Allena menyodorkan paper bag berisi jas yang telah dicuci di laundry, Zefran mengerutkan keningnya. Altop dan Ronald terperangah sementara Valendino tersenyum simpul.
"Saya telah membawanya ke laundry tuan, tolong di terima," ucap Allena dengan tangan yang masih menyodorkan paper bag berisi jas itu.
Zefran memalingkan wajahnya dengan kesal lalu menoleh pada Altop, seolah-olah menyalahkannya karena tidak memecat pelayan itu.
"Ini tuan," ucap Allena sambil meletakkannya di atas meja di hadapan Zefran.
Allena mengangguk sekilas lalu berbalik meninggalkan tempat itu. Namun, baru selangkah berjalan, Zefran melempar paper bag itu tepat di kaki Allena.
"Aku tidak terima barang yang telah kubuang," ucap Zefran lalu menyesap minumannya.
Allena memungut paper bag itu dan berjalan kembali ke hadapan Zefran.
"Tapi saya telah membawanya ke laundry tuan, tidak ada bau parfum murahan menempel di situ," jelas Allena lagi.
Allena meletakkan paper bag itu di pangkuan Zefran. Laki-laki itu kaget seolah-olah Allena meletakkan sesuatu yang kotor di pangkuannya.
Zefran kesal, mengambil paper bag itu dan berdiri, menyodorkan paper bag itu dengan kasar ke dada gadis itu hingga membuatnya terdorong ke belakang. Zefran menoleh pada Altop yang tercenung menatapnya.
"Ini caramu agar aku tidak betah di sini," ucap Zefran kemudian berlalu dari tempat itu.
Allena memegang paper bag yang masih menempel di dadanya. Lalu berbalik hendak mengejar, Valendino berdiri di hadapan Allena.
"Dia tidak menginginkan jas itu lagi, jangan khawatir dia punya banyak jas seperti itu. Bawa pulang saja untukmu!" ucap Valendino yang juga ingin pergi.
"Kalau begitu untuk tuan saja, saya hanya tinggal berdua dengan ibu saya. Tidak ada yang bisa memakainya," ucap Allena masih menyodorkan paper bag itu pada Valendino.
"Aku tidak mungkin mengenakan jas bekas temanku. Untukmu saja, kamu bisa memberikannya pada suamimu," ucap Valendino kemudian pergi berlalu.
Allena tercenung, Altop memanggil Manager Club untuk menasehati Allena agar tidak mendekati dia dan kawan-kawannya lagi. Manager Club itu pun akhirnya menegur Allena. Menyampaikan pesan dari pemilik club itu dan mengancam jika masih mengganggu teman-temannya maka Allena akan dipecat.
Sejak kejadian itu Allena sedapat mungkin menjauh dari meja langganan pemilik club dan kawan-kawannya itu. Menjalani rutinitas pekerjaannya dengan hati-hati hingga pulang ke rumah dengan aman.
Pagi itu Allena berangkat pagi sekali ke toko bunga segar tempat dia bekerja sebagai seorang florist. Hari ini bunga-bunga segar akan datang dan Allena bertanggung jawab mengatur dan merapikan bunga-bunga itu serta menjaganya agar tetap segar.
Di samping itu tugas Allena mendesain karangan bunga dan merangkainya, baik menggunakan bunga segar, bunga kering, maupun artificial flowers untuk bunga-bunga dekorasi public area atau untuk pesanan individu di mana pesanan disiapkan sesuai dengan kustomisasi yang dipilih oleh klien
Baru saja selesai merapikan, membersihkan dan menyusun bunga-bunga itu, lonceng pintu masuk berbunyi.
"Selamat datang," ucap Allena menyapa pelanggan.
Allena menghampiri pelanggan yang baru saja masuk.
"Oh, Tuan..," ucap Allena yang mengenali Valendino.
Tapi laki-laki itu terlihat bingung melihat gadis itu dan merasa seperti mengenalnya.
"Pelayan Night Club? Jas..?" ucap Allena.
Valendino tercengang hingga membelalakkan matanya. Jari telunjuknya membuat lingkaran di wajahnya. Allena mengerti laki-laki itu heran dengan dandanan menornya saat menjadi pelayan Club tapi Allena hanya tersenyum menanggapi penilaian Valendino.
"Kamu bekerja di sini?" tanya Valendino.
"Ya tuan, siang hari saya bekerja di sini. Malam hari di Night Club. Oh ya, apa ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Allena.
Valendino mengangguk sambil melihat-lihat bunga-bunga segar yang baru datang.
"Aku ingin sebuah buket bunga," ucap Valendino.
