Setelah itu Gisella segera menuju ke tempat yang sudah di beri tahukan Mama Mark yang tidak lain adalah hantu itu.
Gisella mengambil sebuah kursi dan menaruhnya di atas meja ,supaya dirinya bisa menyentuh plafon yang di duga sebagai tempat menyimpan jasad mama Mark.
Saat Gisella menaiki kursinya dan hendak menyentuh plafon, tiba-tiba ada suara kecil yang membuatnya terkejut ,hingga dia menghentikan aktivitasnya.
Gisella pun turun dari posisinya tanpa melihat dulu siapa yang memanggilnya tadi. Namun Gisella yakin kalau suara tadi adalah ,suara Mark karena hanya Mark satu-satunya anak kecil yang berada di sana saat itu.
"Mark ada apa?!" Ucap Gisella yang setelahnya menoleh ke arah anak kecil yang kini tak sendiri.
Benat saja, anak itu memang Mark. Akan tetapi dia tidak sendirian, melainkan bersama dengan seorang pria yang kini menggandeng kasat tangan Mark. Ya pria itu yang tak lain adalah papa Mark yang sudah membunuh mamanya.
Mark terlihat ketakutan, begitu juga Gisella yang bingung harus berbuat apa lagi.
Gisella yang sebenarnya takut ,akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Anda siapa?!" Tanya Gisella pada papa Mark.
"Kak!" Ujar Mark dengan wajah penuh ketakutan.
Gisella menatap Mark yang terlihat sangat ketakutan karena tangannya di pegang kuat oleh orang itu yang tak lain adalah papanya.
"Kamu mengenalnya?!" Ujar pria itu pada Mark. Dan Mark hanya menjawab dengan anggukan.
"Mark , dia siapa ?!" Tanya Gisella lagi.
"Dia papa aku kak!" Jawab Mark.
Sontak Gisella terkejut karena hantu mama Mark langsung muncul di punggung papa Mark, sehingga papa Mark sedikit membungkuk karena merasa berat pada bagian punggungnya.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa yang kau lakukan di sini?!" Ujar papa Mark dengan tatapan sinis nya.
"Istrimu....." Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Papa Mark memotong ucapan Gisella.
"Kau tau dia?, Apa kau akan berkata sama seperti yang Mark katakan padaku?,, Kau akan berkata kalau istriku ada di punggungku?!" Ujar papa Mark yang melontarkan beberapa pertanyaan pada Gisella.
Gisella yang sebenarnya merasa takut, akhirnya memberanikan dirinya. Dia menghela nafas lalu bertanya....
"Kenapa kamu lakukan itu pada istrimu? Apa salah dia sama kamu?!" Tanya Gisella.
"Aku tidak tahu!" Jawab papa Mark dengan santainya tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"Aku tidak tau kalau aku membunuhnya! Dan mungkin anak ini juga akan ikut bersama dengan mamanya, karena dia terus meminta ku untuk mengantarkan dia pada mamanya." Ujar Danu yang tak lain adalah papa Mark, sembari memberikan senyuman liciknya pada anaknya itu.
Danu mengeluarkan pisau yang dia bawa dari balik tubuhnya. Sontak membuat Gisella membelalakkan matanya karena takut kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Jangan! Jangan lakukan itu, Mark masih kecil wajar jika dia ingin tahu keberadaan mamanya?!" Ujar Gisella yang berusaha menghalangi Danu.
"Justru itu biarkan anak ini ikut dengan mamanya, dengan begitu dia akan bahagia, bukan begitu sayang?!" Tanya Danu pada anaknya.
Mark hanya bisa menangis karena takut pada pisau yang kini berada di tangan kanan Danu.
Gisella menelan ludah dan kebingungan mencari cara , bagaimana menyelamatkan Mark.
"Kenapa kamu lakukan semua ini?!" Tanya Gisella.
"Aku hanya ingin bahagia bersama dengan mereka" ujar Danu sembari memainkan pisaunya pada wajah Mark.
Gisella semakin takut kalau sampai terjadi sesuatu pada Mark yang tidak tau apa-apa.
"Kalau kau ingin bahagia, kenapa kamu bunuh istri kamu sendiri?" Tanya Gisella.
