BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~

Allena menyodorkan paper bag berisi jas yang telah dicuci di laundry, Zefran mengerutkan keningnya. Altop dan Ronald terperangah sementara Valendino tersenyum simpul.

"Saya telah membawanya ke laundry tuan, tolong di terima," ucap Allena dengan tangan yang masih menyodorkan paper bag berisi jas itu.

Zefran memalingkan wajahnya dengan kesal lalu menoleh pada Altop, seolah-olah menyalahkannya karena tidak memecat pelayan itu.

"Ini tuan," ucap Allena sambil meletakkannya di atas meja di hadapan Zefran.

Allena mengangguk sekilas lalu berbalik meninggalkan tempat itu. Namun, baru selangkah berjalan, Zefran melempar paper bag itu tepat di kaki Allena.

"Aku tidak terima barang yang telah kubuang," ucap Zefran lalu menyesap minumannya.

Allena memungut paper bag itu dan berjalan kembali ke hadapan Zefran.

"Tapi saya telah membawanya ke laundry tuan, tidak ada bau parfum murahan menempel di situ," jelas Allena lagi.

Allena meletakkan paper bag itu di pangkuan Zefran. Laki-laki itu kaget seolah-olah Allena meletakkan sesuatu yang kotor di pangkuannya.

Zefran kesal, mengambil paper bag itu dan berdiri, menyodorkan paper bag itu dengan kasar ke dada gadis itu hingga membuatnya terdorong ke belakang. Zefran menoleh pada Altop yang tercenung menatapnya.

"Ini caramu agar aku tidak betah di sini," ucap Zefran kemudian berlalu dari tempat itu.

Allena memegang paper bag yang masih menempel di dadanya. Lalu berbalik hendak mengejar, Valendino berdiri di hadapan Allena.

"Dia tidak menginginkan jas itu lagi, jangan khawatir dia punya banyak jas seperti itu. Bawa pulang saja untukmu!" ucap Valendino yang juga ingin pergi.

"Kalau begitu untuk tuan saja, saya hanya tinggal berdua dengan ibu saya. Tidak ada yang bisa memakainya," ucap Allena masih menyodorkan paper bag itu pada Valendino.

"Aku tidak mungkin mengenakan jas bekas temanku. Untukmu saja, kamu bisa memberikannya pada suamimu," ucap Valendino kemudian pergi berlalu.

Allena tercenung, Altop memanggil Manager Club untuk menasehati Allena agar tidak mendekati dia dan kawan-kawannya lagi. Manager Club itu pun akhirnya menegur Allena. Menyampaikan pesan dari pemilik club itu dan mengancam jika masih mengganggu teman-temannya maka Allena akan dipecat.

Sejak kejadian itu Allena sedapat mungkin menjauh dari meja langganan pemilik club dan kawan-kawannya itu. Menjalani rutinitas pekerjaannya dengan hati-hati hingga pulang ke rumah dengan aman.

Pagi itu Allena berangkat pagi sekali ke toko bunga segar tempat dia bekerja sebagai seorang florist. Hari ini bunga-bunga segar akan datang dan Allena bertanggung jawab mengatur dan merapikan bunga-bunga itu serta menjaganya agar tetap segar.

Di samping itu tugas Allena mendesain karangan bunga dan merangkainya, baik menggunakan bunga segar, bunga kering, maupun artificial flowers untuk  bunga-bunga dekorasi public area atau untuk pesanan individu di mana pesanan disiapkan sesuai dengan kustomisasi yang dipilih oleh klien

Baru saja selesai merapikan, membersihkan dan menyusun bunga-bunga itu, lonceng pintu masuk berbunyi.

"Selamat datang," ucap Allena menyapa pelanggan.

Allena menghampiri pelanggan yang baru saja masuk.

"Oh, Tuan..," ucap Allena yang mengenali Valendino.

Tapi laki-laki itu terlihat bingung melihat gadis itu dan merasa seperti mengenalnya.

"Pelayan Night Club? Jas..?" ucap Allena.

Valendino tercengang hingga membelalakkan matanya. Jari telunjuknya membuat lingkaran di wajahnya. Allena mengerti laki-laki itu heran dengan dandanan menornya saat menjadi pelayan Club tapi Allena hanya tersenyum menanggapi penilaian Valendino.

"Kamu bekerja di sini?" tanya Valendino.

