Part 19

Daddy Vanno langsung tergelak saat melihat sang cucu tengah menatap tajam sang daddy sambil melindungi pabrik nutrisinya dengan erat.

"Hahahaha, rasakan, Ken. Bisa-bisanya kamu menyabotase sumber nutrisi putramu. Heran deh, kok ada ayah yang nggak mau kalah sama anak. Ckckck." Daddy Vanno masih tergelak sambil melangkahkan kaki ke arah sang putra.

Belum sempat Ken menjawab perkataan sang daddy, mommy Retta sudah lebih dulu bersuara. "Mengomentari anak, dirinya sendiri nggak nyadar bagaimana. Kamu bukan hanya nggak mau ngalah sama putramu, Mas. Tapi, kamu juga nggak mau ngalah sama cucu. Heran, deh. Sifat kalian kok mirip banget," gerutu mommy Retta.

"Lhah, bibit unggul ini." Jawab Ken dan daddy Vanno bersamaan.

"Bibit gesrek kok bangga." Kali ini mommy Retta dan juga Gitta sama-sama tidak mau kalah.

Hari itu, daddy Vanno meminta anak buahnya untuk menyelidiki peristiwa yang dialami oleh Ken. Daddy Vanno ingin memastikan peristiwa yang dialami Ken memang murni kesalahpahaman.

Hari itu juga, dari siang hingga sore, Zee menjalani rangkaian pemeriksaan terakhir. Hasil pemeriksaannya, akan bisa dilihat keesokan hari.

"Ami, Tedi ana? (Mommy, daddy kemana?)" Tanya Zee saat tak kunjung melihat keberadaan sang ayah.

"Sebentar lagi datang kok, Sayang. Kenapa Zee cariin Daddy, hhmmm?"

"Anen (kangen)" ucap Zee.

Ya, Ken memang pergi ke kantor polisi setelah menemani serangkaian pemeriksaan sang putra. Dia harus memberikan kesaksian tentang peristiwa yang dialaminya tadi pagi. Ken dan Bima, laki-laki yang memukul Ken tadi pagi, menjelaskan kronologi kejadian dan kesalahpahaman tersebut. Setelah itu, mereka berdamai dan saling memaafkan.

Daddy Vanno juga menemani sang putra ke kantor polisi. Dia sendiri juga ikut memastikan, jika kejadian tadi pagi yang menimpa Ken benar-benar kesalahpahaman.

"Zee kangen Daddy?" tanya Gitta sambil masih berusaha membujuk Zee untuk memakai celana.

"He em. Au peyyuk. (Mau peluk)"

"Iya, nanti Zee bisa peluk Daddy. Sekarang, pakai celana dulu, yuk."Gitta masih berusaha membujuk sang putra untuk memakai celananya. Saat ini, Zee memang hanya memakai popok dan kaos sambil bermain. Dia tidak mau memakai celana karena gerah.

"Indak au. Geyyah, Mi. (Tidak mau. Gerah Mi)"

Gitta hanya bisa menghembuskan napas beratnya saat melihat sang putra masih saja menolak untuk memakai celana. Tak berapa lama kemudian, terlihat Ken berjalan memasuki ruang perawatan dengan membawa makanan untuk Gitta. Zee yang melihat kedatangan sang daddy langsung berteriak kegirangan. Dia langsung beranjak berdiri dan berjalan terhuyung-huyung ke arah sang daddy.

"Tedi, ndong (Daddy, gendong)" ucap Zee sambil merentangkan kedua tangannya ke arah Ken.

Seketika Ken langsung meraup Zee ke dalam gendongannya dan menciumi pipi gembul sang putra.

"Kok nggak pakai celana? Nanti digigit semut, lho. Zee mau, jika nanti digigit semut?"

"Indak au." Zee mengalungkan kedua tangannya pada leher Ken.

"Nah, itu bener. Yuk, pakai celana sama Mommy dulu agar tidak digigit semut."

Zee menjauhkan wajahnya pada wajah Ken. Zee menatap wajah daddynya dengan ekspresi bingungnya. Menyadari ekspresi sang putra terlihat sangat menggemaskan, Ken langsung menciumi pipinya.

"Auuhh, jauh-jauh, Ted."

Ken hanya bisa tergelak sambil menurunkan Zee pada pangkuan Gitta. "Sekarang, pakai celana dulu, okay? Setelah itu bobok," kata Ken sebelum beranjak.

"Tenapa Tedi celing tak pakai telana mau bobo, Mi? (Kenapa daddy sering tidak pakai celana waktu mau bobo, Mi?)" tanya Zee dengan wajah polosnya.

Sontak saja pertanyaan Zee tersebut membuat Gitta dan Ken membulatkan kedua mata dan mulutnya. Mereka saling pandang dengan ekspresi terkejutnya.

"Eh, Yang, Zee pernah lihat kita mau 'ngudek' adonan?" tanya Ken sambil menatap ke arah Gitta.

"Aku nggak tau, Mas. Tapi, biasanya dia sudah tidur, kok. Lagian, kamu sendiri sih yang suka aneh-aneh. Ngapain juga itu suka di lepas," gerutu Gitta.