"Untuk pacar?" tanya Allena.
Valendino mengangguk meski terlihat ragu-ragu.
"Tuan tahu bunga kesukaannya? Orangnya seperti apa dia? Tuan ingin buket bunga yang kecil, sedang atau besar," tanya Allena.
Valendino tertawa melihat Allena yang begitu semangat bertanya. Baru kali ini Valendino datang sendiri ke toko bunga, biasanya sekretaris yang mengatur semuanya. Valendino baru tahu membeli sebuah buket bunga harus ditanyai seperti seorang tersangka.
"Mawar putih, orangnya elegan tapi sederhana, buket ukuran sedang" ucap Valendino menjawab sekaligus pertanyaan Allena.
Gadis itu tertawa, Valendino terpana.
Cantik sekali, kenapa harus berdandan seperti itu di Night Club? Aku pikir dia seorang tante-tante, batin Valendino lalu tertawa sendiri.
Valendino menatap gadis yang sibuk merangkai bunga. Sesekali gadis itu menoleh pada Valendino dan tersenyum, laki-laki itu terpesona, senyum gadis itu menghanyutkannya.
Tanpa terasa Allena telah selesai merangkai buket bunga dan menyerahkannya pada Valendino. Laki-laki itu menanyakan harganya.
"Tidak usah Tuan, kali ini biar saya yang traktir," ucap Allena sambil tersenyum dan mengangguk.
"Tidak, saya tetap harus membayarnya," ucapnya sambil membuka dompetnya.
"Tidak usah Tuan, ini adalah tanda terima kasih saya karena tuan sudah membela saya waktu itu. Saya tidak dipecat dari Night Club berkat Tuan. Saya sangat berterima kasih tapi tidak tahu harus berbuat apa, saya sangat membutuhkan pekerjaan itu. Sekali lagi terima kasih Tuan," ucap Allena sambil mengangguk hormat.
Untuk kesekian kalinya Valendino terpana, menatap senyum tulus gadis yang sangat cantik itu. Valendino urung membayar bunganya, laki-laki itu mengikuti apa yang diinginkan gadis itu.
Valendino keluar dari toko bunga sambil tersenyum, menatap sekilas ke arah toko bunga. Terlihat Allena yang melambaikan tangannya sambil tersenyum riang dari balik dinding kaca toko. Laki-laki itu tertawa lalu masuk ke dalam mobilnya dan melaju meninggalkan tempat itu.
Saat sore hari jam kerja Allena habis, setelah berganti shift dengan teman kerjanya Allena kembali pulang ke rumah, beristirahat untuk melanjutkan bekerja di malam harinya.
Allena berjalan pulang sambil tersenyum, hari ini adalah hari yang indah baginya. Allena telah menyampaikan rasa terima kasihnya pada Valendino dan membalas kebaikan laki-laki itu.
Senyum diwajahnya mendadak hilang saat gadis itu melihat para penagih hutang yang meneriaki ibunya. Segera gadis itu berlari ingin melindungi.
"Kenapa kamu pulang? Kenapa tidak sembunyi?" tanya Vina.
Allena menggeleng, gadis itu tidak mungkin membiarkan ibunya sendirian menghadapi preman-preman kasar itu.
"Kebetulan kamu sudah pulang, ayo ikut. Tuan kami sudah tidak sabar ingin menikahimu," ucap seorang preman sambil menarik tangan Allena.
Ny. Vina langsung menahan tangan preman itu dan memintanya melepaskan tangan Allena. Tapi preman itu tidak peduli, tetap menarik tangan Allena untuk dibawa.
Allena menjerit ketakutan, tidak mau mengikuti laki-laki bertubuh besar itu.
"BERHENTI…, tidak ada seorang pun yang boleh membawa gadis itu!" teriak Mahlika.
Para pengawalnya langsung maju, orang-orang terlatih itu langsung merebut Allena.
"Aku akan melunasi semua hutang nyonya ini dan jangan coba-coba untuk membawa calon menantuku, mengerti..!!!" teriak Mahlika.
Ketegasan nyonya kaya itu membuat para preman penagih utang itu takut. Ny. Mahlika mengutus seorang pengawal kepercayaannya untuk membayar lunas semua utang Ny. Vina.
"Terima kasih atas segala bantuanmu Ika. Kami akan berusaha untuk membayarnya," ucap Vina yang masih gemetar karena syok melihat putrinya yang hampir dibawa pergi.
"Aku tidak ingin apapun Vina, selain restumu untuk menikahkan putrimu dengan putraku," ucap Mahlika.
"Tapi..," ucap Vina ragu.