"Ya tuan, siang hari saya bekerja di sini. Malam hari di Night Club. Oh ya, apa ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Allena.

Valendino mengangguk sambil melihat-lihat bunga-bunga segar yang baru datang.

"Aku ingin sebuah buket bunga," ucap Valendino.

"Untuk pacar?" tanya Allena.

Valendino mengangguk meski terlihat ragu-ragu.

"Tuan tahu bunga kesukaannya? Orangnya seperti apa dia? Tuan ingin buket bunga yang kecil, sedang atau besar," tanya Allena.

Valendino tertawa melihat Allena yang begitu semangat bertanya. Baru kali ini Valendino datang sendiri ke toko bunga, biasanya sekretaris yang mengatur semuanya. Valendino baru tahu membeli sebuah buket bunga harus ditanyai seperti seorang tersangka.

"Mawar putih, orangnya elegan tapi sederhana, buket ukuran sedang" ucap Valendino menjawab sekaligus pertanyaan Allena.

Gadis itu tertawa, Valendino terpana.

Cantik sekali, kenapa harus berdandan seperti itu di Night Club? Aku pikir dia seorang tante-tante, batin Valendino lalu tertawa sendiri.

Valendino menatap gadis yang sibuk merangkai bunga. Sesekali gadis itu menoleh pada Valendino dan tersenyum, laki-laki itu terpesona, senyum gadis itu menghanyutkannya.

Tanpa terasa Allena telah selesai merangkai buket bunga dan menyerahkannya pada Valendino. Laki-laki itu menanyakan harganya.

"Tidak usah Tuan, kali ini biar saya yang traktir," ucap Allena sambil tersenyum dan mengangguk.

"Tidak, saya tetap harus membayarnya," ucapnya sambil membuka dompetnya.

"Tidak usah Tuan, ini adalah tanda terima kasih saya karena tuan sudah membela saya waktu itu. Saya tidak dipecat dari Night Club berkat Tuan. Saya sangat berterima kasih tapi tidak tahu harus berbuat apa, saya sangat membutuhkan pekerjaan itu. Sekali lagi terima kasih Tuan," ucap Allena sambil mengangguk hormat.

Untuk kesekian kalinya Valendino terpana, menatap senyum tulus gadis yang sangat cantik itu. Valendino urung membayar bunganya, laki-laki itu mengikuti apa yang diinginkan gadis itu.

Valendino keluar dari toko bunga sambil tersenyum, menatap sekilas ke arah toko bunga. Terlihat Allena yang melambaikan tangannya sambil tersenyum riang dari balik dinding kaca toko. Laki-laki itu tertawa lalu masuk ke dalam mobilnya dan melaju meninggalkan tempat itu.

Saat sore hari jam kerja Allena habis, setelah berganti shift dengan teman kerjanya Allena kembali pulang ke rumah, beristirahat untuk melanjutkan bekerja di malam harinya.

Allena berjalan pulang sambil tersenyum, hari ini adalah hari yang indah baginya. Allena telah menyampaikan rasa terima kasihnya pada Valendino dan membalas kebaikan laki-laki itu.

Senyum diwajahnya mendadak hilang saat gadis itu melihat para penagih hutang yang meneriaki ibunya. Segera gadis itu berlari ingin melindungi.

"Kenapa kamu pulang? Kenapa tidak sembunyi?" tanya Vina.

Allena menggeleng, gadis itu tidak mungkin membiarkan ibunya sendirian menghadapi preman-preman kasar itu.

"Kebetulan kamu sudah pulang, ayo ikut. Tuan kami sudah tidak sabar ingin menikahimu," ucap seorang preman sambil menarik tangan Allena.

Ny. Vina langsung menahan tangan preman itu dan memintanya melepaskan tangan Allena. Tapi preman itu tidak peduli, tetap menarik tangan Allena untuk dibawa.

Allena menjerit ketakutan, tidak mau mengikuti laki-laki bertubuh besar itu.

"BERHENTI…, tidak ada seorang pun yang boleh membawa gadis itu!" teriak Mahlika.

Para pengawalnya langsung maju, orang-orang terlatih itu langsung merebut Allena.

"Aku akan melunasi semua hutang nyonya ini dan jangan coba-coba untuk membawa calon menantuku, mengerti..!!!" teriak Mahlika.

Ketegasan nyonya kaya itu membuat para preman penagih utang itu takut. Ny. Mahlika mengutus seorang pengawal kepercayaannya untuk membayar lunas semua utang Ny. Vina.

