Sebelum membaca karyaku, aku harapkan kalian follow dan vote cerita ku. Dan jangan lupa tap like di setiap bab nya🙏
Sehari sesudah hari pernikahan, Rudi akhirnya kembali ke rumah Karina.
POV Karina
Melihat Rudi tidur, akhirnya aku pun merebahkan diri di sebelah Rudi.
Aku begitu sebal dan benci, melihat wajahnya. Padahal kalau di perhatikan, wajahnya itu sangat tampan, dan sepertinya banyak wanita yang ingin menjadi istrinya.
Aku memandangnya dengan intens, namun tiba-tiba kedua mata Rudi pun terbuka. Aku menjadi sangat gugup, saat pandangan mata kami bertemu.
" Eh Abang, kirain udah tidur, " ucapku yang gugup dan menjadi salah tingkah, saat melihat Rudi telah membuka kedua matanya. Aku langsung memalingkan wajah ku, dan memunggunginya.
Kemudian Rudi langsung mengelus rambutku, yang panjang. Perlahan tangannya, mulai menjahili bagian-bagian tubuhku. Gerakannya begitu agresif, hingga membuat ku berada di pelukannya.
Aku sedikit risih, karena sentuhan tangan Rudi adalah yang pertama bagiku. Kemudian Rudi membisikkan kata-kata halus, dan rayuan-rayuan manis di telingaku.
" Layani aku, malam ini." Rudi membelai lembut rambutku. Perlakuan nya tidak seperti kemarin, dengan wajahnya terlihat menakutkan, dan suara nya terdengar sangat kasar.
Lalu kami pun mematikan lampu, dan Rudi mulai melakukan aksinya menjadi suamiku seutuhnya.
Malam begitu panjang bagi kami, saat ini. Karena ini malam pertama bagiku, melepas masa keperawanan ku. Dan memberikan tubuh ku pada Rudi, hingga aku merasakan sakit yang sangat hebat.
" Sakit, Bang!" Aku mengerang, sambil menjambak rambutnya. Rudi tak menghiraukan keluhanku, dia terus bermain di area intiku.
" Sabar, sebentar lagi, " kata Rudi yang berbisik di telingaku.
Dia begitu lihai, menyentuh setiap bagian inci di tubuhku.
Hingga aku merasa kelelahan, dan kami pun tidur berdua menghabiskan malam yang indah.
****
Pagi pun tiba, aku langsung melakukan mandi wajib. Selesai membersihkan diri, aku langsung melaksanakan salat subuh. Setelah itu aku langsung, membangunkan Rudi.
Dia begitu malas bangun pagi, saat aku goyangkan tubuhnya, tangannya langsung mendorong tubuh ku.
" Ah kamu, mengganggu saja. Aku capek!" ucapnya kasar dengan mata yang masih terpejam.
" Bang, bangun Bang, salat subuh dulu!" kataku membangunkan Rudi sambil menggoyang kan tubuhnya.
Namun lagi-lagi Rudi menolak, dia memilih untuk melanjutkan tidur nya
" Bang cepet mandi wajib, terus langsung salat subuh," kataku yang masih terus berusaha membangunkan Rudi.
Namun dia tidak memperdulikan, dia tetap tertidur dan tidak juga bangun.
" Ih, dasar pemalas." Kesabaran ku sudah habis, padahal tadi malam sikap nya sangat lembut. Tetapi kenapa tiba-tiba langsung berubah. Apa memang Rudi mempunyai dua sifat yang berbeda, di waktu yang berbeda?
Aku lelah membangunkan Rudi, karena dia tak kunjung bangun. Akhirnya aku langsung berganti baju untuk bekerja. Dan tak lagi menghiraukan Rudi, yang masih terbaring di atas tempat tidur.
Selesai memakai baju kerja, aku langsung keluar kamar.
Aku melihat ibuku sedang berkutat di dapur, lalu aku menghampiri nya.
" Karin, Rudi mana?" tanya ibuku yang telah memasakkan nasi goreng, dan menghidangkannya di atas meja makan.
" Dia, nggak mau dibangunin, Bu!" Aku menjawab dengan nada kesal.
" Ya sudah, kamu makan aja dulu!" kata ibuku yang juga sudah duduk di kursi makan.
Lalu kami memulai sarapan, dan hari ini ibuku tidak berjualan nasi uduk. Karena usai pesta pernikahan kemarin, telah membuatnya lelah. Sehingga membuat, tekanan darahnya sedikit naik. Ibuku tidak boleh terlalu lelah, karena dia menderita penyakit diabetes.
" Karin, besok bisa izin kerja, nggak? Ibu mau ke rumah sakit." pinta ibuku sambil menatapku
" Bisa Bu, besok Karin usahakan minta ijin sama mbak Ajeng," kataku yang telah menyuap nasi goreng bersama telur dadar.
" Sepertinya, tekanan darah Ibu naik lagi, dan besok harus kontrol. Tapi sebenarnya, seminggu lagi sih." Wajah ibuku terlihat sangat pucat.
" Iya Bu, besok Karin akan antarkan ibu, sekarang habiskan dulu obatnya, ya!" Aku berpesan agar ibuku selalu meminum obat dengan teratur. Dan aku telah menghabiskan sepiring nasi goreng, lalu aku minum air teh manis buatan ibu.
" Karin berangkat kerja dulu ya, Bu." Aku pamit dan mengucapkan salam seraya mencium punggung tangannya, " assalamualaikum."
" Wa'alaikum salam." Ibuku membalas salam lalu dia melepas kepergian ku, dengan mengantar ku sampai ke depan pintu.
Setelah pamit kepada ibuku, aku langsung berjalan keluar menuju jalan raya, untuk mencari angkot.