"Tolonglah Vina, tolonglah aku. Biarkan dia menikah dengan putraku," mohon Mahlika.
Allena menatap ibunya, air mata mengalir. Rasa takut dan bayangan menjadi istri kelima laki-laki tua pemberi hutang itu masih belum hilang dari pikirannya.
Vina menatap putrinya lalu memeluk gadis yang masih menangis itu. Ny. Vina akhirnya menceritakan semua tentang perjanjian antara dirinya dan Ny. Mahlika. Allena menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ibu tidak akan memaksamu nak, semua tergantung padamu," ucap Vina.
Ny. Vina menceritakan perihal perjodohan Allena berikut situasi yang sekarang dihadapi keluarga Dimitrios. Allena harus menerima kenyataan sebagai istri kedua putra dari keluarga kaya itu.
"Bu, tidak ada pilihan lain. Menikah dengan tuan Zefran atau dengan rentenir itu. Lagipula Ny. Mahlika sudah melunasi utang-utang kita," ucap Allena sambil menangis.
Ny. Vina menangis memeluk putrinya, hatinya sangat sedih. Dia merasa tidak mampu melindungi putrinya.
"Maafkan ibu nak, ini semua salah ibu" ucap Vina menangis bersama putrinya.
Meski sangat kesal akhirnya rentenir itu memberi surat bukti pelunasan atas semua utang-utang keluarga Allena. Berapapun tagihan rentenir itu dibayar lunas oleh Ny. Mahlika.
Akhirnya Allena setuju untuk menikah dengan putra Ny. Mahlika. Hari itu juga Allena diboyong ke kediaman Dimitrios dengan alasan untuk persiapan pernikahan. Ny. Mahlika mengajak gadis itu langsung tinggal dirumahnya. Semua itu demi mendekatkan Allena dengan putranya.
Ny. Mahlika berharap Zefran akan menerima Allena bahkan berharap putranya jatuh cinta pada gadis itu. Namun, apa yang didapat Allena adalah penolakan tegas dari Zefran.
"Kamu..?" ucap Zefran bingung saat ibunya memperkenalkan Allena pada Zefran.
Zefran tidak bisa melanjutkan kata-katanya, laki-laki itu seperti mengenal gadis yang ada di hadapannya itu. Namun, dari perasaannya dia sangat membenci gadis itu.
Allena tertunduk, tentu saja dia mengenal laki-laki di hadapannya itu. Laki-laki yang telah menghinanya bahkan hampir melayangkan tamparan padanya di Night Club. Allena kecewa mendapati kenyataan harus menikah dengan laki-laki yang jelas-jelas membencinya.
"Aku tidak akan mengkhianati istriku dengan menikahi perempuan kampungan itu!" ucap Zefran pada ibunya.
"Tapi Zefran, ini satu-satunya cara agar kamu memiliki keturunan," ucap Mahlika.
Allena tertunduk, kemarin penghinaan sekarang penolakan, jelas dan pasti. Gadis itu yakin dia akan menjalani hidup yang penuh dengan makian dan hinaan. Allena mengira calon suaminya bisa langsung menerimanya namun kenyataannya di hari pertama pertemuannya, Allena telah mendapatkan penolakan, makian dan hinaan.
"Mommy telah membawakan calon istri untukmu. Jika tidak suka dengannya, mommy akan carikan yang lain. Menikahi dua istri atau tidak memiliki istri sama sekali" ucap Mahlika lalu menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya.
Zefran menatap tajam kearah Allena seakan-akan semua itu adalah kesalahan gadis itu.
Allena hanya bisa tertunduk menahan perih di dadanya. Meski tidak bermaksud seperti itu tapi ucapan Ny. Mahlika membuat Allena seperti barang dagangan murah yang tidak laku. Ny. Mahlika siap mencarikan yang lebih baik lagi untuk anaknya.
Zefran yang biasa bergaul dengan wanita kalangan atas tentu menolak dinikahkan dengan seorang gadis miskin seperti Allena. Namun, di kamarnya Frisca justru membujuk Zefran untuk menerima Allena sebagai istri keduanya.
"Aku tidak mau mengkhianatimu, aku mencintaimu Frisca. Aku tidak peduli jika aku tidak punya anak, yang terpenting bagiku adalah tetap bersamamu," ucap Zefran yang berdiri di balkon kamarnya.
"Justru itu, jika ingin tetap bersamaku, kamu harus menikahinya. Mommy akan memaksa kita bercerai jika kamu tidak menuruti kehendaknya. Hanya menikahinya, kamu tidak perlu menidurinya. Selama menikah dengannya kita akan bebas dari tuntutan Mommy. Kita tetap berusaha memiliki bayi kita sendiri. Begitu berhasil, kamu bisa membuang perempuan itu. Bukankah kemarin kita telah sepakat?" tanya Frisca.