"Terima kasih atas segala bantuanmu Ika. Kami akan berusaha untuk membayarnya," ucap Vina yang masih gemetar karena syok melihat putrinya yang hampir dibawa pergi.

"Aku tidak ingin apapun Vina, selain restumu untuk menikahkan putrimu dengan putraku," ucap Mahlika.

"Tapi..," ucap Vina ragu.

"Tolonglah Vina, tolonglah aku. Biarkan dia menikah dengan putraku," mohon Mahlika.

Allena menatap ibunya, air mata mengalir. Rasa takut dan bayangan menjadi istri kelima laki-laki tua pemberi hutang itu masih belum hilang dari pikirannya.

Vina menatap putrinya lalu memeluk gadis yang masih menangis itu. Ny. Vina akhirnya menceritakan semua tentang perjanjian antara dirinya dan Ny. Mahlika. Allena menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Ibu tidak akan memaksamu nak, semua tergantung padamu," ucap Vina.

Ny. Vina menceritakan perihal perjodohan Allena berikut situasi yang sekarang dihadapi keluarga Dimitrios. Allena harus menerima kenyataan sebagai istri kedua putra dari keluarga kaya itu.

"Bu, tidak ada pilihan lain. Menikah dengan tuan Zefran atau dengan rentenir itu. Lagipula Ny. Mahlika sudah melunasi utang-utang kita," ucap Allena sambil menangis.

Ny. Vina menangis memeluk putrinya, hatinya sangat sedih. Dia merasa tidak mampu melindungi putrinya.

"Maafkan ibu nak, ini semua salah ibu" ucap Vina menangis bersama putrinya.

Meski sangat kesal akhirnya rentenir itu memberi surat bukti pelunasan atas semua utang-utang keluarga Allena. Berapapun tagihan rentenir itu dibayar lunas oleh Ny. Mahlika.

Akhirnya Allena setuju untuk menikah dengan putra Ny. Mahlika. Hari itu juga Allena diboyong ke kediaman Dimitrios dengan alasan untuk persiapan pernikahan. Ny. Mahlika mengajak gadis itu langsung tinggal dirumahnya. Semua itu demi mendekatkan Allena dengan putranya.

Ny. Mahlika berharap Zefran akan menerima Allena bahkan berharap putranya jatuh cinta pada gadis itu. Namun, apa yang didapat Allena adalah penolakan tegas dari Zefran.

"Kamu..?" ucap Zefran bingung saat ibunya memperkenalkan Allena pada Zefran.

Zefran tidak bisa melanjutkan kata-katanya, laki-laki itu seperti mengenal gadis yang ada di hadapannya itu. Namun, dari perasaannya dia sangat membenci gadis itu.

Allena tertunduk, tentu saja dia mengenal laki-laki di hadapannya itu. Laki-laki yang telah menghinanya bahkan hampir melayangkan tamparan padanya di Night Club. Allena kecewa mendapati kenyataan harus menikah dengan laki-laki yang jelas-jelas membencinya.

"Aku tidak akan mengkhianati istriku dengan menikahi perempuan kampungan itu!" ucap Zefran pada ibunya.

"Tapi Zefran, ini satu-satunya cara agar kamu memiliki keturunan," ucap Mahlika.

Allena tertunduk, kemarin penghinaan sekarang penolakan, jelas dan pasti. Gadis itu yakin dia akan menjalani hidup yang penuh dengan makian dan hinaan. Allena mengira calon suaminya bisa langsung menerimanya namun kenyataannya di hari pertama pertemuannya, Allena telah mendapatkan penolakan, makian dan hinaan.

"Mommy telah membawakan calon istri untukmu. Jika tidak suka dengannya, mommy akan carikan yang lain. Menikahi dua istri atau tidak memiliki istri sama sekali" ucap Mahlika lalu menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya.

Zefran menatap tajam kearah Allena seakan-akan semua itu adalah kesalahan gadis itu.

Allena hanya bisa tertunduk menahan perih di dadanya. Meski tidak bermaksud seperti itu tapi ucapan Ny. Mahlika membuat Allena seperti barang dagangan murah yang tidak laku. Ny. Mahlika siap mencarikan yang lebih baik lagi untuk anaknya.

