayan di sebuah Night Club," jawab Allena jujur.
"Apa? Night Club? Mom, kenapa harus dia? Dia pelayan Night Club? Apa kamu ini bersih?" tanya Frisca dengan ekspresi panik.
Allena menatap tajam ke arah Frisca.
"Saya ini pelayan Nyonya, bukan wanita penghibur. Saya bersih bahkan masih perawan hingga detik ini," ucap Allena tegas.
Ny. Mahlika kaget, mendengar pernyataan Allena yang mengatakan hingga detik ini dirinya masih perawan. Ny. Mahlika berharap Zefran dan Allena telah melalui malam pertama mereka.
Melihat Ny. Mahlika yang kaget barulah Allena sadar. Harusnya dia menutupi kenyataan bahwa dirinya belum disentuh suaminya. Tapi karena Frisca meragukan kebersihannya seolah-olah dia seorang wanita penghibur yang tidur dengan banyak laki-laki membuat Allena kesal.
Pertanyaan Frisca terasa begitu merendahkan harga diri dan pekerjaannya.
"Jadi kalian belum…," ucap Mahlika terputus.
"Mereka baru kenal Ika, jadi wajar masih malu-malu dan canggung," ucap Vina cepat.
Ibu itu tidak ingin Mahlika menyalahkan putra dan putri mereka.
"Kalau begitu kalian harus melakukan perjalanan bulan madu," ucap Mahlika tegas.
Zefran urung menyantap hidangan dan menoleh ke arah ibunya kemudian beralih pada Allena yang tertunduk. Sementara Frisca terlihat panik. Zefran menyandarkan punggungnya dan memijat pangkal hidungnya.
Mahlika memaksa Zefran melakukan perjalanan bulan madu secepatnya. Di kamar Frisca langsung mencak-mencak. Wanita itu ketakutan. Tidak berani menghadapi kenyataan berpisah dengan suaminya dan membiarkan Zefran dan Allena pergi berdua.
"Jangan pergi, aku mohon tolak keputusan Mommy. Aku nggak rela kalau kamu pergi berdua dengannya," ucap Frisca langsung menangis.
"Frisca percayalah, tidak akan terjadi apa-apa. Aku sama sekali tidak tertarik padanya," ucap Zefran.
"Tapi kamu laki-laki dan dia sekarang adalah istrimu. Aku takut kamu tidak bisa menahan diri, apalagi perjalanan kalian adalah perjalanan bulan madu. Aku takut kalian terbawa suasana dan akhirnya kamu menidurinya!" ucap Frisca sambil mengucur air mata.
"Baiklah, kalau begitu aku akan memesan dua kamar. Kami akan tidur terpisah," ide Zefran.
"Tidak mungkin, Mommy pasti akan memeriksa pesanan kamar kalian. Mommy pasti bisa mendapat informasi berapa banyak kamar yang di pesan atas namamu," ucap Frisca.
Zefran menangkup wajah istrinya dan mengecup bibir sensual wanita itu.
"Aku sudah berjanji padamu, tidak akan mengkhianatimu. Aku juga sudah berjanji tidak akan meniduri siapapun yang menjadi istri keduaku lalu apalagi yang kamu takutkan. Sayang, kamu tidak percaya padaku?" tanya Zefran.
"Bagaimana kalau kamu mabuk dan lupa pada janjimu atau gadis itu yang gencar menggodamu. Dia masih sangat muda, aku takut kamu tergoda padanya apalagi dia itu pelayan di Night Club. Dia pasti sangat berpengalaman," ucap Frisca panjang lebar.
Zefran sangat yakin kalau Allena tidak seperti itu, karena dia telah mengenal Allena saat di Night Club. Allena menolak menemani tamu laki-laki hingga mendapat tamparan dari seorang tamu perempuan. Allena juga tidak terlihat ingin menggodanya saat dia tidur di kamar Allena tadi malam.
Namun, Zefran tidak bisa mengungkapkan itu semua. Yang semakin menunjukkan kalau Zefran dan Allena telah saling mengenal sebelumnya. Tiba-tiba muncul ide dalam benak Zefran.
"Kamu ikut saja sayang," ucap Zefran.
"Mana mungkin Mommy mengizinkan aku ikut acara bulan madu kalian," ucap Frisca.