"Tapi tidak dengan gadis itu, aku membencinya," ucap Zefran dengan nada tinggi.
Zefran berubah pikiran, dia menolak dinikahkan dengan gadis yang dibencinya. Namun, justru gadis seperti itu yang diinginkan Frisca, gadis yang dibenci hingga tidak mungkin timbul rasa cinta di hati Zefran pada gadis itu.
Ada rasa takut di hati Frisca, jika Ny. Mahlika bisa menemukan gadis yang lebih baik dari Allena atau bahkan lebih baik dari dirinya. Jika Zefran bersedia menikah dengan perempuan itu maka posisinya di hati Zefran bisa tersingkir.
Frisca memaksa suaminya untuk menyetujui pernikahan itu sekarang juga. Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya Zefran menyetujui usulan Frisca. Saat itu juga laki-laki itu berjalan menuju kamar Ny. Mahlika.
Zefran membuka pintu kamar Ny. Mahlika. Langkah Zefran terhenti saat melihat Allena duduk di lantai beralaskan karpet menghadap ke arah Ny. Mahlika yang tidur di ranjang sambil membalik badan.
"Maafkan saya Tante, tuan Zefran tidak bersedia menikahi saya. Saya sadar, saya tidak pantas untuknya. Tante pasti bisa menemukan wanita yang pantas untuk Tuan Zefran. Mengenai uang pinjaman itu akan saya upayakan untuk membayarnya. Saya akan bekerja lebih giat agar saya bisa mencicil utang saya Tante" ucap Allena.
Ternyata perempuan itu bersedia menikah denganku karena uang, kampungan dan murahan, heh.. berharap anakku lahir dari perempuan seperti itu? batin Zefran.
"Aku membawamu untuk dinikahkan dengan putraku. Aku tidak peduli dengan uang itu. Jika dia tidak setuju, itu bukan salahmu. Aku tidak akan menuntutmu mengembalikan uang itu," ucap Mahlika tanpa mau membalik badan.
"Aku bersedia, aku bersedia menikah dengannya," ucap Zefran tiba-tiba sambil melangkah masuk ke kamar Ny. Mahlika.
Mendengar itu Ny. Mahlika langsung duduk, Allena reflek menoleh namun kembali tertunduk duduk bersimpuh di karpet.
"Kamu bersedia? Benarkah?" tanya Mahlika tidak percaya.
Zefran mengangguk.
"Tapi dengan syarat, kami pindah rumah," ucap Zefran.
"Untuk apa rumah sebesar ini jika kamu harus pindah?" tanya Mahlika.
"Tentu saja untuk membangun keluargaku sendiri," jawab Zefran.
"Ini semua ide istrimu? Karena dia takut diceraikan? Makanya dia bersedia dimadu. Lalu kamu meminta pindah agar kamu bisa berbuat sesukamu? Mungkin kamu akan mengabaikan Allena di sana. Dan kamu tetap bisa berduaan dengan istrimu," ucap Mahlika.
Sial, rencanaku tertebak, batin Zefran.
Zefran menatap tajam ibunya.
"Kamu diizinkan pindah jika Allena telah hamil," ucap Mahlika.
Zefran tercengang, rencananya untuk pindah dan hidup bebas dari rongrongan ibunya pun gagal. Zefran justru terlanjur menyetujui pernikahan itu.
Ny. Mahlika segera mempersiapkan acara pernikahan untuk putranya. Semua dilaksanakan dengan mewah namun tertutup. Hanya untuk beberapa undangan dan keluarga dekat serta sahabat.
Ny. Mahlika tentu saja mengundang Ibu Allena. Dan selama di rumah itu Allena selalu menunjukkan wajah bahagia pada ibunya. Seolah-olah Zefran menerimanya dan memperlakukannya dengan baik.
Ny. Vina bahagia, meski putrinya menjadi istri kedua namun disayang oleh calon suami dan calon mertuanya.
Upacara pernikahan berlangsung, Allena pun resmi menjadi istri kedua dari Zefran, seorang CEO sukses yang tampan. Ny. Vina sangat bangga pada menantunya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Eti Guslidar
zepran jd bucin baru nyahok.. nanti d ambil allendinno.. kk
2022-03-29
3
Mustika Aira
semangat buat KK author nya,,, 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-03-25
1
Mustika Aira
love you Mama mahlika 🥰,, tetap bela allena trs ya ma🥺
2022-03-25
1