Zefran yang biasa bergaul dengan wanita kalangan atas tentu menolak dinikahkan dengan seorang gadis miskin seperti Allena. Namun, di kamarnya Frisca justru membujuk Zefran untuk menerima Allena sebagai istri keduanya.

"Aku tidak mau mengkhianatimu, aku mencintaimu Frisca. Aku tidak peduli jika aku tidak punya anak, yang terpenting bagiku adalah tetap bersamamu," ucap Zefran yang berdiri di balkon kamarnya.

"Justru itu, jika ingin tetap bersamaku, kamu harus menikahinya. Mommy akan memaksa kita bercerai jika kamu tidak menuruti kehendaknya. Hanya menikahinya, kamu tidak perlu menidurinya. Selama menikah dengannya kita akan bebas dari tuntutan Mommy. Kita tetap berusaha memiliki bayi kita sendiri. Begitu berhasil, kamu bisa membuang perempuan itu. Bukankah kemarin kita telah sepakat?" tanya Frisca.

"Tapi tidak dengan gadis itu, aku membencinya," ucap Zefran dengan nada tinggi.

Zefran berubah pikiran, dia menolak dinikahkan dengan gadis yang dibencinya. Namun, justru gadis seperti itu yang diinginkan Frisca, gadis yang dibenci hingga tidak mungkin timbul rasa cinta di hati Zefran pada gadis itu.

Ada rasa takut di hati Frisca, jika Ny. Mahlika bisa menemukan gadis yang lebih baik dari Allena atau bahkan lebih baik dari dirinya. Jika Zefran bersedia menikah dengan perempuan itu maka posisinya di hati Zefran bisa tersingkir.

Frisca memaksa suaminya untuk menyetujui pernikahan itu sekarang juga. Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya Zefran menyetujui usulan Frisca. Saat itu juga laki-laki itu berjalan menuju kamar Ny. Mahlika.

Zefran membuka pintu kamar Ny. Mahlika. Langkah Zefran terhenti saat melihat Allena duduk di lantai beralaskan karpet menghadap ke arah Ny. Mahlika yang tidur di ranjang sambil membalik badan.

"Maafkan saya Tante, tuan Zefran tidak bersedia menikahi saya. Saya sadar, saya tidak pantas untuknya. Tante pasti bisa menemukan wanita yang pantas untuk Tuan Zefran. Mengenai uang pinjaman itu akan saya upayakan untuk membayarnya. Saya akan bekerja lebih giat agar saya bisa mencicil utang saya Tante" ucap Allena.

Ternyata perempuan itu bersedia menikah denganku karena uang, kampungan dan murahan, heh.. berharap anakku lahir dari perempuan seperti itu? batin Zefran.

"Aku membawamu untuk dinikahkan dengan putraku. Aku tidak peduli dengan uang itu. Jika dia tidak setuju, itu bukan salahmu. Aku tidak akan menuntutmu mengembalikan uang itu," ucap Mahlika tanpa mau membalik badan.

"Aku bersedia, aku bersedia menikah dengannya," ucap Zefran tiba-tiba sambil melangkah masuk ke kamar Ny. Mahlika.

Mendengar itu Ny. Mahlika langsung duduk, Allena reflek menoleh namun kembali tertunduk duduk bersimpuh di karpet.

"Kamu bersedia? Benarkah?" tanya Mahlika tidak percaya.

Zefran mengangguk.

"Tapi dengan syarat, kami pindah rumah," ucap Zefran.

"Untuk apa rumah sebesar ini jika kamu harus pindah?" tanya Mahlika.

"Tentu saja untuk membangun keluargaku sendiri," jawab Zefran.

"Ini semua ide istrimu? Karena dia takut diceraikan?  Makanya dia bersedia dimadu. Lalu kamu meminta pindah agar kamu bisa berbuat sesukamu? Mungkin kamu akan mengabaikan Allena di sana. Dan kamu tetap bisa berduaan dengan istrimu," ucap Mahlika.

Sial, rencanaku tertebak, batin Zefran.

Zefran menatap tajam ibunya.

"Kamu diizinkan pindah jika Allena telah hamil," ucap Mahlika.

Zefran tercengang, rencananya untuk pindah dan hidup bebas dari rongrongan ibunya pun gagal. Zefran justru terlanjur menyetujui pernikahan itu.

Ny. Mahlika segera mempersiapkan acara pernikahan untuk putranya. Semua dilaksanakan dengan mewah namun tertutup. Hanya untuk beberapa undangan dan keluarga dekat serta sahabat.