"Dia itu jahat, dia ingin membawa Mark pergi jauh dariku, jadi salahkah aku jika membunuhnya?!" Ujar Danu tanpa rasa bersalahnya.
Mendengar hal itu ,Mark menangis karena mengetahui kalau mamanya kini sudah tiada dan di bunuh oleh papanya sendiri.
"Mama" ujar Mark lirih sembari menangis.
"DIAM!!!!" Bentak Danu kepada Mark.
Gisella terkejut dengan bentakan itu dan begitu juga dengan Mark, yang masih menangis karena takut.
"Jangan kasar terhadap anak kecil! Dia itu anak kamu!" Ujar Gisella memberi tahu Danu.
"Apa aku perduli? Aku tidak peduli!! Setiap hari dia selalu berkata kalau mamanya berada di punggungku, itu membuat aku muak!!" Ujar Danu kesal dan mencengkeram tangan Mark kuat.
Mark sendiri hanya bisa menangis ketakutan dan juga merasakan sakit pada pergelangan tangannya.
Danu yang sudah tidak tahan lagi , akhirnya mengayunkan pisaunya ke arah Mark.
"Selamat tinggal nak!" Ujar Danu sembari mengayunkan pisau yang dia bawa pada Mark.
"Tidak!!!!!" Ujar Gisella.
Saat pisau itu hendak mengenai perut Mark, tiba-tiba saja ada yang menghalangi Danu untuk melancarkan aksinya. Ya orang itu adalah Chan, Chan dengan sigap langsung menghalangi apa yang akan di lakukan oleh Danu.
Danu sendiri tidak menyangka kalau ada orang yang berani mengganggunya. Gisella yang masih tidak percaya pun akhirnya menarik Mark ke pelukannya.
"Chan!!" Ujar Gisella yang melihat Chan mengambil pisau yang di pegang oleh Danu, dan melemparkannya ke sembarang tempat. Dan langsung saja menarik tangan Mark dan memeluknya.
"Siapa kau!!!" Tanya Danu yang tangannya masih di tahan oleh Chan.
"Sebaiknya kau menyerahkan dirimu pada polisi!!" Ucap Chan.
Danu bingung dengan apa yang diucapkan oleh Chan begitu juga dengan Gisella yang tidak tahu apa yang di rencanakan oleh Chan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Flashback...
Di saat yang bersamaan ketika Gisella sedang bersama dengan Mark, Chan yang saat itu berada tepat di depan pintu kamar nomor 126. Chan penasaran akan penglihatan masalalu nya di kamar itu, dan bingung sebenarnya ada apa di kamar 126 itu.
Saat Chan sedang berdiri tepat di depan kamar 126, tiba-tiba saja pandangannya beralih ke pintu kamar 129 yang lebih tepatnya adalah tempat di mana Gisella berada.
Chan melihat seorang pria yang masuk ke dalam kamar itu, dan membuatnya khawatir akan Gisella.
Karena rasa kekhawatiran Chan, akhirnya Chan berjalan ke arah kamar 129.
Wendy juga yang saat itu baru saja masuk sehabis keluar mencari keberadaan Chan. Akan tetapi Wendy tidak menyadari kalau pria yang baru saja pergi tadi adalah Chan kekasihnya.
Sebelum Chan masuk ke dalam kamar 129, Chan mendengar percakapan pria itu dengan Mark. Tanpa pikir panjang, Chan langsung menelpon polisi untuk berjaga-jaga jikalau ada hal yang tidak di inginkan terjadi.
Sesudah menelpon polisi, Chan langsung masuk ke dalam mengikuti langkah pria itu, dan betapa terkejutnya dia saat melihat pria itu mengeluarkan pisau dari saku belakang celananya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kembali pada cerita awal , saat Chan masih memegang kuat tangan Danu. Danu tiba-tiba saja berontak dan terlepas dari genggaman Chan. Danu mengeluarkan pistol dari saku jaketnya dan mengarahkannya kepada Chan dan juga Gisella.
Chan tidak percaya kalau Danu akan melakukan hal senekat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Hendra Dwi M
lanjot 🔥🔥🔥
2021-10-27
4