"Kamu tidak ikut dalam perjalanan bulan madu kami tapi sedang melakukan perjalanan bisnis. Kita bertemu di hotel yang sama," ucap Zefran.
"Apa Mommy tidak akan curiga?" tanya Frisca.
"Kamu harus berangkat sehari atau dua hari sebelum kami berangkat," usul Zefran.
"Baiklah, rencanakan kapan kalian akan berangkat. Aku akan melakukan perjalanan bisnis sehari sebelumnya," ucap Frisca penuh semangat.
Mereka pun mulai merencanakan perjalanan bulan madu itu. Allena sedikit heran melihat Zefran yang tidak keberatan dan akhirnya setuju melakukan perjalanan bulan madu. Gadis itu memilih berpikiran positif bahwa Zefran hanya ingin mematuhi perintah ibunya.
Hari keberangkatan mereka pun tiba, Zefran berangkat bulan madu bersama Allena. Zefran juga telah memberitahukan ibunya nama hotel tempat mereka menginap. Ny. Mahlika senang, akhirnya Zefran menuruti keinginannya. Ny. Mahlika mengira Zefran berani mengambil keputusan untuk berangkat karena istrinya yang sedang melakukan perjalanan bisnis.
Sesampainya di hotel, Zefran menyerahkan kunci kamar pada Allena. Meski merasa heran namun gadis itu menerima saja. Menjelang sampai di kamar yang dituju, Zefran menelpon.
"Sayang, aku sudah sampai," ucapnya lalu menutup panggilan ponselnya.
Mereka telah sampai di depan kamar, Allena menempelkan card lock pada kotak sensor. Kunci pintu kamar terbuka, tiba-tiba Frisca muncul dari kamar sebelah dan langsung memeluk suaminya.
Frisca mencium bibir suaminya yang baru datang, Allena terpana.
"Istirahatlah!" ucap Zefran pada Allena lalu dengan santai berjalan bersama Frisca menuju kamar sebelah.
Allena terpaku, setelah pasangan itu masuk ke kamar barulah Allena sadar. Gadis itu tersenyum pahit lalu menganggukkan kepalanya. Masuk ke dalam kamar dan bersandar di balik pintu.
Apa yang aku harapkan? Bulan madu yang sebenarnya? Aku hanyalah tumbal bagi mereka agar mereka bisa tetap bersama. Memanfaatkanku dan membohongi ibunya? Benar-benar keterlaluan. Baiklah tuan, aku juga tidak ingin memiliki suami sepertimu. Karena aku sangat membencimu, aku sangat membencimu, jerit hati Allena.
"Sejak awal aku sangat membencimu" ucap Allena keras.
Gadis itu menangis, menghadapi kenyataan orang-orang kaya itu bisa berbuat sekehendak hati mereka. Menikahinya hanya untuk diabaikan, dimanfaatkan untuk meredam keinginan ibunya.
Allena berjalan pelan menuju ranjang dan berbaring perlahan, air matanya menetes. Gadis itu memejamkan matanya, hati dan tubuhnya lelah. Allena tertidur dengan air matanya yang masih mengucur.
Allena terbangun saat mendengar bunyi ketukan pintu. Allena membuka pintu dan mendapati Frisca berdiri di depannya.
"Kami mau makan malam, kamu mau ikut atau mau jalan sendiri?" tanya Frisca.
Allena menoleh pada Zefran yang berdiri bersandar tak jauh dari situ. Laki-laki itu berdiri menghadap ke arah lain.
"Aku pergi sendiri saja," ucap Allena.
"Baiklah, oh ya, kamu tidak perlu membayar ya! Semuanya masuk tagihan" ucap Frisca lalu berjalan menuju suaminya yang menunggu.
Zefran langsung meraih pinggang istrinya dan berjalan mesra menuju restoran hotel bintang lima itu. Allena terduduk di lantai sekian lama. Akhirnya berdiri dan memutuskan untuk membersihkan diri lalu berjalan bersiap-siap menuju restoran hotel bintang lima itu seorang diri.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
YuWie
sabar al..nanti klo adh ngrasake perawanmu kan ketagihan.. beda lah sam frisca yg diawal sdh mengumbar2
2024-08-02
0
Lily
😭😭😭😭😭
2024-02-24
0
Eti Guslidar
buat Alena ketemu alliando.. biar seru dan zevran nyahok
2022-03-29
4