Ny. Mahlika tentu saja mengundang Ibu Allena. Dan selama di rumah itu Allena selalu menunjukkan wajah bahagia pada ibunya. Seolah-olah Zefran menerimanya dan memperlakukannya dengan baik.

Ny. Vina bahagia, meski putrinya menjadi istri kedua namun disayang oleh calon suami dan calon mertuanya.

Upacara pernikahan berlangsung, Allena pun resmi menjadi istri kedua dari Zefran, seorang CEO sukses yang tampan. Ny. Vina sangat bangga pada menantunya.

...~  Bersambung  ~...

Terpopuler

Comments

Eti Guslidar

Eti Guslidar

zepran jd bucin baru nyahok.. nanti d ambil allendinno.. kk

2022-03-29

3

Mustika Aira

Mustika Aira

semangat buat KK author nya,,, 💪🏻💪🏻💪🏻

2022-03-25

1

Mustika Aira

Mustika Aira

love you Mama mahlika 🥰,, tetap bela allena trs ya ma🥺

2022-03-25

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ The Perfect Couple ~
2 BAB 2 ~ Janji Perjodohan ~
3 BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~
4 BAB 4 ~ Malam Pertama ~
5 BAB 5 ~ Honeymoon ~
6 BAB 6 ~ Di Hotel ~
7 BAB 7 ~ Harapan ~
8 BAB 8 ~ Bunga Pelengkap ~
9 BAB 9 ~ Pernyataan ~
10 BAB 10 ~ Kembali ~
11 BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~
12 BAB 12 ~ Kembali Bekerja ~
13 BAB 13 ~ Menyesal ~
14 BAB 14 ~ S A K I T ~
15 BAB 15 ~ Harapan Bunga Pelengkap ~
16 BAB 16 ~ Pembalasan ~
17 BAB 17 ~ Penyerahan Diri ~
18 BAB 18 ~ Menolak ~
19 BAB 19 ~ The Proposal ~
20 BAB 20 ~ Menerima ~
21 BAB 21 ~ Menunggu ~
22 BAB 22 ~ Mengejar ~
23 BAB 23 ~ Menginginkan ~
24 BAB 24 ~ Terlanjur ~
25 BAB 25 ~ Sedih dan Bahagia ~
26 BAB 26 ~ Dia Milikku ~
27 BAB 27 ~ Jangan Menunggu ~
28 BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
29 BAB 29 ~ Di Rumah Sakit ~
30 BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
31 BAB 31 ~ Welcome Home ~
32 BAB 32 ~ Masa Lalu ~
33 BAB 33 ~ Membuktikan ~
34 BAB 34 ~ Birth of Day ~
35 BAB 35 ~ Menerima ~
36 BAB 36 ~ Meragukan ~
37 BAB 37 ~ Rencana ~
38 BAB 38 ~ Jangan Pergi ~
39 BAB 39 ~ Keputusan ~
40 BAB 40 ~ Kesempatan ~
41 BAB 41 ~ Z E N O' S ~
42 BAB 42 ~ Kembali Lagi ~
43 BAB 43 ~ Kemunculan ~
44 BAB 44 ~ Tak Rela ~
45 BAB 45 ~ Berharap Kembali ~
46 BAB 46 ~ Permintaan ~
47 BAB 47 ~ Saya Zeno ~
48 BAB 48 ~ J A N J I ~
49 BAB 49 ~ Terkuak ~
50 BAB 50 ~ Mengejutkan ~
51 BAB 51 ~ Vonis ~
52 BAB 52 ~ Curhat ~
53 BAB 53 ~ Berita ~
54 BAB 54 ~ Ingkar Janji ~
55 BAB 55 ~ Zeno adalah Zefano ~
56 BAB 56 ~ Mengakui ~
57 BAB 57 ~ Kembali Bersama ~
58 BAB 58 ~ Ingin Memiliki ~
59 BAB 59 ~ Berharap Dimaafkan ~
60 BAB 60 ~ Menolak ~
61 BAB 61 ~ Menjelaskan ~
62 BAB 62 ~ Di Ruang Rawat Inap ~
63 BAB 63 ~ Hilang ~
64 BAB 64 ~ Menunggu Kabar ~
65 BAB 65 ~ Pelarian ~