" Karina, kok berangkat sendiri sih? Si Rudi mana?" Aldi yang merupakan teman Rudi sedari kecil, bertanya saat aku berpapasan dengannya di jembatan.
" Dia, masih tidur, " jawabku, sambil melangkahkan kakiku berjalan melewati Aldi.
" Ya elah, mentang-mentang pengantin baru, tuh bocah gini hari belum bangun, " ucap Aldi
" Udah ah, aku mau berangkat kerja dulu, nanti kesiangan." Aku tak lagi menghiraukan celotehannya, dan langsung berjalan meninggalkan Aldi.
" Kasihan banget sih, Karin. Dia yang capek kerja, eh si Rudi malah enak-enakan tidur," gumam Aldi yang menatap nanar ke arahku.
Aku langsung menghentikan angkot, dengan jurusan ke arah kantor ku.
Sesampainya di butik, aku langsung berjalan menuju gudang. Karena aku di tugaskan di bagian gudang, kemudian langsung menaruh tasku ke dalam loker.
" Rin, kamu kok jalannya gitu sih?" celetuk Nanik yang sedari tadi memperhatikan langkah kakiku.
Aku terkejut saat Nanik menegur tentang caraku berjalan.
Aku pun terdiam tak menjawabnya, karena bila menjawab pertanyaan nya aku pun malu.
Karena semalam, aku habis melakukan malam pertama dengan Rudi.
" Oh nggak apa-apa, hanya pegel aja." Aku berkilah dan membuat alasan. Padahal rasanya masih sakit sekali.
Kemudian aku langsung menuju pantry, untuk mengambil air minum. Namun sekilas, aku melihat motor Rudi, yang sedang pergi meninggalkan kantor.
" Bukannya itu motor bang Rudi, ya? Dan kayaknya kok mirip Bang Rudi, sih ?" batinku saat melihat sosok yang mirip seperti Rudi pergi sedang meninggalkan kantor.
Lalu aku melihat Silvia, masuk ke dalam gudang. Selesai membuat teh hangat, aku langsung menuju gudang, untuk melihat pekerjaan yang harus ku kerjakan.
Terlihat wajah Silvia begitu sumringah, dan bahagia. Matanya seolah mengejekku, entah apa yang ada di dalam pikirannya.
Namun tak ku hiraukan, aku hanya fokus untuk bekerja dan tidak mau mengurusi kehidupan orang lain.
" Apa kamu, enggak diantar lagi sama suamimu?" Silvia bertanya dengan nada mengejek.
" Emang ada urusan apa sih, sama Kamu? Selalu nanya kayak gitu, setiap hari sama aku?" Aku kesal melihat wajah Silvia yang begitu mengejekku
" Besok-besok, kamu coba deh ke salon. Percantik diri kamu, biar suami kamu tuh betah di rumah." Silvia mengejekku dengan senyum mengangkat sudut bibirnya.
" Kenapa sih kerjaan kamu tuh, sukanya mencampuri kehidupan orang lain?" Aku mulai tersulut emosi, mendengar ejekannya.
" Yah, nanti juga kamu tahu, " katanya dengan nada santai, lalu pergi meninggalkanku.
" Ih, dasar perempuan ganjen, " umpatku karena melihat gaya Silvia yang begitu memuakkan.
" Ada apalagi sih, Rin?" Nanik bertanya melihat aku dan Silvia sedang beradu mulut.
" Aku sebel ama Silvia, yang selalu mencampuri kehidupan ku, " kataku yang bercerita pada Nanik.
" Emang Silvia kayak gitu mulutnya, menyebalkan. Dia tuh udah lama kerja di sini, tapi nggak pernah naik jabatan karena kerjanya kurang bagus." Nanik pun kesal melihat tingkah Silvia
" Oh," jawab ku.
Aku tidak ingin berbicara banyak tentang pegawai di butik ini, karena aku tidak ingin mencari masalah.
Aku menghitung kembali semua jumlah batik, yang terdapat di dalam box.
Tidak boleh ada satupun batik yang terlewatkan, dalam hitunganku.
Tiba-tiba ada SMS masuk dari ponselku.
" Karin, aku butuh uang. Motorku bensinnya habis." Terlihat pesan di layar ponsel ku, dengan nomor yang tidak dikenal.
Lalu aku kembali membalasnya, " Maaf, ini siapa? Apa kamu mau nipu ya?" Aku membalas pesan yang baru masuk.
" Aku Rudi suamimu, nomorku tidak bisa menghubungi ponsel mu."
'Oh iya aku lupa, kalau nama Rudi kemarin aku blokir, " ucapku dalam hati.
" Nggak ada Bang, Karin nggak punya duit." Aku langsung menjawab SMS dari Rudi.
Kemudian Rudi langsung meneleponku.
" Halah, kamu jangan bohong Karin. Bukannya kemarin, kamu abis mendapatkan uang banyak dari bosmu. Pokoknya aku nggak mau tahu aku butuh uang sekarang." Rudi membentak di sambungan telepon seluler.
Kemudian aku kembali bekerja, tanpa memperdulikan banyak panggilan masuk di ponsel milikku.
Aku tak menyangka, memiliki suami yang begitu kasar dan pemalas. Padahal sewaktu berpacaran, Rudi sangat perhatian kepadaku. Hingga setiap hari, dia selalu mengantarku bekerja.
Usai mengerjakan semua pekerjaan kantor, aku pun beristirahat sejenak menyandarkan tubuhku di kursi.
Datanglah Silvia, yang langsung menepuk pundakku.
Silakan tap like ya, biar semangat update.❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Alitha Fransisca
Rudi benar-benar jahat, ih, amit-amit ganteng tapi kejam.
Mending ganteng tapi baik 🤭
Lanjut terus Thor semoga lolos review trus.. no revisi..✊
2021-11-03
0