66 BAB 66 ~ Yang Kedua ~
67 BAB 67 ~ Saat Pelarian ~
68 BAB 68 ~ Sesaat Bahagia ~
69 BAB 69 ~ Mencari ~
70 BAB 70 ~ Menyusul Zefano ~
71 BAB 71 ~ Namanya Siapa? ~
72 BAB 72 ~ Memaafkan ~
73 BAB 73 ~ Seperti Semula ~
74 BAB 74 ~ Pesta Kelahiran ~
75 BAB 75 ~ Pesta dan Persahabatan ~
76 BAB 76 ~ Dirindukan ~
77 BAB 77 ~ Saling Memaafkan ~
78 BAB 78 ~ Direstui ~
79 BAB 79 ~ Kunjungan ke RS ~
80 BAB 80 ~ Dejavu yang Berbeda ~
81 BAB 81 ~ Bertanya ~
82 BAB 82 ~ Salah Paham~
83 BAB 83 ~ Menyendiri ~
84 BAB 84 ~ Pengertian ~
85 BAB 85 ~ Berbaikan ~
86 BAB 86 ~ Kesempatan ~
87 BAB 87 ~ Frisca's Prewedding ~
88 BAB 88 ~ Frisca's Wedding ~
89 BAB 89 ~ Di Pesta Frisca ~
90 BAB 90 ~ Resepsi Valen dan Shinta ~
91 BAB 91 ~ Surat yang Terselip ~
92 BAB 92 ~ Tamu dari Masa Lalu ~
93 BAB 93 ~ Cincin ~
94 BAB 94 ~ Di Villa Frisca ~
95 BAB 95 ~ The Proposals ~
96 BAB 96 ~ Kembali ke Rumah ~
97 BAB 97 ~ Di Paris ~
98 BAB 98 ~ Menyusul ~
99 BAB 99 ~ Kenapa Robert? ~
100 BAB 100 ~ Kembali dari Paris ~
101 BAB 101 ~ Menjenguk Dion ~
102 BAB 102 ~ Karena Masa Lalu ~
103 BAB 103 ~ Kembali Menyesal ~
104 BAB 104 ~ Menolak ~
105 BAB 105 ~ Masih Mencintai ~
106 BAB 106 ~ Dejavu ~
107 BAB 107 ~ Pulang ke Rumah ~
108 BAB 108 ~ Memaafkan ~
109 BAB 109 ~ Z love Z ~
110 BAB 110 ~ Menyadari ~
111 BAB 111 ~ Selesai ~
112 BAB 112 ~ Zifara's Show ~
113 BAB 113 ~ Dokter Cintaku ~
114 BAB 114 ~ Keluarga Kecilku ~
115 BAB 115 ~ Keluarga Sempurna ~
116 BAB 116 ~ Mundur ~
117 BAB 117 ~ Prasangka ~
118 BAB 118 ~ Ronald & Kayla's Wedding ~
119 BAB 119 ~ Soft Opening Rivaldo's Cafe ~
120 BAB 120 ~ Memilih ~
121 BAB 121 ~ Tak Sia-Sia ~
122 BAB 122 ~ Tidak Kenal ~
123 BAB 123 ~ Pengalaman ~
124 BAB 124 ~ Resepsi yang Tertunda ~
125 BAB 125 ~ Insiden di Resepsi ~
126 BAB 126 ~ Resepsi ~
127 BAB 127 ~ Di Taman ~
128 BAB 128 ~ Berjanji ~
129 BAB 129 ~ Awal Cinta ~
130 BAB 130 ~ Beralih ~
131 BAB 131 ~ Di Mall ~
132 BAB 132 ~ Menjelaskan ~
133 BAB 133 ~ Pertemuan ~
134 BAB 134 ~ Lembar Hidup Baru Lagi ~
135 BAB 135 ~ Berbagi ~
136 BAB 136 ~ Sahabat Baru ~
137 BAB 137 ~ Curiga ~
138 BAB 138 ~ Mempertahankan ~
139 BAB 139 ~ Jangan Lagi ~
140 BAB 140 ~ Tak Ingin yang Lain ~
141 BAB 141 ~ Tekad Masa Lalu ~
142 BAB 142 ~ Persaingan Masa Lalu ~
143 BAB 143 ~ Selalu Ingin ~
144 BAB 144 ~ Gerak Cepat ~
145 BAB 145 ~ Janji ~
146 BAB 146 ~ Janji yang Terlupakan ~
147 BAB 147 ~ Mundur ~
148 BAB 148 ~ Tetap Maju ~
149 BAB 149 ~ Rencana Bertemu ~
150 BAB 150 ~ Rahma & Patrick' s Wedding ~
151 BAB 151 ~ Yang Bisa Mengalihkan ~
152 BAB 152 ~ Cinta Menggebu ~
153 BAB 153 ~ Undangan ~
154 BAB 154 ~ Percaya ~
155 BAB 155 ~ Happy Ending ~
Episodes

Updated 155 Episodes

1
BAB 1 ~ The Perfect Couple ~
2
BAB 2 ~ Janji Perjodohan ~
3
BAB 3 ~ Jadi Istri Kedua ~
4
BAB 4 ~ Malam Pertama ~
5
BAB 5 ~ Honeymoon ~
6
BAB 6 ~ Di Hotel ~
7
BAB 7 ~ Harapan ~
8
BAB 8 ~ Bunga Pelengkap ~
9
BAB 9 ~ Pernyataan ~
10
BAB 10 ~ Kembali ~
11
BAB 11 ~ Memulai Hari Baru ~
12
BAB 12 ~ Kembali Bekerja ~
13
BAB 13 ~ Menyesal ~
14
BAB 14 ~ S A K I T ~
15
BAB 15 ~ Harapan Bunga Pelengkap ~
16
BAB 16 ~ Pembalasan ~
17
BAB 17 ~ Penyerahan Diri ~
18
BAB 18 ~ Menolak ~
19
BAB 19 ~ The Proposal ~
20
BAB 20 ~ Menerima ~
21
BAB 21 ~ Menunggu ~
22
BAB 22 ~ Mengejar ~
23
BAB 23 ~ Menginginkan ~
24
BAB 24 ~ Terlanjur ~
25
BAB 25 ~ Sedih dan Bahagia ~
26
BAB 26 ~ Dia Milikku ~
27
BAB 27 ~ Jangan Menunggu ~
28
BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
29
BAB 29 ~ Di Rumah Sakit ~
30
BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
31
BAB 31 ~ Welcome Home ~
32
BAB 32 ~ Masa Lalu ~
33
BAB 33 ~ Membuktikan ~
34
BAB 34 ~ Birth of Day ~
35
BAB 35 ~ Menerima ~
36
BAB 36 ~ Meragukan ~
37
BAB 37 ~ Rencana ~
38
BAB 38 ~ Jangan Pergi ~
39
BAB 39 ~ Keputusan ~
40
BAB 40 ~ Kesempatan ~
41
BAB 41 ~ Z E N O' S ~
42
BAB 42 ~ Kembali Lagi ~
43
BAB 43 ~ Kemunculan ~
44
BAB 44 ~ Tak Rela ~
45
BAB 45 ~ Berharap Kembali ~
46
BAB 46 ~ Permintaan ~
47
BAB 47 ~ Saya Zeno ~
48
BAB 48 ~ J A N J I ~
49
BAB 49 ~ Terkuak ~
50
BAB 50 ~ Mengejutkan ~
51
BAB 51 ~ Vonis ~
52
BAB 52 ~ Curhat ~
53
BAB 53 ~ Berita ~
54
BAB 54 ~ Ingkar Janji ~
55
BAB 55 ~ Zeno adalah Zefano ~
56
BAB 56 ~ Mengakui ~
57
BAB 57 ~ Kembali Bersama ~
58
BAB 58 ~ Ingin Memiliki ~
59
BAB 59 ~ Berharap Dimaafkan ~
60
BAB 60 ~ Menolak ~
61
BAB 61 ~ Menjelaskan ~
62
BAB 62 ~ Di Ruang Rawat Inap ~
63
BAB 63 ~ Hilang ~
64
BAB 64 ~ Menunggu Kabar ~
65
BAB 65 ~ Pelarian ~
66
BAB 66 ~ Yang Kedua ~
67
BAB 67 ~ Saat Pelarian ~
68
BAB 68 ~ Sesaat Bahagia ~
69
BAB 69 ~ Mencari ~
70
BAB 70 ~ Menyusul Zefano ~
71
BAB 71 ~ Namanya Siapa? ~
72
BAB 72 ~ Memaafkan ~
73
BAB 73 ~ Seperti Semula ~
74
BAB 74 ~ Pesta Kelahiran ~
75
BAB 75 ~ Pesta dan Persahabatan ~
76
BAB 76 ~ Dirindukan ~
77
BAB 77 ~ Saling Memaafkan ~
78
BAB 78 ~ Direstui ~
79
BAB 79 ~ Kunjungan ke RS ~
80
BAB 80 ~ Dejavu yang Berbeda ~
81
BAB 81 ~ Bertanya ~
82
BAB 82 ~ Salah Paham~
83
BAB 83 ~ Menyendiri ~
84
BAB 84 ~ Pengertian ~
85
BAB 85 ~ Berbaikan ~
86
BAB 86 ~ Kesempatan ~
87
BAB 87 ~ Frisca's Prewedding ~
88
BAB 88 ~ Frisca's Wedding ~
89
BAB 89 ~ Di Pesta Frisca ~
90
BAB 90 ~ Resepsi Valen dan Shinta ~
91
BAB 91 ~ Surat yang Terselip ~
92
BAB 92 ~ Tamu dari Masa Lalu ~
93
BAB 93 ~ Cincin ~
94
BAB 94 ~ Di Villa Frisca ~
95
BAB 95 ~ The Proposals ~
96
BAB 96 ~ Kembali ke Rumah ~
97
BAB 97 ~ Di Paris ~
98
BAB 98 ~ Menyusul ~
99
BAB 99 ~ Kenapa Robert? ~
100
BAB 100 ~ Kembali dari Paris ~
101
BAB 101 ~ Menjenguk Dion ~
102
BAB 102 ~ Karena Masa Lalu ~
103
BAB 103 ~ Kembali Menyesal ~
104
BAB 104 ~ Menolak ~
105
BAB 105 ~ Masih Mencintai ~
106
BAB 106 ~ Dejavu ~
107
BAB 107 ~ Pulang ke Rumah ~
108
BAB 108 ~ Memaafkan ~
109
BAB 109 ~ Z love Z ~
110
BAB 110 ~ Menyadari ~
111
BAB 111 ~ Selesai ~
112
BAB 112 ~ Zifara's Show ~
113
BAB 113 ~ Dokter Cintaku ~
114
BAB 114 ~ Keluarga Kecilku ~
115
BAB 115 ~ Keluarga Sempurna ~
116
BAB 116 ~ Mundur ~
117
BAB 117 ~ Prasangka ~
118
BAB 118 ~ Ronald & Kayla's Wedding ~
119
BAB 119 ~ Soft Opening Rivaldo's Cafe ~
120
BAB 120 ~ Memilih ~
121
BAB 121 ~ Tak Sia-Sia ~
122
BAB 122 ~ Tidak Kenal ~
123
BAB 123 ~ Pengalaman ~
124
BAB 124 ~ Resepsi yang Tertunda ~
125
BAB 125 ~ Insiden di Resepsi ~
126
BAB 126 ~ Resepsi ~
127
BAB 127 ~ Di Taman ~
128
BAB 128 ~ Berjanji ~
129
BAB 129 ~ Awal Cinta ~
130
BAB 130 ~ Beralih ~
131
BAB 131 ~ Di Mall ~
132
BAB 132 ~ Menjelaskan ~
133
BAB 133 ~ Pertemuan ~
134
BAB 134 ~ Lembar Hidup Baru Lagi ~
135
BAB 135 ~ Berbagi ~
136
BAB 136 ~ Sahabat Baru ~
137
BAB 137 ~ Curiga ~
138
BAB 138 ~ Mempertahankan ~
139
BAB 139 ~ Jangan Lagi ~
140
BAB 140 ~ Tak Ingin yang Lain ~
141
BAB 141 ~ Tekad Masa Lalu ~
142
BAB 142 ~ Persaingan Masa Lalu ~
143
BAB 143 ~ Selalu Ingin ~
144
BAB 144 ~ Gerak Cepat ~
145
BAB 145 ~ Janji ~
146
BAB 146 ~ Janji yang Terlupakan ~
147
BAB 147 ~ Mundur ~
148
BAB 148 ~ Tetap Maju ~
149
BAB 149 ~ Rencana Bertemu ~
150
BAB 150 ~ Rahma & Patrick' s Wedding ~
151
BAB 151 ~ Yang Bisa Mengalihkan ~
152
BAB 152 ~ Cinta Menggebu ~
153
BAB 153 ~ Undangan ~
154
BAB 154 ~ Percaya ~
155
BAB 155 ~ Happy Ending ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!